•09•sepucuk surat

1.8K 126 37
                                    

"Rel kamu mau ngomong apa tentang Ali?" Tanya seorang gadis bertubuh ramping sembari menyantap mie ayamnya.

Verrel menyesap chopichono dinginnya lalu setelah nya ia menatap mata kekasih sendu.

Lelaki itupun menghembuskan nafas, "di balik keceriaanya, Ali menyembunyikan sejuta luka. Hidup Ali gak seberuntung yang kamu kira, hidup Ali begitu miris. Mulai dari ibu kandungnya membencinya, orang-orang yang di sekitarnya membencinya. Bahkan nenek dan kakeknya aja gak ngaggep Ali itu cucu mereka. Mereka menganggap Ali itu cuma benalu bagi keluarga mereka..." Verrel memejamkan matanya agar air matanya tak keluar. Tenggorokkannya tercekat untuk berbicara. "Dan bahkan mereka menyiksa Ali agar Ali tak betah. Tapi ali? Dia masih tetap bertahan, karna ia percaya jika suatu saat kebahagiaan itu akan datang.." Jelas Verrel menintihkan air mata. Wilona bungkam kala kekasihnya menceritakan kisah kehidupan Ali. Air matanya tak dapat ia tahan, air matanya pun kian menetes. Ia tak menyangka jika kehidupan Ali begitu berat. Wilona tak bisa membayangkan bagaimana rasa jika ia di posisi Ali. Hidup menderita, kesengsaraan, dan penuh luka.

Pikiran Wilona melayang pada 8 tahun yang lalu, dimana ia, Verrel dan Ali tengah melakukan kerja kelompok.

Tampaknya seorang anak perempuan tengah menghampiri seorang anak laki-laki berkacamata yang duduk termenung di ayunan.

"Li.. Kamu kenapa? Ali kok sedih gitu?" Tanya anak perempuan itu polos menghampiri anak laki-laki itu.

Anak lelaki itu menggelengkan kepalanya sembari menundukkan kepalanya.

"Ali kenapa? Cerita sama Wilona." Anak lelaki itu mendongakkan kepalanya lalu menggelengkan kepalanya sembari tersenyum manis.

"Ali gapapa kok wilona. Ali cuman gaenak badan doang!" Ujar Anak laki-laki itu dengan bahasa isyaratnya.

Anak perempuan bertubuh ramping itu hanya mengangguk mengerti sembari mengembungkan kedua pipinya hingg terlihat menggemaskan.

Anak laki-laki bertubuh sedikit gemuk itu tampak gemas melihat sahabat Perempuannya itu segera mencubit pipi chubby anak perempuan itu.

"Auwh! Ali! Sakit!" Pekik Anak perempuan itu Mendengus kesal.

Lelaki masih berumur 9 tahun tersebut malah berlari dan tertawa.

Wilona ingat jika itu terakhir kalinya Ali tertawa. Dan selama ini Ali jarang sekali tertawa ataupun berkumpul dengan Verrel, Wilona, Ersya dan Bryan. Selama ini Ali hanya menyendiri di taman belakang sekolah. Kalaupun pulang hanya sendiri, tapi Verrel lah yang selalu ada di samping Ali.

Wilona pun menghapus air matanya.

"Rel, aku kasihan melihat Ali selalu di siksa. Aku salut sama Ali, dia sabar menghadapi mamanya dan orang -orang membencinya. Kalau aku ada diposisinya, mungkin aku udah nyalahin tuhan dan takdir." Ujar Wilona tersenyum getir. Verrelpun tersenyum lalu ia menggenggam tangan kekasihnya itu.

"Kamu mau kan hibur Ali?" Wilona hanya mengangguk sebagai jawaban pertanyaan lelaki berkacamata itu.

----

Prilly tersenyum licik setelah mendapatkan ide untuk menghancurkan seseorang yang ia benci.

"Sayang bagus kan akting aku saat pura-pura nangis di depan dia?"

Maxime tersenyum bangga lalu mengecup singkat pipi kekasihnya itu.

"Bagus, kamu bisa kibulin dia sampe dia out dari sekolah!" Ujar Maxime sembari menyesap batang rokoknya.

Aku bukan anak tiri mu. (DAS NEW VERSION) -END-Dalam tahap revisi. (2019)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang