Dalam Tahap Revisi|Bu Arumi mendekati meja pojokkan belakang dimana Ali tertidur. Tangannya memegang penggaris panjang, lalu penggaris itu untuk melabrak meja.
'Brak!'
Ali terpenjat dan kaget kala Bu Arumi melabrak mejanya.
"Ngapain kamu tidur di jam saya?!! " sentak Bu Arumi tajam. Ali hanya menunduk takut.
"Heh! Anak sialan keluar dari kelas saya!!!!" Ali hanya mengangguk, ia memang terbiasa sekali mendengar hal menyakitkan ini. Iapun segera keluar meninggalkan kelas.
Di luar kelas Ali menjatuhkan bokongnya ke kursi sembari menunduk sedih. Berhari-hari Ali selalu seperti itu di caci, dan dicapkan si anak sialan. Ali lahir penuh segala kekurangan itu hak Sang Pencipta, Ali lahir penuh segala bukti dan cinta kasih sayang orang tuanya, lalu mengapa Ali terlahir untuk di benci dan dianggap hanya membawa kesialan?
Percayalah tuhan itu adil, Sang Maha Kuasa. Tuhan tak membeda-bedakan, manusia itu sama. Ah! Tapi terkadang orang-orang itu hanya menganggap Ali tak seberutung mereka, padahal Tuhan sudah memberikan kelebihan dan kekurangan untuk kita.
Ali menghirup udara, rasa sesak menggerogoti pernafasannya. Perih rasanya jika di perlakukan seperti itu.
Sempat ali bertanya apa kah ia sanggup menjalani hidup penuh penderitaan, ataukah ia menyerah dan ia kembali pada Sang Maha pencipta?
Ali mengambil sesuatu di saku celananya. Tangannya bergetar kala melihat foto Ayahnya dan ia, seiring air matanya jatuh membasahi pipinya.
"Ali rindu papa, Ali rindu. Ali rindu pelukkan papa, Ali rindu suara papa.." Batin lelaki penuh kepiluan. Air matanya mengalir deras di pipinya.
Tergiang-giang bayangan masa indah bersama ayahnya kala itu, masa-masa ketika ia mendapat gelar juara sewaktu Sd kelas satu. Namun saat itu semua hancur kala Ayah dan Ibunya bertengkar lagi karna dirinya.
"Heleh! Palingan Maxime juara satu, di bandingkan dia. Diakan bodoh," Ali kecil hanya menunduk. Meremas ujung baju seragam putih merahnya. Maxime saat itu merebut piala dan piagam milik Ali. Ali melihat ia hanya menunduk pasrah, karna ia tahu Maxime pasti ingin menukar pialanya dengan piala kecil maxime.
"Ini, mah.. Ali nuker piala aku dengan piala kecil dia.. Supaya dia di sayang sama mama.." Ujar Maxime kecil dan melirik Ali kecil dengan sinis. Ali hanya menundukkan kepala. Hatinya terasa sakit jika Maxime menuduhnya bahwa Ali menukar piala maxime dengan pialanya padahal jelas-jelas Maximelah yang ingin menukarnya dengan piala kecilnya. Dan ucapan kalimat terakhir Maxime membuat hatinya terhenyak. Ali memang ingin merasakan di peluk di kecupi, dan di manjakan oleh ibunya namun bukan cara ini.
"Lalu, apa yang di lakukan sama kamu Maxime?" Tanya Syairah bersedikap dada dengan tegas.
"Anak bisu ini mukul aku ma.." Ali tersentak. Syairah beralih menatap tajam anak yang tak dianggap ada itu.
"Oh,, jadi ini kelakuan kamu ke kakak kamu sendiri?!" Ali menundukkan kepalanya kembali enggan menatap ibunya yang tengah murka.
Syairah segera mengangkat dagu Ali kasar lalu ia mencengkram wajah Ali keras sehingga Ali meringis seiring air matanya jatuh.
"Kamu emang adik durhaka ya sampe kamu mukul kakak mu sendiri! Dasar anak tidak berguna!!!!" Teriak Syairah tajam. Shandy melihat itupun segera menghampiri ketiga orang itu.
"SYAIRAH STOP!!" Syairah, Ali dan Maxime menoleh kala Shandy berteriak penuh penekanan. Syairah segera melepaskan cengkramannya dari wajah Ali. Lalu wanita itupun menghampiri Shandy.
"Ngapain kamu ngelarang aku? Kamu gak tahu ya kalo anak sialan itu mukul maxime? (!) Dia udah mukul maxime sampe anakku terluka! Makanya jangan terus-terusan manjain dia! Jadi ginikan?!!!" Ali mendengar itu hanya menunduk. Shandy segera menghampiri putra kandungnya itu lalu ia gendong.
