•32•The Devils.

1.7K 77 3
                                    

Syifa nampak senyum-senyum sendiri. Dari muka nya tampak berseri-seri karna jatuh cinta. Perempuan berusia 19 tahun itu berlonjak senang entah apa yang membuat nya senang.

"Akhh.... Seneng nyaa bisa Jalan-jalan sama Ali! Aaaaa.." teriak Syifa kegirangan sampai lupa jika kamar nya ini tidak berkedap suara. Sontak saja ibu nya datang terbirit-birit dengan panik.

"Aduh... Syif kamu kenapa? Ko teriak-teriak gitu? Gak malu apa teriak-teriak gitu?" tanya sang ibu kesal. Sedangkan Syifa hanya cengarcengir tak jelas.

"Eh nggak ko Mih, tadi Syifa teriak soal nya ada kecoa ko mih hehe.. Tapi udah pergi ko.." ucap Syifa cengengesan.

"Oh.. Yaudah lain kali jangan teriak-teriak gak baik buat anak gadis.." ujar Ibu nya memperingat kan. Perempuan itu hanya mengangguk mengiyakan peringatan Dewi.

Dewi pun meninggalkan syifa di kamar membuat perempuan itu menghela nafas lega.

"Uhh.. Untung aja mamih gak curiga.." gumam nya.

Memang tadi Ali mengajak nya jalan untuk melihat sun set di pantai. Jadi itu yang membuat Syifa senang.

Sedangkan disisilain, Maxime dan Prilly nampak gusar dan gelisah kala mengingat kejadian kemarin. Dimana Ali datang mengambil semua aset milik Syairah.

"Duhh.. Gimana nih? Aku takut kita ga akan bisa ngambil semua harta milik wanita tua bangka itu kalo harta warisan itu ada di tangan anak sialan itu." keluh prilly mulai gusar.

"Aku gak tau harus apa.. Ini semua itu gara-gara anak sialan itu!" ucap maxime.

"Anak sialan siapa yang kamu maksud?" tegur seseorang membuat maxime dan prilly kaget.

"Ali?".

Ya Ali yang tak sengaja mendengar pembicaraan sepasang suami istri ini.

" kenapa? Heran lihat gue dateng secara tiba-tiba?"

Maxime dan Prilly nampak gelgalapan, hendak pergi namun Ali cepat mencegahnya.

"Kalo kalian beranjak maka kalian bakal dalam bahaya!" sontak saja ancaman Ali membuat menciut.

"Sekarang kalian jujur, apa kalian omongin tadi ha?" tanya Ali mengintrogasi membuat maxime dan prilly terdiam.

Brak!

Kedua nya melonjak kaget kala Ali melabrak meja di hadapannya. Tentu mereka barukali ini melihat ali seperti ini.

"Kalo orang di tanya tu jawab! Jangan diem!!!" ucap Ali kesal.

"Ta.. Ta.. Ta.. Ta.. Di.. Ki.. Ki.. Ki.. Kita, ngo-ngomongin so-soal ke-kejadian ke-kemaren waktu lo-lo bilang lo-lo nga-ngambil semua aset pe-perusahaan milik mama.." jawab Maxime tergagap barukali ini ia mulai takut pada Ali.

Prok .. Prok.. Prok..

Ali bertepuk tangan dengan lantang nya sembari mengelilingi mereka.

"Wow! Bagus banget ya! Ngomongin gue dari belakang. Emang kalian pikir kalo orang do omongin belakang itu enak?!" ucap Ali sinis.

"O ya bukannya dulu kalian sering ngomongin gue dari belakang heh? Ko gue lupa ya??" lanjut Ali pura - pura berfikir.

"Eh li, ngapain lo seakan ngintrogasi kita? Oh apa lo pikir kita jahat mau nyelakain mama gitu? Heh! Justru yang ingin ngecelakain mama itu elo.." ujar maxime ketus tak terima atas perlakuan Ali.

"Siapa bilang gue mau celakain mama gue sendiri? Dan siapa juga nuduh lo lo pada mau celakain mama?" tanya Ali mulai curiga atau tepat nya sudah mengetahui sejak awal.

"Mampus... Ali mulai curiga nih. Aduhhh... Kenapa si mulut ini main nyosor aja?" batin Maxime merutukki diri nyanyang suka keceplosan.

"Bagus... Kali ini rencana aku berhasil... Tinggal beberapa saat lagi aku bakal membukti kan bahwa kalian itu emang jahat...." ucap Ali dalam hati.

"Yaudah, kalian boleh keluar yaa udah mau makan malam... Nanti gue nyusul..." tukas Ali memnuat maxime dan prilly segera meninggal kan ruangannya.

.

.

"What? Makan malam kita cuma tempe, sayur, telor, tahu dan sambel doang?" Ali mengangguk mengiyakan pertanyaan prilly. Tentu nya msmbuat semua keluarga nya semakin kesal pada nya.

"Iya, karna biar irit.. Kan kalian tau kalo dari dulu saya cuma makan ini.." tukas Ali membuat semua orang agak kesal.

"Li, kamu tau kan kita gak biasa makan makanan kampungan ini!" celetuk Syairah mulai kesal.

"Ya harus terbiasa dong.. Lagipula biar kalian tau nama nya kesederhanaan. Emang iya si kita pernah hidup sederhana tapi kalian gak pernah makan makanan seperti ini. Justru kalian bersyukur jika saya kasih kalian makan, jadi kalian ga usah ngeluh!" ucap Ali panjang lebar membuat semua nya kewalahan melawan Ali.

Dalam hati Ali tentu nya merasa tak tega tapi ia harus lakukan ini demi keselamatan keluarga nya dari kelicikkan maxime dan Prilly.

Tanpa pikir panjang pun laki-laki itu langsung menyuap kan sesendok nasi kemulut nya hingga keheningan pun menghampiri keluarga ini.




*****

Yes udah saya revisi... Gimana? Gje?

Aku bukan anak tiri mu. (DAS NEW VERSION) -END-Dalam tahap revisi. (2019)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang