Aku suka dikasi vote sama kalian, comment apalagi. Tapi aku gak terlalu mengharapkan sih. pas dapet notif kalian masukin cerita ke reading list dan tetap baca cerita ini aja aku udah seneng :)
happy reading ^_^
***
Di ruang makan itu hanya ada suara decitan garpu dan dan piring yang saling beradu. Y/n memakan makanannya. Tetapi pikiran yeoja berambut hitam legam itu mengawang entah kemana.
Tapi, seorang Y/n tetaplah Y/n. Bagaimana pun juga Seonho adalah sahabat Y/n. Namja itu pasti mengenal jelas semua tentang Y/n.
"Kau memikirkan Guanlin hyung?" tanya Seonho yang menghentikan Y/n yang sedang makan secara tiba-tiba.
"Eummm ... tidak," Y/n menjawab Seonho yang agak sedikit ragu.
Tak lama kemudian, Guanlin datang ke dapur. Sambil mengeringkan rambut basahnya, meraih gagang pintu kulkas. Diambilnya dua kotak susu rasa pisang dan rasa stroberi. Y/n hanya meliriknya sekilas dan melanjutkan makannya.
"Hyung, kau tidak sarapan hari ini?"
"Tidak. Tzuyu mengajakku untuk menemaninya makan di luar," ucap Guanlin yang membuat Y/n menelan sarapannya dengan susah payah.
Guanlin melirik Y/n sekilas. Entah ia berharap Y/n akan melihatnya atau tidak. Mungkin saja Y/n hanya akan bersikap biasa saja padanya. Ia salah, mungkin selama ini ia berpikir Yn akan memperhatikannya. Padahal kenyataannya tidak.
Sudahlah, jika dipikir-pikir mungkin saja Guanlin terlalu berharap banyak.
"Ya! Ayo kita berangkat!" ucap Tzuyu setengah berteriak.
Guanlin hanya berdecak sebal. Dengan malas, ia melangkahkan kakinya menuju pintu rumah. Sedari tadi Tzuyu pasti telah menunggunya. Jika ia terlambat mungkin saja ia akan dimarahi habis-habisan, mengingat Tzuyu sudah kembali pada sifat bar-barnya itu.
Di perjalanan, Guanlin dan Tzuyu saling diam. Tak ada yang berbicara di antara mereka. tzuyu yang tidak betah didiamkan pun akhirnya menyikut lengan Guanlin. Sehingga Guanlin menoleh dengan tampang kesalnya yang komplit dengan lirikan tajamnya.
"Apa?"
"Aku ingin berterima kasih padamu," ucap Tzuyu tiba-tiba.
Guanlin hanya menaikkan sebelah alisnya. "Untuk?"
"Karena telah ada di sampingku." Tzuyu menatap sayu ke arah kedua sepatunya. "Dan mungkin juga telah menghiburku, hingga perasaanku kembali membaik."
"Tidak masalah." Guanlin tetap menatap lurus ke depan, kakinya terus melangkah pasti. "Kurasa itulah gunanya teman."
Tzuyu tertawa hambar. "Kau bilang 'teman' ya?"
"Sejak kapan aku mempunyai teman? Haha ... kali ini lelucon apa lagi yang akan kau lontarkan padaku?" lanjut Tzuyu.
Guanlin hanya melirik Tzuyu sekilas. Ia mengambil earphone dari dalam tasnya, lalu mencoloknya ke smartwatch yang terpasang di tangan kirinya. Ia berjalan mendahului Tzuyu dengan telinganya yang tersumpal earphone.
"Jika kau tidak mau berteman denganku ya sudah."
Tzuyu membulatkan kedua matanya begitu ia mendengar ucapan Guanlin. Ia tidak menyangka bahwa Guanlin yang dikenal sebagai seorang anti-sosial dan titisan es batu berjalan (menurutnya) kini mengajaknya untuk berteman. Bukankah ini salah satu keajaiban?
Bibir ranum Tzuyu membentuk sebuah senyuman yang merekah di wajah Tzuyu. Ia berlari kecil untuk menyesuaikan langkahnya dengan Guanlin. Dicopotnya sebelah earphone Guanlin, lalu memasangnya di sebelah telinganya sendiri.
"Jadi, mulai sekarang kita ... berteman?"
"Hmmm."
"Kuanggap itu iya."
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosé ; Wanna One [COMPLETE]
FanfictionGuanlin, Seonho, Jihoon x You "Love is much like a wild rose, beautiful and calm, but willing to draw blood in its defense."-Rose Total chapter > 50