"Syairah, anak sekecil ini kamu siksa? Dimana hati nurani kamu? Ali gak salah, dia lebih baik gak dapet apa-apa asalkan Maxime senang? Kurang apa Ali?"
"Semuanya, dia bisu, lahir dengan namanya kesialan, tuli. Itu kurangnya ANAK ITU!" Ali hanya diam, airmatanya mengalir membasahi pipinya. Shandy menggelengkan kepalanya. Ucapan Syairah menurutnya sudah keterlaluan.
"Ali, anak papa. Kamu kekamar dulu, papa dan mama mau bicara serius nih." Shandypun menurunkan Ali dari gendongannya setelah Ali mengangguk. Anak Lelaki itupun segera berlalu meninggalkan ruang keluarga menuju kekamar.
Setelah sampai ali menutup kamarnya rapat. Kakinya melemas sehingga ia bertumpu pada lantai. Tangis pilu terdengar menyakitkan.
Suara pertengkaran itu membuat hati Ali sangat sakit.
"Kamu seharusnya menyayangi Ali!!!! Bukan untuk kamu sia-siakan!!!"
"Apa?!! Menyayangi anak penuh kesialan itu?!"
Ali mendengar itupun menutup kedua telinganya dengan kedua tangan nya.
***
Ali kecil tengah berjalan sembari menjual koran-koran di pinggir jalan tanpa rasa letih. Padahal saat itu Ali masih berumur enam tahun.
Saat lelaki kecil itu menghitung uang hasil jualannya tiba-tiba ada yang merampas uang itu. Ali kecil saat itu terkejut kala melihat orang yang merampas uang hasil jualannya.
'Maxime?' Batinnya.
Ya.. Maxime lah yang merampas uang tersebut.
Maxime kecil menyerengai licik sembari menghitung uang hasil jualan adik angkatnya. "Hmm.. Lumayan banyak ya li.. Bagi gue dongg, gue pengin beli makanan nih.." Ali menggeleng kan kepalanya.
'Gak! Aku gak mau kamu ambil uang itu max! Nanti bang Imran marah sama aku. Plis kasihin aku kembali uang itu...' Kata Ali dalam bahasa isyaratnya dengan nada memohon seraya berjinjit meraih uang yang di tangan kakak angkatnya.
"Ck! Bawel lo! Gue cuma minta dikit doang! Pelit amat sih jadi orang!" Tukas maxime kecil kesal. Ali menggelengkan kepalanya dengan wajah memelas.
'Aku mohon max! Jangan ambil uang itu hiks hiks hiks..' Mohon Ali sembari menangis nmun tak di tanggapi oleh maxime. Lelaki itu malah berlalu dengan membawa semua uang hasil kerjanya.
Ali hanya terisak kecil. Ini hasil jerih payahnya tapi maxime malah menikmati hasil jerih payahnya seenaknya. Ia mulai takut jika nanti pemilik loper koran itu bertanya padanya kemana uang hasil kerjanya, oh mungkin ali bakal di hukum.
Ali tersadar dari lamunannya pun segera menyeka air mata membasahi pipinya kala seseorang menyentuh bahunya. Ali pun menolehkan kepalanya.
"Ali... Lo kenapa?" Tanya seorang gadis bertubuh tinggi nan ramping sembari duduk di dekat Ali.
Ali tersenyum, lalu ia menggelengkan kepalanya.
"Li, lo gak usah boong! Kita itu udah sahabatan 10 tahun!" Sungut gadis itu kesal. Ali menghela nafas. Ia harus bercerita, kemungkinan gadis ini bisa jaga rahasia.
Alipun mengambil buku kecilnya tangannya pun mulai menuliskan sesuatu. Lalu ia nampak merobeknya setelah menulis, lalu ia memberikannya pada gadis di sampingnya. Dan iapun beranjak pergi meninggalkan gadis.
Setelah gadis itu menerima kertas berisikan tulisan.
'Tadi aku cuman keinget papa doang, jadinya aku nangis kayak gini hehehe.
Setelah membaca gadis itu mendemgus kesal karna ali selalu berbohong. Tapi ia mana tau tentang kehidupan ali sebenarnya?
-----
Maaf Gaje plus Alay
08 January 18
senin.
Pukul: 05.16
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku bukan anak tiri mu. (DAS NEW VERSION) -END-Dalam tahap revisi. (2019)
FanfictionDALAM TAHAP REVISI DAN REMAKE. Note : DALAM BEBERAPA PART AKAN DI REVISI ATAU DI REMAKE. Start : Desember 2017 Ending : 11 Juni 2018 Revisi : 22 Juni 2018 No copas! Genre : Drama (Family, sad, friends, and romance) Dylan Aliandra Syarief New Version...