•01•Awal Kisah

8.6K 288 14
                                    


Gemercik hujan mulai membasahi bumi, rintik-rintikkannya begitu menyejukkan hingga seorang anak laki-laki berkacamata mengeratkan jaketnya sambil berjalan menelusuri tiap-tiap koridor sekolah. Seringkali ia menyatukan kedua tangannya seraya menggosokkannya lalu ia tempelkan di kedua pipi gembulnya untuk memberi kehangatan. Cuaca kota jakarta saat ini sangat mendung apalagi ini musim hujan membuat kota jakarta kehujanan.

Ia menghentikan langkahnya saat seseorang melembarnya dengan botol hingga membuatnya sedikit meringis sambil mengusap-usap kepalanya terasa sakit. Lalu ia menengok kebelakang mencari tahu siapa yang melemparkan botol plastik kearahnya.

Sepi. Tak ada orang satupun.

Iapun membalikkan badannya kearah semula, saat ia berbalik ia terkejut saat melihat seorang gadis berpakaian urakkan menatapnya tajam.

Nampaknya gadis itu mengadahkan tangan lalu ia memaju mundurkan keempat jarinya. "Mana duitnya?" Tanya gadis berperawakan mungil itu. Sedangkan lelaki itu menggelengkan kepalanya.

Gadis itu berdecak, lalu ia tersenyum meremehkan lalu tangannya terulur mengambil alat yang berada di telinga kanan lelaki itu.

Lelaki itu terkejut tatkala gadis itu mengambil alat bantu pendengarannya. Gadis itu tersenyum mengejek saat laki-laki itu memohon dengan bahasa isyaratnya.

'Aku mohon Prill, kembaliin alat bantu pendengaran aku..'

Gadis itu tertawa meremehkan lalu ia membuang alat tersebut kesembarang arah membuat laki-laki berkacamata itu terkejut sangat melihat gadis itu membuang alat bantu pendengarannya.

"Hahaha emang enak? Makanya jangan boong sama gue." ujar gadis itu tertawa meremehkan. Lelaki itu memohon dengan wajah memelas dengan bahasa Isyaratnya.

'Kumohon Prill, jangan buang alat itu. Itu satu-satu yang buat aku bisa mendengar jelas...'

Kata lelaki itu dalam bahasa isyaratnya dengan wajah memelasnya.

Gadis itu tak mengubris ia malah tertawa terbahak-bahak. "Percuma lo minta alat pendengaran itu. Kan lo udah budek!"

Lagi-lagi anak remaja laki-laki itu menatap si gadis urakkan itu dengan memelas.

Seorang laki-laki bertubuh tinggi menghampiri gadis urakkan itu dan laki-laki berkacamata itu.

"Ada apa ini Prill?" tanya lelaki itu. Gadis tersenyum meremehkan menatap laki-laki berkacamata itu.

"Ituloh sayang, si gagu ini gak mau kasih kita duitnya. Jadinya aku buang tuh alat pendengarannya." ujar gadis itu. Laki-laki berpipi tirus itu tersenyum bangga, ia bangga pada gadisnya ini. Ia nampaknya mengambil sebatang rokok dari sakunya dan korek api untuk rokok itu. Lelaki bertubuh tinggi itu menyesap rokok nya lalu ia sengaja menghembuskan di depan laki-laki berkacamata itu dan menatapnya tajam.

"Mana duitnya?!!!" sentak lelaki bertubuh tinggi itu. Nampaknya laki-laki berkacamata itu membaca gerakan bibir dari laki-laki bertubuh tinggi itu.

Lelaki itupun menggeleng. Lalu ia menundukkan kepalanya tak mau menatap lelaki berpenampilan urakkan itu.

----

"Li, kok muka lo lebam gitu?" tanya seorang anak remaja laki-laki sebayanya namun laki-laki di sampingnya tak meresponnya.

Tangan laki-laki itu terulur memegang bahu kanan laki-laki itu membuat sang empinya menoleh.

"Li, kok muka lo lebam gitu? Terus alat bantu pendengaran lo mana?" tanya laki-laki berkacamata bulat itu. Namun sayang laki-laki itu tak menjawab. Lelaki berkulit putih itu menghela nafas, lalu ia mengambil buku dan pulpen menuliskan sesuatu. Setelah menulisnya lelaki itu memberikan pada ali.

Aku bukan anak tiri mu. (DAS NEW VERSION) -END-Dalam tahap revisi. (2019)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang