Y/n menggeleng pelan dan tersenyum tipis pada Guanlin. Tak lama kemudian Seorang pelayan datang dan membawakan makanan untuk mereka berdua.
"Selamat menikmati tuan, nona." Pelayan itu berucap sopan dan membungkukkan badannya sebelum meninggalkan mereka berdua.
Hening, tidak ada yang berbicara di antara Y/n dan Guanlin. Hingga pada akhirnya suara Guanlin memecahkan suasana yang terasa mencekam itu.
"Makanlah." Y/n mengangguk begitu mendengar titah Guanlin dan bergumam 'selamat makan'
Guanlin tersenyum tipis melihat Y/n yang melahap makanannya. Lalu ikut memakan makanannya.
Di sela-sela makannya, sesekali Guanlin melirik Y/n yang rupanya fokus menghabiskan makanannya.
Ponsel Guanlin bergetar, pertanda adanya sebuah notifikasi yang masuk ke dalam layar ponselnya. Guanlin pun mengeluarkan ponselnya yang ada di saku celananya sambil menyantap makanannya.
Melihat Y/n yang masih terfokus menikmati makanannya, muncul sebuah niat di benak Guanlin untuk memotret gadis itu. Y/n tidak sadar bahwa Guanlin diam-diam memotretnya. Habis mau bagaimana lagi? Ekspresi Y/n saat makan terlihat lucu dengan bibir yang mengerucut dan pipi yang penuh karena sedang mengunyah makanan.
"Kau menyukai makanannya?" tanya Guanlin yang sudah meletakkan kembali ponsel ke dalam saku celananya.
Y/n mengangguk semangat. "Lain kali, kita harus ke tempat ini lagi," ucap Y/n secara tidak sadar.
Y/n membulatkan kedua matanya dan menangkup mulutnya keceplosan. Guanlin yang juga terlanjur melahap makanannya hingga proses menelan pun akhirnya tersedak. Dengan sigap tangannya meraih gelas di sampingnya.
"E-eh ma-maksudku ... eummm aku hanya bercan-"
"Baiklah, setiap pulang sekolah kita akan makan di sini," ucap Guanlin sambil
"I-itu tidak-"
Ucapan Y/n terhenti ketika tiba-tiba saja Guanlin memegang tangan kiri Y/n yang sedari tadi menganggur.
Y/n meletakkan sumpit yang ada di tangan kanannya di mangkuk makanannya. Lalu mengalihkan perhatiannya ke arah Guanlin yang kini menatapnya lekat-lekat.
"Tak apa, aku menarik ucapanku waktu itu tentang menyuruhmu untuk bersikap seolah-olah kau tidak mengenalku ...." Guanlin mengusap tangan Y/n yang berada di atas tangannya sekarang, lalu mengusapnya dengan ibu jari sambil menundukkan kepalanya.
"Mian, aku menyesal, dan juga aku menyesal telah membentakmu dengan kata-kata kasar hingga membuatmu menangis dan menjauhiku waktu itu."
Y/n tersenyum simpul. Ia menarik tangan kirinya yang membuat Guanlin mendongak tidak percaya. Namun ternyata Y/n menyelipkan jemarinya di sela-sela jari Guanlin.
"Oppa, tanganmu besar sekali?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Y/n membuat Guanlin terkekeh pelan.
-TBC-
Vomment jika berkenan yaaa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosé ; Wanna One [COMPLETE]
FanficGuanlin, Seonho, Jihoon x You "Love is much like a wild rose, beautiful and calm, but willing to draw blood in its defense."-Rose Total chapter > 50