dua puluh

3.3K 524 28
                                    

New work! Di cek yaw! Di vote, oe. Gue sleding lo ntar.

-------

Hari ini kelas 10-IPA-3 dilanda kebahagiaan. Bagaimana tidak? Kedua pangeran kelas sudah berkumpul kembali.

Siapa lagi jika bukan Taeyong dan Guanlin?

Meski Taeyong masih tetap dengan wajah datarnya dan Guanlin hari ini datang dengan wajah yang sedih, kelas itu masih tetap meriah seperti biasanya.

Pasti, karena kali ini mereka kedatangan dua alumni sekolah yang hits banget.

Lee Jaemi dan Park Chanyeol.

Siapa yang tidak mengenal mereka? Bahkan para junior yang baru memasuki SMA tahun ini juga mengenal mereka. Kedua foto mereka dipajang di mading sekolah, sebagai salah satu produk terbaik dari sekolah.

Pokoknya legend banget dah.

Jangan lupa, situasi diantara mereka berdua sekarang. Lagi zaman mantanan.

Diantara ratusan orang tua yang datang untuk menghadiri acara perayaan Hari Orang Tua khusus sekolah, diantara sekian banyaknya kursi yang tersedia, Jaemi dan Chanyeol duduk bersebelahan.

Tentu saja, itu ulah Hyora dan juga Guanlin.

Kedua orang itu tidak menerima jika kakak-kakak mereka harus memutuskan hubungan mereka.

Bisa ditebak, yang keluar dari mulut mereka hanyalah, "Hai."

Tidak ada pelukan, tidak ada kecupan, hanya sebuah 'Hai'.

Tentu saja (2), para penonton kecewa.

Dengan segala doa Hyora dan Guanlin, Hana menghampiri Jaemi dan Chanyeol, lalu berkata dengan suara yang agak terpaksa, "WOAH! KAK JAEMI SAMA KAK CHANYEOL DISINI! ADUH, KOK KAK JAEMI MAKIN CANTIK YA? TERUS KAK CHANYEOL JUGA! MAKIN GANTENG MAKSUDNYA, BUKAN CANTIK! ADUH, COCOK DEH, BERDUA! UDAH BERAPA LAMA HUBUNGANNYA? HE.. HEHEHEH.. HEHEHEHEHEHEHE!"

Bukannya menjawab, mereka malah bingung. Apa selama ini Hyora berteman dengan orang seperti ini?

"Makasih, Hana," ucap Jaemi pada akhirnya, meski ia ingin men-sleding Hana. Tuh anak kalau ngomong ga filter.

"Sama-sama, Kak. Eh, aku pergi dulu, ya," pamit Hana. Ia lalu menghampiri Hyora yang langsung menoyor kepalanya.

"Bego lu," kata Hyora. Hana mendengus.

Hana menatap Guanlin menepuk pundak Taeyong yang sedari tadi memperhatikan saudaranya di belakang panggung. "Oi, kenapa lo?"

Taeyong menggeleng. "Bang Taehyung diganggu lagi."

"HAH? KAK TAEHYUNG DIGANGGU? SAMA SIAPA? KOK GA NAMPAK? SETAN YAK? LO INDIGO? YA LORD, LINDUNGILAH KAK TAEHYUNG SENANTIASA SELA--"

Hyora membekap mulut Hana. "Diem, anjir. Lo ngomong sekalian aja pake toak."

"Diganggu siapa, Yong?" tanya Guanlin lagi.

Yang ditanya hanya menunjuk ke arah Taehyung dengan dagunya.

Hyora langsung melihat ke arah yang dimaksud. Oalah.

Taehyung lagi diikutin sama Irene kemana-mana.

Siapa yang tidak kenal dengan Irene? Senior tahun terakhir yang super duper terkenal dan pernah menjadi bintang iklan. Sekaligus, senior yang dikenal selalu mengincar Kim Taehyung. Tak peduli dimanapun, Irene selalu dapat menemukan Taehyung. Kecuali di luar sekolah, itu lain pembicaraannya.

"Hyo! Hyo!" Hana menggoyang-goyangkan tubuh Hyora. "Ini saatnya lo buktikan ke kak Irene, siapa lo sebenarnya!"

"Bego," Hyora bergumam. "Kak Irene sama gue itu beda jauh banget."

Hana berdecak. "Hyo, lo tau ga, gimana kak Jaemi bisa dapatin kak Chanyeol, padahal degemnya kak Chanyeol bejibun kayak kacang goreng?"

