I don't mind spending every day
Out on your corner in the pouring rain
Look for the girl with the broken smile
Ask her if she wants to stay awhile
And she will be loved***
Aku memandang sendu ponsel yang beberapa saat lalu menghubungkanku dengan Kirana. Bukan aku yang terpisahkan dengan kekasih yang paling dicintai, namun hatiku ikut merasakan nyeri. Kenapa takdir Tuhan terkadang sulit untuk diterima logika? Karena memang tak semuanya harus dicerna dengan logika. Aku menghembuskan napas kasar. Frustasi dengan permainan takdir.
"Nau," Panggilan Bintang menyadarkanku dari lamunan. Terlihat Bintang meletakkan vanilla latte di mejaku, "vanilla latte spesial." Aku tersenyum mendengarnya. Wajah dingin itu tetaplah dingin, tapi entah mengapa bisa membuatku merasakan ketenangan.
"Woaaaaahh, this is cute, Bi!" ucapku lantang begitu melihat latte art di hadapanku.
"My first Bear latte art."
His first bear? Dan aku harus mengabadikannya tentu! Aku pun segera mengabadikannya dengan kamera ponselku. Ini terlalu imut untuk kuminum.
"Is there something wrong? You look sad after taking that call." tanya Bintang dengan wajah yang terlihat, khawatir? Benarkah ia khawatir? Entahlah.
Pertanyaan Bintang mengembalikanku kepada pembicaraanku dan Kirana beberapa saat lalu. Tapi tentu saja aku tidak perlu membicarakan ini kepada siapapun. Bahkan Aldric sekalipun.
"Nggak apa kok Bi. Eveything's fine." jawabku dengan senyuman yang tentunya amat kupaksakan, "Ya ampun, ini terlalu cute untuk aku minum, Bi." ucapku lagi mencoba mengalihkan pembicaraan. Dan sepertinya berhasil karena kini Bintang sudah tersenyum geli ke arahku.
"Itu untuk kamu nikmati, Ra. Bukan cuma untuk dipandangi."
Akhirnya aku memutuskan untuk menikmatinya, seperti kata Bintang. Aku menyesap sedikit latte ini. Memejamkan mata, merasakan sensasi yang selalu timbul ketika merasakan latte buatan Bintang.
"Great, as always," Aku membuka mata dan menoleh ke arah Bintang, "thanks ya Bi." Dan Bintang menanggapinya dengan senyuman. Senyuman si Cool Barista yang mampu membuat hati ini berdesir aneh. Rasanya menenangkan, menghangatkan sekaligus menegangkan.
"Yaudah ayo aku anter kamu pulang." Ucapan Bintang membuatku mengernyit dan menatapnya penuh tanya.
"Kenapa Nau? Ayo aku anter kamu pulang." ucap Bintang lagi melihatku yang hanya terdiam.
"Kamu sehat, Bi?" tanyaku sambil tanganku reflek memegang dahi Bintang. Memastikan Bintang tidak sedang terserang demam.
"Kenapa Nau? Aku sehat. Aku cuma mau nganter kamu pulang." ucap Bintang sambil memundurkan tubuhnya. Ya Tuhan! Kenapa bisa tidak sadar. Bintang pasti tidak nyaman dengan skinship dan kedekatan kami. Bodoh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Latte! (COMPLETED)
RomansaDan Latte buatanmu mampu mengalihkan duniaku yang kelam ~Naura Chyntia Armilda Bhaskara *** Sekuelnya Hold My Hand. Lebih berpusat kepada cerita tentang Chyntia. Cerita udah tamat dan dipublish dari Desember 2017 - Juni 2018. Dan sekarang dalam pro...