•05•Ali's Diary

2.1K 130 37
                                    

31 desember 2014

Pedih, sakit, sesak, perih ntah sampai kapan aku rasakan. Aku sadar, bahwa aku cuma benalu bagi ibuku dan semua orang, aku cuma seonggok sampah yang pantas di buang, aku hanya manusia cacat yang tak bisa berbicara mau pun mendengar. Aku hanya perasit penganggu bagi keluargaku, semua orang. Aku tau aku lemah tak berdaya, diam saat di hina di caci saat di ejek saat di usir. Aku hanya merenungi nasibku.

Rasa sakit tak akan pernah hilang, walaupun aku berusaha untuk mengobatinya. Tapi aku bersyukur masih mempunyai sahabat.

Entah sampai kapan aku menahan luka ini.
Entah sampai kapan aku menahan perih di hatiku ini.
Entah sampai kapan air mataku keluar membasahi wajahku.

Tapi aku percaya, segala yang pahit akan memjadi manis pada waktunya. Aku masih percaya jika tuhan itu ada.

-Hanya Manusia yang di anggap seonggok sampah-


Ali menutup buku jornal cokelatnya dan ia menaruhnya di laci meja belajar. Setelah itu ia segera bergegas mengerjakan tugas berikutnya. Ia mengerjakan banyak hal seperti menyapu, mengepel, merapikan baju-baju, memasak, bahkan mencuci baju tanpa mesin cuci. Seharusnya anak sebaya dia hrus belajar, bermain dengan teman, bergaul namun Ali beda ia mengerjakan semua itu sambil belajar. Jika kalian bertanya mengapa Ali yang mengerjakan tugas itu bukan para pelayan? Maka jawabannya Ali mengerjakan perkerjaan pembantu karna keluarga Ali memang sengaja, agar bisa menyiksa Ali. Keluarga Syarief mempunyai banyak pelayan tapi sayangnya semua pelayan mereka membenci Ali.

Pernah waktu itu dimana Ali masih kelas 9 smp salah pelayan tengah mencuri perihasan neneknya dan Ali saat itupun memergokinya. Saat Ali ingin melaporkan ini dengan keluarganya Ali di ancam oleh pelayan itu.

"Kalo kamu laporin kejadian ini, saya gak segan-segan buat bunuh kamu!" Ancamnya membuat Ali bersusah payah menelan salivanya.

Dan saat itu Ali enggan buka mulut untuk melaporkan kejadian itu.

Ali tengah menyapu lantai rumahnya begitu besar tanpa rasa lelah namun lagi-lagi ada sampah kertas bertebaran di lantai dan Ali harus pungut. Namun lagi-lagi Ali harus bersabar saat melihat sampah lagi, jadinya ali mendongakkan kepalanya melihat siapa yang memyebarkan sampah.

"Mirna?" Ujarnya dalam hati melihat orang yang sengaja menumpahkan sampah padanya.

Orang yang di sapa Mirna itu tersenyum, "ohh.. Kacian banget sih si pemilik rumah dia beresin rumah sebesar ini sendirian.. Padahal mah banyak pelayannya ohh kasian banget sih si anak Bisu ini.." Ucap Mirna iba di buat-buat.

Ali hanya terkekeh, seakan - akan kehidupan nya hanya lelucon. Lalu ia tersenyum tulus dan beranjak.

Lalu ia mulai berbicara dengan bahasa isyaratnya,

'Mirna, walaupun aku anak Ibu Syairah aku akan tetap mengerjakan ini asalkn mereka bahagia.. Sekalipun dia nggak nganggep aku ada ataupun keluarga mereka' ujar Ali dalam bahasa isyaratnya sambil tersenyum.

Mirna tersenyum remeh, " terus gua pikirin? Denger ya tuan Dylan Aliandra Syarief, gue tau kok kalo lo itu anak dari nyonya Syairah tapi sayangnya beliau gak nganggap lo anak.. Karna lo itu tuna rungu and tuna wicara.. " ali hanya terdiam tapi ia tetap tersenyum walau hatinya sakit mendengar ucapan Mirna.

"Kenapa lo diem? Ohw gue tau lo pasti merenungi nasib lo yang malang ini." Ali hanya terdiam enggam mengubris ucapan Mirna yang terkesan menyakitkan. Ali hanya menundukkan kepalanya enggan menatap Mirna.

Aku bukan anak tiri mu. (DAS NEW VERSION) -END-Dalam tahap revisi. (2019)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang