Can marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl
That i love for the rest of my life🎵 Brian McKnight - Marry Your Daughter
* * *
Suasana di ruang tamu rumah Naura kini berubah tegang dan mencekam ketika Naura dan Mamanya kembali ke ruangan tersebut. Keduanya mungkin telah melepas rindu di dalam karena kini terlihat jelas dari kebahagiaan di wajah Naura dan Tante Dewi ketika memasuki ruang tamu. Namun, senyum tersebut seketika luntur dari wajah Naura ketika melihat sang Papa.
Kembali wajah Naura berubah datar. Persis seperti wajah Prof. Syahril, yang memang sudah datar sejak awal. Huffftt. Sungguh aku sendiri merasa gemas melihat keluarga ini. Entahlah, baru kali ini aku melihat gambaran sebuah kelurga yang, ummm ... kurang harmonis? Kaku? Entah apapun itu namanya.
"Silahkan duduk Tante, Nau," ucapku sambil berdiri dan menatap keduanya bergantian. Mereka berdua sampai lupa untuk duduk saking tegangnya suasana di ruangan ini. Tante Dewi pun terlihat tersenyum canggung mendengar ucapanku.
"Sekali lagi saya kemari untuk mengungkapkan bahwa saya ingin melamar Naura sesegera mungkin." Kembali aku mengangkat topik ini ke permukaan. Mumpung ada Naura dan Tante Dewi. Kalau tadi aku belum sampai berhasil, masak iya sekarang nggak sampai berhasil?
*Flashback On*
"Saya ingin melamar Naura secepatnya, Prof," ucapku sekali lagi setelah hening sesaat. Ucapkan kalimat yang sama berulang-ulang sampai Prof. Syahril akan jengah sendiri.
Prof. Syahril terlihat menaikkan satu alisnya masih memandangku dingin.
"Saya bahkan belum memberikan restu," ucap beliau dengan angkuhnya. Jawaban ini jelas sudah kuantisipasi mengingat hubungan kerja kami yang kurang begitu baik selama aku berdinas di RSUP.
"Justru itu, Prof. Sekarang saya kemari untuk meminta restu sekaligus mengutarakan niat untuk melamar Naura." Terlihat senyum mengejeknya seolah berusaha mengintimidasiku. Tidak akan semudah itu, Prof!
"Saya masih menginginkan Naura menikah dengan calon pilihan saya," jawab Prof. Syahril yang membuatku kalah telak. Resek ni Bapak, kapan bisa berjuang kalau dia masih aja ngotot menjodohkan Naura dengan laki-laki yang wujudnya saja masih belum kuketahui. Tapi aku tidak akan terintimidasi dan menyerah hanya karena kekerasan kepala Bapak satu ini.
"Prof yakin calon yang Prof pilihkan adalah yang terbaik untuk Naura?" tanyaku santai yang kembali bisa mengambil atensi Prof. Syahril. Ingat, aku harus bersikap sesantai mungkin.
"Tentu saja. Setidaknya saya tidak harus menghadapi anak dan menantu yang suka membangkang secara bersamaan."
Aku mengulum senyumku. Sungguh rasanya ingin tertawa. Anggap aku tidak sopan, tetapi aku justru bangga mendengarnya. Seseorang seperti Prof. Syahril memang harus ada padanannya. Dan entah mengapa aku merasa, aku dan Naura adalah kombinasi yang tepat untuk menghadapi keotoriteran Prof. Syahril.
Aku berdeham untuk menetralkan suaraku. "Apa ini terlalu tidak adil bagi saya? Setidaknya saya perlu tahu siapa calon pilihan Profesor, sehingga kami bisa bersaing secara sehat."
"Saya tidak akan sembarang memilih calon, jadi kalian tidak perlu bersaing secara sehat karena jelas kamu bukan pilihan saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Latte! (COMPLETED)
RomantizmDan Latte buatanmu mampu mengalihkan duniaku yang kelam ~Naura Chyntia Armilda Bhaskara *** Sekuelnya Hold My Hand. Lebih berpusat kepada cerita tentang Chyntia. Cerita udah tamat dan dipublish dari Desember 2017 - Juni 2018. Dan sekarang dalam pro...