[Season 3] - 3 : The Truth of Tae Brothers (3)

1.5K 139 4
                                    

Telinga Jaemi tak dapat menerimanya. "A-Apa?" tanyanya.

"Gue bangkrut, Jae," Jaerin menatap mata sahabatnya itu, "gue bangkrut. Semua yang telah gue bangun itu.. hilang dari genggaman gue."

"Kok bisa?" tanya Keket. Ia beranjak dari sofa dan berdiri di hadapan Jaerin. "Lo kenapa bisa bangkrut? Disantet?"

Lha. Buset.

"Gue ngutang ke bank. Terus perusahaan gue disita karena gue gagal mengembalikan uang yang gue pinjam."

"Goblok sih, lo."

Ket, sekarang bukan waktu yang tepat untuk itu. Plis deh. Aduh, pengen banget gue santet.

"Tapi, 'kan, perusahaan Noona itu udah terkenal. Kenapa bisa bangkrut?" Taeyong akhirnya membuka suara. Hatinya berdegup kencang saat menyebut 'noona'.

"Betul. Kenapa lo bisa bangkrut? Perusahaan lo udah bisa dikatakan rival-nya Chanyeol. Kenapa bisa bangkrut?" tanya Jaemi lagi. Ia sungguh tak percaya bahwa Jaerin, sahabatnya yang pekerja keras, bangkrut begitu saja.

Jaerin menghela napas. Memang seharusnya ia mengikuti keputusannya untuk tidak memberitahukan hal ini kepada teman-temannya. Mereka memang susah untuk hal-hal seperti ini.

"Omset penjualan gue menurun. Udah dari setengah tahun yang lalu, makanya gue menjauh dari Taeyong." Jaerin menoleh pada Taeyong. "Sekarang lo udah tahu alasan sebenarnya gue menjauh, 'kan?"

Merasa tak terima, Taehyung membuka suara juga. "Tapi kenapa Kak Jaerin harus menjauh dari Taeyong? 'Kan, Taeyong gak ada hubungannya dengan semua ini."

Yang masih merupakan pelajar hanya saling menatap satu sama lain. Hana saja tidak berani mengeluarkan suara sedikitpun, apalagi Guanlin yang kebelet kentut.

"Gue pengen aja," jawab Jaerin dengan senyum paksa. Padahal alasan sebenarnya bukan itu. Jaerin dipaksa untuk menjauh.

Terkadang, manusia memilih jalan yang salah karena mereka menganggap jalan itu benar dan berakhir terpuruk.

----

Taeyong melamun lagi.

Hari ini hari terakhir UN dan ia sudah tak ingin hidup lagi. Pelajaran yang akan diujikan di hari terakhir adalah pelajaran IPA. Karena kini sistem pemerintah sudah diganti, maka murid SMA kelas 3 harus memilih salah satu mata pelajaran di antara 3 pelajaran IPA : Fisika, Kimia, dan Biologi.

Dibekali dengan rasa percaya diri yang tinggi bahwa ia dapat menyontek, Taeyong memilih mata pelajaran Biologi. Begitu juga dengan Hyora, Hana dan Guanlin. Supaya mereka bisa bekerja sama, padahal tidak satu ruangan ujian.

Mereka berempat memutuskan untuk membawa HP saja ke sekolah, meski itu melanggar peraturan sekolah. Tentu saja, Jaemi yang memotivasi mereka untuk melakukan itu dan berjanji akan bertanggung jawab apabila mereka ketahuan membawa HP dan HP mereka disita.

Lagipula, menurut Jaemi, para guru tidak akan menangkap basah murid-murid yang menyontek atau bekerja sama. Menurutnya, guru-guru akan mentoleransikan murid-murid, mumpung sudah ujian terakhir. Semua guru juga akan lebih baik dan cara bicaranya menjadi lebih lembut kepada siswa tahun terakhir.

Mungkin takut dendam berkepanjangan kali, ya.

Taeyong melirik ke arah guru pengawas yang datang dari SMA lain itu. Bagus. Ia sedang tertidur. Guru macam apa yang tertidur saat sedang bertugas untuk mengawasi ujian nasional?

"Pssst! Pssst! Hyora! Hyo!" bisik Taeyong di depan HP-nya. Ia menundukkan kepalanya sehingga tidak dapat terlihat dari pengawas yang satunya lagi, yang sedang duduk termenung.

Ikatan -kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang