delapan belas - Jaemi's pov

3.2K 418 11
                                    

"Lo mau ngambil jurusan musik?" ulang gue.

Guanlin mengiyakan. "Gue merasa connect aja gitu pas udah nyanyi."

"Oke," gue mengangguk. "Gue bakal ngedukung apapun keputusan lo. Yang penting, lo jangan kecewakan gue."

Guanlin hanya tersenyum dan berterimakasih. Selanjutnya, ia kembali ke kamarnya.

Pikiran gue masih dipenuhi dengan kejadian kemarin siang. Gue menghela napas. Apa gue bertindak terlalu jauh?

--------

((kemarin siang))

Gue duduk di mobil berdua dengan Chanyeol, menyanyikan lagu oppa sambil menunggu lampu merah. Chanyeol mengaitkan jari-jari kami dan sesekali, ia meraba kuku gue.

"Jae, kenapa lo ga pernah cat kuku lo? Kuku lo rapi padahal," katanya sambil melihat kuku gue.

"Kaga mau. Nanti malah rusak yang ada."

"Rusak gimana? Bukannya tambah cantik ya?"

"Gue pas SMP banyak pake kutek. Itu kuku gue jadi agak pucat gitu. Kasihan kuku gue."

Chanyeol mengangguk mengerti. Gue kembali menyanyikan lagu Korea yang sedang dimainkan di radio. Sumpah, senang banget kalau ada ginian.

"Terus, kenapa lo ga pernah bilang kalau lo ditawari masuk agensi?"

Mata gue membulat. Sejak kapan Chanyeol tahu tentang hal itu?

"Lo login ke email gue, ya?!" Gue maklum kalau Chanyeol mengetahui password email gue. Ya iyalah, password gue kan tanggal ultahnya Guanlin.

"Maaf," katanya. "Tadi gue mau kirim surat main-main ke Hyora, tapi email gue error, gatau kenapa."

"Jadi lo masuk ke email gue gitu aja?"

Bukannya gue sensitif atau apalah. Gue paling ga suka kalau Chanyeol sembarangan login ke akun gue. Ga masalah sih, kalau dia mau login. Tapi setidaknya izin dulu atau gimana.

"Maaf." Chanyeol menjalankan mobilnya saat angka merah itu berubah menjadi hijau.

"Sayang, lo marah?"

Gue diam. Gue lagi ga pengen menjawab pertanyaan bodoh itu. Gue yakin, Chanyeol tahu kalau gue ga pernah marah tentang hal seperti itu. Chanyeol ga mungkin menanyakan hal yang ia tahu gue ga bakal ngelakuin. Mungkin Chanyeol ingin meminta sesuatu?

"Sayang," panggilnya lagi. Mobil Chanyeol berhenti di pinggir jalan. Gue membalas, "Ngapain berhenti? Jalan."

"Sayang, gue serius," Chanyeol mengambil tangan gue lagi dan kali ini menatap mata gue. "Nikah, yuk."

Sa ae nih upil kuda nil. Ngajak nikah kayak ngajak main di perosotan.

"Kok tiba-tiba?"

"Iya, soalnya gue gamau lo kerja terus. Mending lo tutup restoran itu, terus kita nikah dan lo jadi tanggung jawab gue."

Ikatan -kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang