28

2.1K 224 0
                                    

Ia menjerit.

" Ya Tuhan! Jangan menakutiku!" keluhnya, menumpu tubuhnya pada siku.

Chanyeol melipat lengannya pada sisi tempat tidur Baekhyun dan tersenyum lebar.

"Baekhyunnie?"

Baekhyun berguling ke samping dan menatap Chanyeol, bergumam ngantuk.

"Yeah?"

Untuk beberapa lama, Chanyeol hanya tersenyum.

"Kau tak bisa hanya memanggilku tanpa mengatakan sesuatu."

Baekhyun berujar, memprotes hanya untuk menutupi fakta bahwa ia tengah bersemu gelap dari pipi hingga keujung telinganya.

Ia menyalahkan fakta bahwa ia tak pernah terbiasa berkontak mata dan dipandangi seseorang tanpa alasan.

Didorongnya dahi Chanyeol mundur dan menghela nafas.

"Tidurlah."

ketika ia sesungguhnya berkata

"Mari bicara lebih banyak."


Mereka bicara amat lama sampai Baekhyun tak lagi mengingat waktu hingga ia mengerling ponselnya dan sadar bahwa ini telah pukul tiga subuh.

Matanya memerah dan ia melawan rasa kantuk, hanya untuk bicara pada Chanyeol sedikit lebih lama.

Ia terkejut bahwa ada banyak hal yang dapat dibicarakan tanpa menyinggung satupun hal yang serius.

Mereka bicara tentang hewan-hewan di kebun binatang yang barangkali merindukan rumah, bagaimana nanas tumbuh, apa yang akan mereka lakukan esok hari, dan mengapa para gadis memoles kuku mereka.

Semua yang Chanyeol tanyakan, Baekhyun punya jawabannya.

Ia juga menanyakan beberapa pertanyaan dan cukup senang meski terkejut saat Chanyeol mencoba menjawab sebisanya.

Seperti saat ia bertanya

" mengapa siput berjalan begitu lambat?"

dan Chanyeol akan menjawab

" mungkin mereka tak ingin waktu berjalan begitu cepat"

dan itulah satu-satunya hal yang melebihi logika dari jawaban yang ia pikirkan.

Setengah jam kembali berlalu dan Baekhyun telah menyerah untuk tetap terjaga, jadi ia berbaring hati-hati dan mendorong Chanyeol kesamping untuk masuk ke dalam selimut bersamanya.

Ruang yang kini ia tempati terasa hangat dan ia tak sadar seberapa besar ia merindukan hal ini hingga saat ini, dengan tubuh Chanyeol menghangatkan sisinya.

Ia berbalik kesamping dan menyangga kepala dengan lengannya, mencoba mengabaikan rasa nyeri yang terus berdenyut di lututnya meskipun ia telah meminum obat penawar rasa sakit sebelum tidur.

Selama lukanya belum sembuh betul, para dokter meyakinkan bahwa rasa sakitnya akan terus ada hingga bulan depan, atau rasa nyeri terus menerus selama sisa hidupnya bila ia terlalu sering membebani kakinya.

" Kita tak akan bisa bermain sepak bola lagi."

Ujar Baekhyun dengan senyum penuh permintaan maaf, menutup matanya dengan setengah alasan mengantuk dan alasan lainnya karena tak mau tertangkap basah bahwa ia menangis.

" Tak mengapa." kata Chanyeol.

" Tidakkah kau malu dengan aku yang seperti ini? Aku yang tak akan bisa berman denganmu atau apapun juga? Aku akan menggunakan kursi roda bertahun-tahun, mereka bilang aku tak akan mampu berlari lagi."

Chanyeol menggeleng.

Baekhyun baru saja hendak mengatakan sesuatu, namun kemudian ia mendengar Chanyeol mendengkur dan mengingat betapa parah narkolepsinya.

Ia tak yakin bagaimana hal itu terjadi, namun Chanyeol punya kemampuan mengerikan untuk tertidur dalam waktu beberapa detik saja dimanapun dan kapanpun.

Tersenyum, ia mencoba kembali tidur.

Chanyeol mungkin sama sekali tak tahu tetapi Baekhyun telah mempelajari suatu hal baru, sesuatu yang berharga.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang