Jaemi's pov dan alasan mengapa mrk putus gue private. mampus lo, siders.
--------
Hyora memilih untuk mengurung dirinya di dalam kamar. Daripada ia turun ke bawah dan menanyakan apa yang terjadi tadinya antara Taehyung dan Jaemi, lebih baik ia menjaga privasi dua orang itu. Lagipula, Hyora bukan siapa-siapanya Taehyung ataupun Jaemi. Ia hanya sebatas adik kelas dan adik ipar.
Kakaknya sudah tertidur di kamarnya. Kini Hyora hanya bisa menatap langit-langit rumahnya sambil berusaha menghapus pemikirannya yang tidak berguna itu.
Untuk apa ia mencampuri urusan orang lain?
Sebenarnya, Hyora juga merasa iba kepada Chanyeol yang tampak menyedihkan sekali. Bagaimana tidak? Chanyeol tipe pria yang selalu bersenang-senang, tidak peduli betapa banyak masalah yang ia hadapi. Kini, giliran ditinggal pacar, ia malah mabuk.
Beruntung Chanyeol tidak mengalami ketidakberuntungan yang lain, seperti diculik atau hal yang lain.
"Park Hyora, neo pabo-ya," gumam Hyora dalam bahasa Korea. Menonton terlalu banyak drama Korea membuatnya dapat mengucapkan beberapa kalimat dalam bahasa Korea, membuktikan bahwa drama Korea juga memberikan keuntungan baginya.
"Maaf kalau gue menguping dari luar," sahut Taehyung yang membuat Hyora tersentak. "Tapi gue pengen gosok gigi."
Oke. Hyora bingung. Kenapa Taehyung tidak membuka pintunya dan menanyakan hal itu saja?
"Ini kamar cewek, ga mungkin gue masuk. Ga sopan," lanjutnya seakan-akan ia mengerti apa yang dipikirkan oleh Hyora. Padahal, Taehyung sudah mati-matian menahan malu hanya karena berdiri di hadapan kamar Hyora.
Dasar.
Taehyung terkejut dan refleks mundur ke belakang saat Hyora membuka pintu kamarnya. "Oh, maaf, Kak. Aku mau ke bawah ngambil sikat gigi."
Sambil melihat tubuh Hyora yang menuruni tangga dengan cepat, Taehyung terkekeh.
Aku?
--------
Di sisi lain, Jaemi hanya menatap Guanlin yang sedang berkonsentrasi pada permainan online di hapenya itu. Ia sungguh menyayangi adiknya sehingga ia tidak sampai hati menolak keinginan adiknya untuk menekuni bidang seni, padahal orang tuanya pernah meninggalkan pesan, supaya Guanlin terjun ke dunia akting.
Jaemi pernah berpikir, memangnya apa beda akting dan bernyanyi? Toh, sama-sama dunia hiburan.
Ia tidak pernah ingin berbohong kepada pasangannya, apalagi Chanyeol. Tapi ia juga tidak ingin Chanyeol mengetahui tentang undangan untuk masuk ke dalam agensi besar dari Korea yang sedang mencari jiwa muda yang berbakat dari seluruh penjuru Asia.
Jaemi merutuki video dimana ia bernyanyi saat kelulusan SMAnya itu. Andai saja video itu tidak tersebar, maka agensi asing itu tidak akan mencarinya.
Email itu masih ada, karena Jaemi takut menghapusnya. Ia takut, suatu saat, ia akan menyesal telah menolak tawaran itu. Tapi ia juga tidak bisa menerimanya langsung begitu saja. Guanlin masih sekolah dan selama Guanlin belum tamat, ia masih merupakan tanggung jawab dirinya.
Anggap saja Jaemi menjadi seorang trainee di negara yang selama ini ditinggali oleh idolanya. Lalu, bagaimana dengan Guanlin? Kalau tidak salah, seorang trainee tidak diperbolehkan untuk memiliki hape, bukan?
Belum lagi jika Chanyeol--ah, Chanyeol tidak lagi berstatus apa-apa dengan dirinya sekarang. Benar juga. Mereka hanya sebatas teman, atau lebih tepatnya, mantan.
"Kak? Kenapa?" tanya Guanlin yang membuat Jaemi sedikit terkejut. Pasalnya, adiknya tidak pernah menanyakan apapun tentang dirinya jika ia sedang galau.
Tipikal remaja yang cuek.
"Hah? Apanya yang kenapa?"
"Bacot lo, Kak. Kenapa? Kok galau?"
Jaemi melemparkan bantal Guanlin ke arah adiknya. "Tuh mulut sopan dikit."
"Yeu, udah nongkrong di kamar gue, pake negur segala," balas Guanlin.
"Heh!" Jaemi menghampiri Guanlin. "Kamar lo di rumah siapa?"
"Ini masih--eh, Kak! Aduh, geli, Kak! Geli!" Guanlin tidak dapat menahan tawanya saat kakaknya menggelitik tubuhnya. "Kak!"
"Mampus lo! Tuhkan, ga sopan lagi. Gue sleding lo ntar!"
"Ih, serius, tau! Kakak kenapa?"
"Kenapa lo yakin banget gue lagi galau?"
Guanlin tidak menjawab. Ia hanya menunjuk ke mata Jaemi. Jaemi heran. Ia yakin, ia tidak menangis sejak putus dengan Chanyeol. Lalu, kenapa Guanlin menunjuk ke matanya?
"Mata itu," kata Guanlin masih dengan jari telunjuknya yang mengarah kepada mata Jaemi, "ga memancarkan sinar seperti biasanya."
Jaemi tertegun. Ia tidak menyangka adiknya akan mengatakan hal seperti itu. Dengan suara yang sedikit bergetar, Jaemi membalas, "Lo kira mata gue apa? Senter? Pake mancarin sinar?"
"Serius, Kak. Meski lo emang nyebelin dan ribut, tapi cuma mata lo yang gue senangin dari lo. Mata itu selalu bikin gue semangat ngerjain lo, Kak."
Jaemi bingung. Jaemi dilanda gundah gulana. Ini adiknya lagi romantis atau kurang ajar?
"Tiap kali gue liat mata lo, gue iri, Kak. Mata lo selalu ada sinar tersendiri, membuat semua orang yang melihatnya juga bersemangat. Mata lo udah kayak happy virus, Kak. Makanya gue ga heran pas bang Chanyeol bilang dia suka sama Kakak. Mungkin dia sukanya sama mata Kakak," lanjut Guanlin. Ia diam, menatap Jaemi yang kini matanya berkaca-kaca.
"Putus ya, sama bang Chanyeol?" tebaknya.
Melihat kakaknya tidak menjawab, Guanlin dengan inisiatifnya sendiri memeluk kakaknya. Meski kakaknya juga menyebalkan sebagaimana orang dewasa yang khawatir kepada yang lebih muda, Guanlin tetap menyayangi kakaknya lebih dari apapun, walaupun ia tidak pernah menunjukkan sisinya yang satu ini.
"Kakak gatau harus gimana, Lin," tutur Jaemi dengan jujur pada akhirnya.
"Kalau masih sayang, ngapain putus?" balas Guanlin yang membuat Jaemi tersadar.
Setelah ia menyeka air matanya yang kini membasahi pelupuk air matanya, Jaemi menjawab, "Makasih."
Sepertinya ada yang lupa cara ngevote :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikatan -kth
Short Story"Lo jalani hubungan kayak ikatan kimia aja." -Hyora "Gue gamau ikatan phi, maunya ikatan sigma." -Taehyung "Au ah, masa bodo. Ini kimia apa cinta njir?" -author