Cause i would die to make you mine
Bleed me dry each and every time
I don't mind, no i don't mind
I would come back a thousand time****
"Kamu sudah sadar?" Suara bariton itu mengalun ketika aku mengerjapkan mata mencoba mengingat apa yang terjadi. Dan ketika mataku telah sepenuhnya terbuka, sosok Bintang sudah berada di depanku. Mengernyit, aku mencoba mengingat apa yang terjadi.
Aaah, kemarin sore aku mengalami sesak napas karena ucapan Bintang.
"Kamu baik-baik aja? Masih sakit? masih sesak?"
Aku tersenyum sebelum kemudian berkata, "Aku baik-baik aja Bi. Kamu nggak perlu khawatir berlebihan gitu."
"Sorry." ucap Bintang lirih. Kenapa Bintang meminta maaf? Aku masih mengernyit bingung ketika suaranya kembali terdengar, "aku tahu ucapanku yang mememicu depresimu muncul kembali. Dan aku minta maaf untuk itu." Aku tersenyum mendengarnya. Meski sangat dingin namun ternyata dia cukup detail dan perhatian.
"Aku hanya belum terbiasa. Melupakan seseorang dan rasa sakit yang ia torehkan di hati bukan perkara mudah kan."
"Bagian mana dari ucapanku yang membuatmu seperti ini, Nau?" tanya Bintang ragu-ragu. Ia sepertinya takut pertanyaannya justru akan kembali memicu kejadian yang sama. Dan tentu saja pertanyaannya mengembalikanku pada saat kemarin sore, membuatku menegang sesaat. Namun aku segera menguasai diri sebelum Bintang menyadari perubahanku.
"Kamu nggak perlu merasa bersalah gitu, Bi. Kamu memang tahu aku punya luka hati yang membuatku nyaris gila dan nyaris mati. Tapi kamu belum tahu cerita lengkapnya, jadi wajar kalau kamu sampai mengucapkan hal yang mungkin bisa memicu sakit hatiku kembali. Kamu nggak perlu merasa bersalah," Aku menghirup udara di sekitarnya dalam-dalam sebelum kemudian melanjutkan kembali, "aku belum berani menceritakan apapun. Karena aku yakin, hatiku belum kuat untuk mengingat apalagi menceritakannya. Aku takut akan kembali kesakitan hanya karena mengingat dan menceritakan ini kembali. Jadi, bisakah kamu menerima begini saja?"
Bintang yang paham betul apa yang kuinginkan pun langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya mantap,
"Aku paham kok. Nggak semudah itu membuka luka masa lalu kepada orang lain." ucap Bintang sambil menatap lekat ke arah Naura, "ya udah, kamu istirahat dulu ya. Kamu perlu dirawat beberapa hari sekalian memastikan penyakit kamu."Aku sontak terbelalak mendengar ucapan Bintang. Aku tidak bisa berlama-lama di rumah sakit! Tidak dalam kondisi keuanganku saat ini, tidak pula dengan resiko kedua orang tuaku akan tahu dan membuat keributan. Aku segera bangun dan meraih tangan Bintang. Mengajakmya keluar kamar. Namun dengan mudahnya Bintang menahanku.
"Kenapa, Nau?"
"Bisakah aku rawat jalan saja. Uumm.. aku..."
"Kamu sudah pernah melarikan diri sebelumnya. Dan sekarang aku pastikan kamu mendapatkan perawatan dan penanganan yang seharusnya. Toh ini bukan RS Harapan Kita." potong Bintang dengan tatapan tajam sebelum aku selesai dengan ucapanku. Aura itu, arua menyeramkan itu ia tampilkan lagi.
"Bukan gitu, Bi. Aku... Aku kan baru aja dipecat, aku nggak akan bisa bayar biaya pengobatan di sini. Bisakah kita lakukan pengobatan lain kali? Ketika aku sudah mendapat pekerjaan lain." ucapku mencoba mengubah keinginan Bintang.
"Kamu nggak usah pusing masalah biaya. Aku bisa minjemin kamu duit tanpa bunga, kamu bisa bayar itu kapan aja." ucap Bintang tegas. Sepertinya sulit untuk mengelak kali ini. Aku harus mengatakan yang sebenarnya.
"Aku...." ucapku tertahan, ragu jika harus menyuarakannya. Tapi tak ada jalan lain, aku harus menyuarakan hal ini, "aku takut orang tuaku akan mengetahui keberadaanku. Dan aku lebih takut kalau sampai mereka tahu kondisi kejiwaanku. Aku menyembunyikan ini dari mereka. Bisakan kita lakukan pemeriksaan ini secara informal, bukan melalui rumah sakit seperti ini? Aku yakin, kalau sampai orang tuaku tahu, mereka akan melakukan hal yang di luar batas padaku." ucapku lirih sambil menahan tangis. Bayangan kembali terbelenggu oleh kedua orang tuaku benar-benar membuatku sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Latte! (COMPLETED)
RomanceDan Latte buatanmu mampu mengalihkan duniaku yang kelam ~Naura Chyntia Armilda Bhaskara *** Sekuelnya Hold My Hand. Lebih berpusat kepada cerita tentang Chyntia. Cerita udah tamat dan dipublish dari Desember 2017 - Juni 2018. Dan sekarang dalam pro...