Di sisi lain, Y/n mengelap keringat yang terus-terusan mengalir di pelipisnya.
Penonton-penonton sudah berdesakan di tempat duduk. Y/n lupa membeli air mineral saat di perjalanannya dengan Seonho tadi.
Y/n merogoh isi tas serutnya, berharap topinya ada di dalamnya. Tetapi hasilnya nihil.
Y/n mendesah pelan, sepertinya ia harus merelakan tempat duduknya yang ia tempati untuk membeli air mineral untuknya dan Seonho di minimarket terdekat.
Karena Y/n sangat kehausan saat ini. Y/n beranjak dari tempat duduknya untuk membeli air mineral.
Matahari bersinar semakin terik. Padahal sekarang baru saja jam 11 kurang 15 menit dan permainan masih berlangsung sejak pukul sembilan pagi.
Iya, sekarang masih babak penyisihan dan tim Seonho berhasil memasuki babak semi final berkati kegigihan Seonho dan timnya berlatih selama ini.
Sulit rasanya bagi Y/n untuk menembus kerumunan banyak orang yang masih setianya berdiri untuk menonton pertandingan basket. Y/n mengeluh dalam hati.
Bahkan ia masih kesusahan dalam menembus kerumunan dengan tubuh mungilnya. Kepalanya mulai terasa pusing dan wajahnya memucat.
Namun tak lama kemudian sebuah tangan memasangkan topi tepat di kepala Y/n. Y/n mengambil topi yang ada di kepalanya. Topi itu adalah miliknya.
Y/n menoleh ke belakang dan mendapati Guanlin yang hanya menatapnya datar.
"Ayo." Tanpa persetujuan Y/n, Guanlin menarik tangan Y/n menebus kerumunan.
Ternyata, Y/n dibawa ke kafe terdekat oleh Guanlin. Y/n awalnya kebingungan, namun ia menurut saja saat Guanlin menarik sebuah bangku dan menyuruh Y/n untuk duduk.
Guanlin menyodorkan sebuah kertas daftar menu di kafe itu yang sudah dipress.
"Aku kan sudah makan," gumam Y/n yang masih terdengar oleh Guanlin.
"Begitukah? Lalu kenapa kau memuntahkan makananmu tadi pagi?"
Y/n hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya. Ia tidak berani menatap Guanlin yang tengah menatapnya dengan sorot mata tajamnya.
"Kau alergi susu 'kan? Kenapa kau meminum susu yang Seonho berikan padamu tadi pagi? Kau tidak tega jika menolaknya?"
Y/n menelan salivanya dengan gugup. Lalu sebuah tangan menarik dagu Y/n mendekat. Y/n terkejut, ketika Guanlin mendekatkan wajahnya. Dengan susah payah Y/n menahan nafasnya kala hembusan nafas Guanlin menerpa kulit wajahnya.
"Kenapa kau tidak menjawabku?"
Lagi-lagi Y/n terdiam. Ia tidak bisa fokus mendengarkan perkataan Guanlin. sekarang ia hanya fokus menatap dalam manik yang dimiliki namja itu dan menyadari bahwa Guanlin adalah makhluk yang sempurna di matanya.
-TBC-
Jangan lupa baca Mystery of The 4th Floor di lapak sebelah ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosé ; Wanna One [COMPLETE]
FanficGuanlin, Seonho, Jihoon x You "Love is much like a wild rose, beautiful and calm, but willing to draw blood in its defense."-Rose Total chapter > 50