Just like that.
Only with your presence,
you can cure me.
Unpredictably.🎵 Lukas Graham - When You Love Someone
* * *
"Sore!" Suara bariton yang selalu kusuka itu menyapa ketika aku mengangkat dering teleponku.
"Sore."
"Lagi dimana ini? Aaaahh, rasanya lama banget sih nunggu hari sabtu."
"Emang mau ngapain hari sabtu?"
"Ketemu kamu lah." Jawaban Bintang membuat netraku membelalak. Padahal kami baru berpisah beberapa hari lalu, tapi kenapa Bintang sudah akan ke sini hari sabtu ini.
"Bi, kita kan baru ketemu lho, masak iya kamu mau ke sini lagi?"
"Kalau bisa aku maunya ketemu kamu tiap hari, Nau. Jadi sebisa mungkin kalau ada waktu aku bakal ke sana buat nemuin kamu. Dan kebetulan sabtu besok itu waktu aku kosong." Suaranya terdengar begitu antusias, aku tersenyum geli mendengarnya.
"Udah napa modusinnya, Bi." Gelak tawa baik dariku maupun darinya terdengar. Hubungan kami sudah sebaik ini karena kejadin minggu lalu.
Setelah keluar dari rumah sakit, kami pergi berjalan-jalan di sekitar resort. Hanya untuk menikmati pantai. Bintang tidak mau aku terlalu lelah.
Seharian bersama Bintang membuatku sadar, ternyata hadirnya masih begitu signifikan bagiku. Tak perlu banyak usaha, dengan ia ada di sampingku, bercerita dan tertawa bersama sudah cukup untuk mengembalikanku pada kondisi normal. Dan aku memutuskan untuk kembali mencoba membuka hatiku untuknya.
"Terserah kamu deh, Bi. Aku cuma minta kamu jangan terlalu menghamburkan uang kamu. Jakarta-Bali bukan semacem Jakarta-Bandung kan?"
"Iya. Aku nggak akan sembarangan hambur-hamburin uang. Cuma minggu depan jadwalku padat, jadi kebetulan minggu ini kosong, ya aku ke sana aja kan."
"Hmm."
"Yaudah, aku tutup dulu telponnya ya. Ada mama aku di Jakarta, ini aku ke rumah Dydy buat nemuin Mama. Aah ya! Kamu belum pernah ketemu mama aku ya Nau? Kita cari waktu yang pas ya, aku ajak kamu ke surabaya buat kenalan sama orang tuaku." Wajahku berubah panas mendengar ucapan Bintang. Dalam beberapa menit dia sudah membuat jantungku loncat-loncat tak karuan. Dasar!
"Nau?"
"Eh iya Bi. Maaf. We're not in the term of knowing each other parents, Bi."
"Hahaha ..," terdengar kekehan di ujung sana, "anggap aja aku mau ngenalin temanku kepada Mamaku."
"Ck, bisa kamu ngelesnya ya. Terserah aja deh."
"Yaudah, aku tutup dulu ya. Miss you. Hahaha. Assalamualaikum." Bintang sudah menutup sambungan tanpa menunggu balasanku, sepertinya dia tahu aku akan mengamuk mendengar kalimat "miss you" dari mulutnya. Iiissh, lihatlah kelakuannya!
"Walaikumsalam."
"Duuuh ... yang abis ditelepon pacar. Wajahnya sampe kayak tomat begitu." Suara Bang Arsa membuat lamunanku terhenti. Aku menatap sebal ke arahnya.
"Iiisssshh apa'an sih Bang! Bukan pacar!."
"Oh bukan ya? Ah, bukan pacar tapi calon suami." Bang Arsa tertawa terbahak dan aku berdecak sebal. Apa-apaan sih dia?!
"Apapun hubungan kalian sekarang, gue senang liat lo beberapa hari ini. Lo terlihat benar-benar hidup, Ra. Gue nggak nyangka sehebat itu pengaruh Bintang ke lo ya." Lanjut Bang Arsa yang raut mukanya kini telah berubah serius. Aku menghela napas perlahan.
![](https://img.wattpad.com/cover/129415342-288-k397013.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Latte! (COMPLETED)
Storie d'amoreDan Latte buatanmu mampu mengalihkan duniaku yang kelam ~Naura Chyntia Armilda Bhaskara *** Sekuelnya Hold My Hand. Lebih berpusat kepada cerita tentang Chyntia. Cerita udah tamat dan dipublish dari Desember 2017 - Juni 2018. Dan sekarang dalam pro...