14:Kesedihan melanda hati

1.6K 107 65
                                    

Ali memasuki gedung pencakar langit tersebut. Banyak makian ia dengar saat melewati koridor. Tak jarang banyak meledeknya karna ia bisu namun itu membuat lelaki itu diam.

"Dasar Anak ga jelas!"

"Tuh anak bisu kepedean amat sih sekolah di internasional ini!"

"Kata Max sih dia itu anak ga jelas asal usulnya. Uh sayang banget ya gak ada peduliin dia."

"Ayahnya mati karna dia pembawa keburukkan. Oh dewa kematian."

Maki-makian ia menjadikan makanan sehari-harinya, ia hanya menanggapi hanya bisa tersenyum walau hatinya sangat perih.

Ali berjalan menyelusuri koridor sekolah, namun seseorang sengaja menyirami jus jeruk di seragamnya. Ia menghentikan langkahnya menatap seragam beralmamater itu miris. Lelaki itu menghirup udara dalam-dalam menghilangkan rasa sesak mernyergap di hatinya.

Ali melanjutkan perjalanannya menuju kekelas namun seseorang membuatnya tersandung hingga ia terjatuh. Ia tampak meraba-raba sesuatu namun ia tak menemukannya, ia menghela nafas kasar karna benda ia cari tak ia temukan.

"Nih.." Suara lembut itu memberikan benda yang Ali cari. Ali tersenyum manis, ia mengambil benda itu namun ia tak sengaja menyentuh tangan pemilik suara lembut itu, membuat Ali malu.

Ali pun beranjak lalu ia pergi meninggalkan pemilik suara itu.

******

Suara alunan piano menggema di sekolah high school canpanus jari jemarinya menari di atas not-not piano

Termenung jauh...
Termenung jauh...
Terkenang ibu, yang selalu memanjakan aku...
Termenug jauh...
Termenung jauh..
Terkenang Ayah yang selalu membanggakan aku..
Termenung jauh...

Suara merdunya begitu lembut. Jari jemarinya terus menari di atas tuts tuts not piano.

Kau bimbing aku meraih cita..
Kau tuntun aku mengukir dunia..
Kau yakinkan ku mengenal rasa..
Keimanan serta keikhlasan..

Perjuanganmu tiada terbatas..
Pengorbananmu tiada terbatas..
Kasih sayangmu tak tergantikan..
Selamanya di dalam hatiku..
Hanya doa selalu kupanjatkan
Hanya untuk ayah ibuku tersayang...

Nyanyiannya begitu merdu di setiap ruangan. Jari-jemarinya terus menari mengikuti intro musik menunggu bait nyanyian selanjutnya.

Kau bimbing aku meraih cita...
Kau tuntun aku mengukir dunia..
Kau yakinkan ku mengenal rasa..
Keimanan serta keikhlasan..

Perjuanganmu tiada terbatas...
Pengorbanan tiada terbatas...
Kasih sayangmu,,, tak tergantikan...
Selamanya di dalam hatiku..
Hanya doa selalu kupanjatkan..
Untuk ayah ibu ku tersayang...

Termenung jauh... Termenung Rindu...

Suara tepukkan tangan menggema di ruangan musik, membuat Putri terkejut.

"Waa.... Mput.... Suara kamu bagus banget!!!" Kata seorang gadis berhijap memuji.

"Iya, atuh.. Aku ga nyangka suara kamu bagus banget pisan atuh Padahal mah kamu kan pindahan dari london..." Puji seorang gadis bertubuh kurus namun terlihat cantik.

Putri tersenyum malu." Apaan sih kalian? Ini cuman sekedar hobi kok ti, Ga." Ujar Putri tersenyum malu.

"Serius atuh suaramu bagus pisan ngalahin suara aku sama Ega." Putri menggelengkan kepalanya seraya terkekeh mendengar cerocosan sahabatnya. Lesti Andryani Kusuma dan Ega noviantika Purnama.

Aku bukan anak tiri mu. (DAS NEW VERSION) -END-Dalam tahap revisi. (2019)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang