Gue sedang menunggu bang Chanyeol pulang. Buset, udah dua hari dia kaga pulang. Kayak Bang Toyib aja.
Dua hari dia ga pulang, malamnya dia pulang. Gitu. Ehehehe.
Ga deng. Gue serius.
Biasanya, bang Chanyeol kalaupun dia pulang pagi, pergi pagi, dia bakal ninggalin surat atau apalah. Tapi ini gada sama sekali. Ditelepon, hape mati. Dicariin ke tempat kerja, kaga masuk. Lantas, abang gue kemana?!
Gue percaya abang gue ga diculik. Ya iyalah, siapa yang mau nyulik jerapah tinggi, bodoh, ribut, pecicilan, cengeng, jail, dan yang makannya banyak?!
Blam!
Wait what?
Itu bukannya barusan ada suara bantingan pintu sebelah ya?
Gue buru-buru bangkit dari sesi telungkup gue di kasur. Gue langsung membuka pintu kamar bang Chanyeol dan sumpah, ini bukan yang gue harapkan.
Bang Chanyeol berbaring di kasur, dengan kemeja yang sudah terbuka di bagian dadanya, dan bau alkohol yang menyeruak dari badannya.
Gue menghampiri bang Chanyeol, memastikan kalau dia masih hidup. Eh, dia masih hidup lah ya. Buktinya, dia barusan banting pintu kok.
"Bang.." lirih gue pelan.
"Jae.. Jangan pergi! Jangan pergi, Jae!" Bang Chanyeol mencengkram kedua bahu gue dan menatap gue dengan mata yang berlinang air mata.
"Apaan sih, bang? Siapa yang pergi? Kak Jaemi?"
"Jahat lo, Jae! Jahat!"
Abang gue kebanyakan micin atau gimana nih?
"Jelasin dulu, bang!"
Ya, percuma kalau nyuruh orang mabuk jelasin semuanya. Pasti ga guna. Buktinya, bang Chanyeol cuma cengengesan doang sambil menggumamkan sesuatu tentang kak Jaemi.
Gue hampir aja keluar dari kamar bang Chanyeol dan menghubungi kak Jaemi, kalau bukan bang Chanyeol tiba-tiba berkata, "Gue putus."
Anjing.
Kenapa bisa putus? Sejak mereka mulai pacaran, bang Chanyeol dan kak Jaemi dikenal sebagai pasangan yang paling cocok. Masing-masing sikapnya mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Meski begitu, hubungan mereka lancar-lancar saja karena adanya kepercayaan. Tapi tiba-tiba putus? Pasti ada alasan kuatnya.
"Jaemi.. Jaemi marah. Ini salah gue.. Jae, jangan marah dong. Jangan keluar dari kamar." Bang Chanyeol berusaha berdiri dan berjalan ke arah gue yang sudah memegang gagang pintu sedari tadi, namun jatuh karena kehilangan keseimbangan.
Yeu, lagi mabuk, sok jalan.
Gue membantu bang Chanyeol kembali ke kasurnya. Sumpah, bau alkoholnya berat banget.
"Kenapa salah Abang? Emang Abang ngelakuin apa?"
"Jae, lo udah ngomong sama gue ya? Aduh, senang banget! Jae akhirnya ngomong!" Bang Chanyeol menangkup pipi gue dan hampir saja mencium gue kalau gue ga langsung menjauhkan wajah gue.
Dicium abang sendiri? Leh ugha.
Eh.
Astagfirullah.
"Bang, ini Hyora, Bang. Hyora serius."
"Hah? Hyora? Ah, bercanda lo, Jae. Bilang aja karena lo masih marah, yakan? Makanya gamau gue cium."
Eh anjing. Giliran cium lo sadar.
"Kenapa bisa putus sama kak Jaemi?"
"Gue.. Gue nyuruh dia buat nutup.. buat nutup.."
"Nutup apaan bang?"