Hyora menggeleng.

"Kak Jaemi langsung menarik tangan kak Chanyeol, terus dia bilang kalau kini kak Chanyeol milik dia." Hana serius sekarang.

Guanlin menyahut, "Yang nembak duluan itu bang Chanyeol, bukan kakak gue. Jangan sembarangan lo, Han."

"Diem!" Hana melotot. "Eh, astagfirullah, baru aja gue marahin cogan."

Melihat temannya tidak melakukan apa-apa, Hana kembali mengoceh. "Hyora, mumpung dua orang yang dukung lo ada disana," Hana menunjuk ke dua mantan yang situasinya sedang awkward itu, "Mending lo sekarang jadikan kak Taehyung milik lo."

"Ga ah, Han. Lo lupa waktu itu kak Taehyung nolak gue?"

"Coba dulu aja, Hyo," celetuk Guanlin.
Ditatapnya Guanlin dan Taeyong yang duduk di sebelah kanan Hana. Kedua pria itu mendukung Hyora dengan senyuman mereka. Lihat, bahkan Taeyong tersenyum.

"Oke, gue coba untuk kedua kalinya." Hyora berjalan dengan tegap, menghampiri Taehyung yang mulai risih dengan Irene. Memang wanita itu cantik, namun terlalu clingy.

"K-Kak Taehyung," panggil Hyora.

Taehyung tersenyum. "Iya?"

"Dek, mending lo geser deh, sebelum gue usir," sahur Irene langsung.

Wah. Wah. Untung saja sekarang Hana ditahan oleh Guanlin dan Taeyong. Kalau tidak, Irene pasti sudah hancur dibuatnya.

"Kak Taehyung," Hyora membulatkan tekadnya. "Ada yang mau gue bicarakan."

"Silakan," balas Taehyung.

Yeu, ga peka.

Irene mendengus. Ia menghampiri Hyora dan hampir menampar adik kelasnya itu sebelum Chanyeol datang dan menghentikannya. "Kayaknya adik gue mau ditampar," katanya.

Terkejut melihat orang yang lebih senior dan lebih hits, Irene langsung menciut dan ia pergi setelah sebelumnya melotot pada Hyora. Chanyeol langsung kembali ke tempat duduknya, tidak peduli apa yang akan Hyora ucapkan kepada Taehyung. Siapapun bisa menebak kalau Hyora akan mengungkapkan perasaannya kepada Taehyung.

"Kak Taehyung," Hyora memberanikan dirinya menatap Taehyung, "Gue suka sama lo. Mau ga jadi pacar gue?"

Taehyung tertegun. Ia tidak menyangka kalau Hyora akan mengucapkan kalimat itu lagi. Ia mengira, Hyora sudah tidak berani mengatakan hal-hal seperti itu.

"Emm.." Taehyung menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Maaf, tapi.. tapi gue gabisa."

"Tenang, Kak. Gue gapapa kok, kalau harus hidup miskin sama Kakak." Wajah Hyora masih tenang. Padahal detak jantungnya sudah berdisko, dan perutnya seakan-akan memiliki kupu-kupu yang berterbangan kesana dan kesini.

"Bukan itu," Taehyung mengedarkan pandangannya. "Gue gabisa aja."

"Maksudnya gabisa aja?"

"Ya, intinya, lo gue tolak."

"Tapi kenapa? Apa semua yang kita jalani selama ini, itu cuma sebatas teman untuk Kakak? Atau itu cuma sebatas perlakuan kakak kelas kepada adik kelas, supaya adik kelasnya menjaga rahasianya?"

Taehyung menghela napas. "Ra, suatu saat akan gue jelaskan, tapi bukan seka--"

"Lo jahat, Kak. Lo benar-benar pemberi harapan palsu," ucap Hyora. Ia kembali kepada Hana dengan wajah yang tegar, namun matanya tak sanggup membendung bulir-bulir air matanya yang kian membulat dan memberat.

"Udah, lupain aja cowok kayak gitu. Ganteng doang, gada apa-apanya. Mending lo sama adiknya," kata Hana sambil menenangkan Hyora yang mulai menangis.

Sakit rasanya, mempermalukan diri sendiri sebanyak dua kali di hadapan orang yang sama.

Dua pria yang menyaksikan Hyora menangis hanya menghela napas. Menjadi seorang wanita memang susah.

Ikatan -kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang