Love only grows by sharing
You can only have more for yourself
by giving it away to others***
"Aku ini dokter, Nau." Ucap Bintang singkat namun mampu membuat sekujur tubuhku membeku. Ada apa antara hidupku dengan dokter? Apa ini disebut karma karena telah membangkang kepada orang tua selama ini?
Atau, takdir kembali mempermainkanku? Dari semua profesi yang ada di dunia ini, kenapa Bintang harus menjadi seorang dokter? Profesi yang sangat ingin kuhindari.
Bintang yang sepertinya menyadari perubahanku pun segera menggenggam satu tanganku. Aku reflek ingin menariknya lepas dari genggaman tangan Bintang, tapi ditahan olehnya. Sungguh ini masih belum bisa kuterima dengan mudah.
"Janji pertama kamu, Nau. Nggak akan berubah sikap ke aku." ucap Bintang mengingatkan. Aku masih setia dengan diamku. "Maaf, aku nggak pernah bermaksud menyembunyikan hal ini dari kamu. Di awal pertemuan kita, memang aku tidak menyadari apa-apa, dan aku merasa tidak perlu menjelaskan siapa diriku. Namun seiring waktu, aku semakin khawatir tentang kamu. Baru ketika kamu masuk di RSCM, aku sadar bahwa sepertinya kamu tidak terlalu menyukai seseorang yang berkecimpung di dunia kesehatan. Entah kenapa, sejak saat itu aku tidak menyebutkan pekerjaanku. Aku takut kamu akan menghindariku jika tahu aku seorang dokter. Aku hanya tidak memberimu informasi, tapi seandainya kamu bertanya saat itu pasti aku akan jujur. Aku bersyukur, karena sikapmu sangat membantuku. Kamu nggak pernah bertanya tentang pekerjaanku."
Aku masih diam setelah mendengar penjelasan Bintang. Benar, Bintang hanya menyembunyikan. Aku sendiri memang tidak pernah bertanya apa pekerjaannya. Aku merasa hobi Bintang sebagai barista tidak lah cocok dengan profesinya yang seorang dokter. Itulah mengapa aku tidak pernah curiga.
"Kamu kerja dimana?" tanyaku pada akhirnya. Mencari tahu seberapa jauh kemungkinan koneksinya terhadap Papa.
"Di RSCM. Dokter spesialis bedah toraks. Baru menyandang spesialis bedah setahun ini." jawab Bintang yang lagi-lagi membuatku shock. Kenapa bisa ada kebetulan yang seperti ini?
"Pantes kamu bisa dengan mudahnya memalsukan identitasku waktu itu. Ternyata kamu...," ucapku yang masih merasakan ketegangan akibat kebenaran yang baru saja diungkap Bintang, "kenapa dunia sebegini sempitnya." lirihku sambil menghembuskan nafasnya kasar.
"Maksudnya dunia sempit gimana Nau?" Bintang kini menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya. Aku pun merubah posisi duduknya mengarah ke Bintang dan membalas tatapannya dengan sama lekatnya.
"Alasan aku benci dengan rumah sakit dan juga dokter adalah Papaku." Aku memutuskan untuk mencoba menerima kenyataan bahwa kekasihku ini mempunyai profesi yang paling kuhindari. Aku pun mulai menceritakan apa yang tadi sudah kujanjikan kepada Bintang tadi. Bintang mengernyit bingung mendengar kalimatku.
"Papaku adalah seorang dokter, sama sepertimu, Bi. Ia juga salah satu dokter di rumah sakit tempat kamu dinas. Ia juga memiliki sebuah rumah sakit. Papaku tipe orang yang sangat ambisius. Dia ingin apa yang ia bangun semakin besar. Segala hal tentangku diatur secara ketat olehnya yang juga didukung oleh Mamaku sendiri. Aku harus menjadi apa, aku harus bergaul dengan siapa, aku harus menikah dengan siapa. Tidak ada satupun yang luput dari keputusan sepihak dari kedua orang tuaku." Aku menghirup udara dan mengembuskannya untuk mencari kekuatan. Menceritakan hal ini selalu mampu menguras tenagaku,
"Papa selalu memaksaku untuk menikah dengan seorang dokter. Ia terlalu berambisi mempunyai menantu dokter sampai-sampai lelaki brengsek pun nyaris menjadi calon suamiku. Papaku pernah berhenti sejenak ketika tahu bahwa aku mencintai Rava. Karena memang sebenarnya Papa suka dengan Rava meski Rava bukan seorang dokter. Jangan ditanya kenapa? Kamu tahu pastu kemampuan kekuara besar Rava. Tapi ketika Rava menolakku dan menikah dengan Dyandra, Papa semakin kalap. Ia langsung memutuskan untuk menjodohkanku lagi dengan seorang dokter. Entah siapa. Dan aku tentu saja menolak dengan keras. Dan di sinilah aku sekarang, sebagai pelarian dari orang tuaku sendiri." lanjutku menjelaskan kisah tentang diriku secara lengkap. Terlihat raut kaget di parasnya mendengar penjelasanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Latte! (COMPLETED)
Roman d'amourDan Latte buatanmu mampu mengalihkan duniaku yang kelam ~Naura Chyntia Armilda Bhaskara *** Sekuelnya Hold My Hand. Lebih berpusat kepada cerita tentang Chyntia. Cerita udah tamat dan dipublish dari Desember 2017 - Juni 2018. Dan sekarang dalam pro...