Ga mungkin nutup baju, kan? Kak Jaemi bukan tipikal cewek yang buka baju sembarangan di publik.
"Nutup restoran."
"Anjing! Demi apa, bang? Abang tahu sendiri kan, itu restoran segimana pentingnya sama kak Jaemi?"
Kak Jaemi tipikal wanita yang ga peduli kalau lo mau marahin dia. Wanita yang cuek, tapi baik kalau lo ngehargain usaha dia. Dia juga kadang ada sengkleknya. Tapi overall, dia wanita yang tidak pernah ingin bergantung kepada orang lain, apalagi kepada yang namanya pria. Baginya, pemikiran wanita bergantung kepada pria itu kuno banget. Awalnya banyak yang menertawakan pemikirannya. Tapi, sejak restorannya mulai sukses, orang-orang mulai memilih untuk diam. Dan saat diketahui kalau kak Jaemi itu pacarnya bang Chanyeol, mereka mulai mengatakan bahwa kak Jaemi menggunakan koneksi bang Chanyeol dan mereka udah di ambang putus saat itu kalau bang Chanyeol ga mengelak.
Dan sekarang terulang lagi?
"Minta balikan, dong!" sahut gue. Gue menggoyang-goyangkan badan bang Chanyeol supaya ia sadar.
"Percuma! Semuanya percuma!"
"Apanya yang percuma? Jadi Abang udah gamau balikan lagi sama kak Jaemi?"
Bang Chanyeol tidak menjawab, namun matanya terbuka dan menatap gue.
Lalu, dengan pelan, ia menjawab, "Jaemi pantas bahagia."
-------
Meski gue belum begitu mahir mengendarai mobil, gue rela membahayakan nyawa gue sendiri demi hubungan abang gue dan kak Jaemi. Plis, sejak gue menginjak usia remaja, bang Chanyeol dan kak Jaemi sudah bersama. Sebentar lagi, gue bakal keluar dari usia remaja. Haruskah mereka berhenti di tengah jalan?
Gada pasangan yang lebih cocok lagi selain bang Chanyeol dan kak Jaemi. Siapa itu Brad Pitt dan Angelina Jolie? Toh, mereka juga sudah cerai. Siapa itu Jungkook BTS dan IU? Toh, Jungkook ga dinotis. Siapa itu Hana dan--eh, Hana jomblo.
Menurut gue, kak Jaemi cocok banget kalau dia jadi guru. Meski ia sering berbicara dengan suara yang besar, ia sabar kalau sudah menyangkut seorang anak kecil, ataupun remaja labil kayak gue. Meski kesal, ia masih rela mengajar.
Mobil bang Chanyeol gue parkirkan di samping rumah kak Jaemi dengan hati-hati. Bisa habis gue kalau besoknya bang Chanyeol ngeliat mobil kesayangannya itu lecet satu milimeter.
Rumah kak Jaemi lumayan luas, karena rumahnya terletak di sudut. Biasanya, kalau malam, kak Jaemi udah ga terima tamu di pintu samping. Jadilah, gue berjalan ke depan.
Langkah kaki gue berhenti saat gue mendengar suara seorang pria yang tak asing di telinga gue. Suara khasnya yang berat itu terdengar sangat pelan, namun jelas.
Ga mungkin, 'kan?
"Pulang. Besok datang lagi," kata kak Jaemi dengan tegas. Gue menoleh dan melihat siluet orang itu yang sedang memegang tangan kak Jaemi.
"Kak, tolong," pintanya.
"Pulang," ulang kak Jaemi. Kak Jaemi lalu membanting pintunya di hadapan kak Taehyung disaat yang bersamaan dengan hati gue yang remuk.
Vote oi vote. Kalau males vote dari awal, vote untuk chapter ini doang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikatan -kth
Historia Corta"Lo jalani hubungan kayak ikatan kimia aja." -Hyora "Gue gamau ikatan phi, maunya ikatan sigma." -Taehyung "Au ah, masa bodo. Ini kimia apa cinta njir?" -author