•36•Hukuman

1.2K 60 29
                                    

"Well, jadi sekarang lo kalah telak li. Rencana lo yang buat ngungkapin kejahatan gue udah gagal. So, mending lo get out deh dari rumah ini..." ucap Max kalah berada di hadapan Ali. Ali tersenyum meremehkan memandang kakak angkatnya itu sembari bersedikap dada angkuh.

"Emang gue kalah, tapi ikutin aja alur permainan gue yang gue buat apik. So, jangan senang dulu bro..." pungkas Ali tersenyum remeh sembari menepuk bahu Max lalu pergi namun Max kembali bersuara.

"Inget li, gue pastiin lo bakalan kalah dan gak akan menang dari gue. Gue pastiin itu!" ucap Max. Ali tersenyum miring tak menanggapi  omongan Max pun pergi, ia membiarkan Max mengoceh tak jelas.

Max menggeram, tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Ali. Kali Ali sangat berbeda, sikap Ali sekarang lebih berani dan licik beda dengan dulu apa apa Ali selalu mengalah dan ia selalu menang tapi kali ini Ali benar benar berubah.

"Gue harus lakuin sesuatu, gue gak mau mamah tau soal kejahatan gue perbuat. Awas aja, Li." gumam Max emosi lalu menyerangai iblis karena memiliki ide untuk menghancurkan rencana Ali.

***

Ali melangkahkan kakinya ditaman belakang rumahnya sembari bersenandung kecil namun langkahnya terhenti teringat sesuatu, matanya berkaca kaca dan menatap langit sore hari.

"Pa, Ali kangen papah.. " lirihnya kembali menunduk lalu terduduk dikursi taman yang tersedia. Airmata yang ia tak pernah ia keluarkan kini harus tertumpah, ia merindukan ayahnya yang telah tiada iapun juga merasa bersalah karena harus membuat mamahnya tersakiti tapi jika ia tak seperti ini ibunya akan menderita ia tak mau itu.

"Maafin Ali, pa. Ali membuat mamah menderita, Ali udah bikin semua orang tersiksa karena sikap Ali berubah tapi Ali lakuin ini hanya karena ingin menyelamatkan mamah dari sikap buruknya Kakak dan Prilly.." ucapnya lagi dengan nada tersendat airmatanya terus mengalir membasahi pipinya. Semua kembali terngiang saat saat bersama Sandy, rasa rindu kembali memdera pada mendiang ayahnya.  Sosok ayah yang setia merawatnya hingga dewasa, sosok ayahnya yang satu satunya menyayanginya kals semua membenci keberadaannya, sosok ayahnya yang selalu mendekapnya kala semua orang menganggapnya manusia paling menjijikkan.

Jujur saja, jiwanya hingga kini terguncang karena masih dihantui rasa siksaan yang pedih untuk selama 20 tahun lamanya. Fisik dan psikisnya sakit nyaris saja membuat ia depresi kala itu tapi ada sahabat dan adiknya selalu mensupport dan selalu menemaninya membuat ia kembali semangat hidup walau ia harus terjatuh dan jtuh kembali. Dan kini, iapun bertekat untuk merubah dirinya dan bertekat menyelamatkan semua aset kepemilikkan mamahnya dan menyelamatkan mamahnya dari kejahatan kakak angkatnya dan mantan istrinya itu walau ia tau Max dan Prilly sangat licik dan harus pula ia menerima konsenkuensinya.

"abang kenapa?"

Sontak Ali menyeka airmatanya kasar dan beranjak lalu membalikkan tubuhnya seratus delapan puluh derajat dan mendapati adik kesayangannya tengah menatapnya bingung.

"Abang gapapa kok, Sya. Abang cuma capek mikirin kerja aja... kok" ucap Ali gelgalapan.

Putri -adik kesayangannya- menatap Ali penuh selidik. "Jangan bohong! Aku tau abang pasti mikirin papah kan? jangan tertutup, bang. Sya tau kok abang kangen papahkan?" kini tatapan putri menjadi sendu, ia tak tega melihat abang kesayangannya sedih dan karena abangnya sedih hatinya ikut sakit.

Ali diam.

"Bang, aku tau abang sedih tapi kumohon jangan sedih karena merindukan papah. Aku yakin papah bakalan sedih karena abang sedih..." kata Putri menatap Ali nanar, ia kasihan melihat abang nya menderita apalagi saat ini abangnya tengah berjuang menyelamatkan nama baik keluarganya dan ia pun mengikuti permainan yang sudah dibuat apik oleh ali dengan cara berakting pura pura tak tau.

Ali tersenyum kecil, ia beruntung memiliki adik perempuan seperti putri meski menyebalkan ia sangat sayang dengan putri. "abang ga sedih kok. Makasih ya mbul udah selalu ada dan nerima abang sebagai kakakmu..." Ali berucap dengan tersenyum kecil lalu mengacak rambut putri sehingga gadis itu mendengus kesal karena rambut barunya di acak acak oleh Ali.

"Ihh abaaaaanggggg!!!" teriaknya cempreng spontan membuat Ali nyaris mendadak tuli saking cemprengnya suara putri yang sampai kegendang telinganya. Ali mengusap telinganya lalu nyengir lebar.

"Hehe sorry, abang ga tau kalo model rambut kamu baru hehe..." ucap Ali cengengesan. Putri mendecak sinis dan menatap sebal abangya yang super rese itu, baru baru ini abangnya memang agak rese entah apa yang verrel ajarkan kepada Ali sehingga Ali sangat keliatan rese.

"Ih pokoknya abang hrus sya hukum biar ga rese!!" keluh Putri kesal.

"Lah, kok abang dihukum sih? kan abang cuma ngacak ngacak rambut baru kamu untuk salam perkenalan doang..." ucap Ali wajah tanpa dosa.

Putri harus extra sabar menghadapi abangnya, ingin rasanya menghujat abangnya yang kelewatan rese plus bikes banget itu tapi takut dosa juga jika ngehujat orang yang lebih tua.

"sabar put, dia abang lo jadi ga boleh sleding dia karna dosa.." batin putri menyabarkan diri.

Putri menghela napas dan berfikir sejenak hukuman apa yang pantas untuk abangnya itu biar ga rese lagi. Ah, seketika ide cermelang putri keluar lalu ia menyerangai jahil kala sudah mendapati ide untuk hukuman Ali. "Hukuman abang itu abang tembak kak Syifa!" ujar Putri.

Ali manggut manggut mengerti namun seketika ia melotot kaget nyaris tersedak air liurnya sendiri. "APA TEMBAK SYIFA?!!"

Putri mengangguk santai. "Iya, emang kenapa? kan itu hukuman ya kalo ga mau jalanin ya terpaksa Sya bakar semua sempak nya abang..." ancamnya.

Ali meneguk salivanya ia tak bisa membayangkan jika seluruh dalamannya di bakar oleh adik gembulnya itu. "Ih jangan dong.. ntar abang pake apa masa pake daun kayak tarzan dong... ntar abang ga ganteng lagi. Yang lain dong hukumannya masa nembak anak orang yang adanya kalo abang nembak ntar leher abang dipatahin lagi..." ucap Ali.

"Harus, titik ga pake tanda tanya. Kalo ga mau gapapa tapi siap siap aja nangis kejer sya bakar semua sempak abang!" kata Putri songong.

Ali menarik napas dalam dalam, rasanya ingin sekali memasukkan putri kedalam botol karena saking keselnya dengan sikap songong dan pemaksa itu. "Oke, puas!!" ucap ali dengan keputusannya memenuhi hukuman putri dengan muka kesal.

Putri tersenyum puas dan mencium pipi ali lalu pergi. Ali menggelenh rasanya ingin menangis karena harus mengiakan perintah adiknya itu.

benar benar Putri menyebalkan!

***

Aku bukan anak tiri mu. (DAS NEW VERSION) -END-Dalam tahap revisi. (2019)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang