I've found a reason for me
To change who i used to be
And the reason is you***
"Ra!" Suara lengkingan yang sudah sangat kukenali ini menyapa ketika aku dan Bintang sampai di lobi. Menoleh ke belakang, aku menemukan teman-temanku datang untuk menjenguk. Senyum lebarku pun terbit. Padahal baru beberapa jam aku absen, tapi rasanya aku sudah merindukan kegilaan mereka.
"Kamu kedatangan tamu, saya tinggal dulu ya. Hubungi saya kalau kamu butuh sesuatu." ucap Bintang ketika melihat teman-temanku. Sepertinya ia tidak ingin berurusan lebih jauh dengan mereka. Kenapa aku merasa laki-laki ini tidak menyukai keramaian? Lebih suka menyendiri? Entahlah. Aku menatapnya yang masuk ke dalam lift dengan heran. Dia juga tinggal di sini?
"Eh itu si pelayan ganteng bukan sih? Gue udah denger cerita dari si Sandra. Gila! Lo beruntung banget sih ditolongin sama si pelayan ganteng. Pake ditemenin semaleman lagi." cerocos Nita yang langsung mengalihkanku yang sedang larut dalam pikiranku sendiri.
"Eh tapi dia masuk ke lift? Dia tinggal di sini juga? Pelayan itu?" Kali ini suara Juna terdengar yang ikut penasaran dengan keberadaan Bintang.
"Yes, itu cowok yang nolongin gue. Dan gue nggak tau dia tinggal di sini atau nggak," jawabku, "lagian ya! Lo San, bisa-bisanya lo ninggalin gue berdua aja sama tuh cowok?" hardikku sambil kemudian mengalihkan tatapan tajamnya ke Sandra. Sandra terlihat hanya cengar cengir.
"Sorry. Pak Aldric telpon butuh bahan rapat pagi-pagi. Karena lo lagi sakit, jadi gue menawarkan diri bantuin dia sebagai ganti lo. Makanya akhirnya gue titipin lo ke Mas Bintang itu." jelas Sandra. Ah, Sandra dan perasaannya ke Aldric. Tentu saja, wanita mana yang tega membiarkan lelaki pujaannya dalam kesulitan. Berada dalam satu atap setiap hari tentu membuatnya susah untuk move on.
"Sumpah San, tuh cowok nyebelin banget. Udah sombong, sok cool, suka main perintah-perintah lagi. Untung ganteng!" Dan mereka reflek tertawa mendengar komentar terakhirku.
"Lagian loe juga, pake acara kabur dari rumah sakit. Drama banget sih lo! Segitunya benci sama rumah sakit." Ucapan Sandra membuatku terdiam. Ya, mereka ini belum tau latar belakangku secara detail. Tidak ada yang tahu. Kecuali Aldric.
"Udah ah, yuuuk ke atas," Aku menarik tangan Sandra. Melihat gelagat Nita yang sepertinya hendak protes segera kupotong, "gue dilarang keluar gedung ini sampe besok. Dan gue nggak mau diseret balik ke rumah sakit." lanjutku yang langsung ditanggapi dengan tatapan penuh tanya dari mereka. Aku tetap berjalan sambil mengendikkan bahu tanpa mau menjelaskan lebih lanjut.
"Anggap rumah sendiri. Self service ya di sini." ucapku setelah mereka memasuki apartemen.
"Lo hebat ya bisa punya unit apartemen di sini. Biarpun kecil gini." celetuk Jessi begitu memasuki apartemen ini. Dia mungkin penasaran bagaimana bisa seorang sekretaris punya unit di apartemen mewah ini.
"Ini bukan apartemen gue. Punya bos besar kita. Gue cuma numpang." jawabku singkat yang langsung membuat Jessi, Juna, Nita dan Dante menatapku dengan berbagai tatapan. Tatapan kaget, ngeri, horor dan tak percaya. Hanya Sandra yang terlihat biasa saja. Karena memang Sandra sudah tahu fakta ini.
"Biasa aja keles! Kan udah pernah gue bilang, gue ini sahabat Aldric dari kecil. Dia bakal bantuin gue kapanpun gue butuh bantuan. Termasuk masalah tempat tinggal dan kerjaan." jelasku sambil mengerlingkan mata. Yang lain pun hanya berdecak kesal mendengar ucapanku.
"Enak banget idup lo! Kerjaan tinggal minta, tempat tinggal juga tinggal minjem. Jangan-jangan mobil juga lo malak Pak Aldric ya?" tanya Juna penuh kecurigaan. Membuatku sontak tertawa terbahak-bahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Latte! (COMPLETED)
RomanceDan Latte buatanmu mampu mengalihkan duniaku yang kelam ~Naura Chyntia Armilda Bhaskara *** Sekuelnya Hold My Hand. Lebih berpusat kepada cerita tentang Chyntia. Cerita udah tamat dan dipublish dari Desember 2017 - Juni 2018. Dan sekarang dalam pro...