[Season 3] - 14 : kaos kutang

370 22 6
                                    

Ding dong. Ding dong.

Terdengar suara dari luar. "Loh, kok tumben sih belnya bukan lagu korea lagi?"

Hyora terkejut mendengar suara itu. Gak mungkin, kan...?

Ia segera membuka pintu untuk memastikan si pemilik suara, dan benar saja, ada Hana di depannya, bersama dengan Guanlin. Senyuman kaku ia berikan karena tidak tahu harus merespon apa. Sudah terlalu banyak hal yang terjadi sehingga sulit untuk menentukan siapa yang salah, siapa yang menjadi penyebab utama semua masalah itu.

"Hai, Hyo," sapa Guanlin. Matanya melirik pacarnya. "Semoga lo gak muak ngeliat muka gue lagi hari ini."

Hana melotot. "Loh, kamu...?"

"Kemarin aku dari rumah Hyora."

"Yuk, masuk," sila Hyora, tetapi mereka semua masih berdiri di tempat. "Lo pada ngapain datang?"

Ada kesunyian kaku yang mengitari mereka selama beberapa detik sampai Guanlin menyenggol lengan Hana, "G-Gue mau minta maaf..., Hyo."

Hyora berpikir sebentar. "Gausah," jawabnya, "Gue gak perlu."

"Hah?"

"Iya, lo gausah minta maaf, Han. Ngapain sih, ah! Lo, 'kan, teman baik gue, goblok."

Mendengar itu, Hana menangis tersedu-sedu di depan rumah Hyora. Pak Taeyang yang sedang memungut sampah dengan mengenakan kaos kutang terkejut. Ia berkata, "Waduh, ada apa ini?"

Orang yang sedang menangis beserta dua orang yang berdiri secara kaku terkejut melihat mantan wali kelas mereka. "Eh, Pak Taeyang..?"

"Hmmm," Pak Taeyang memunculkan suara bapack-bapack, "kenapa ini?"

Hana tiba-tiba tertawa. "Ah, Bapak, mah.. Saya lagi nangis, Bapak niat banget buat saya tertawa ya."

"Dih, apaan sih lu anak monyet, belagu amat," decih Pak Taeyang. "Saya tanya, ada apa yang—" Pak Taeyang membeku dan menatap ketiga muridnya secara bergilir, lalu matanya beralih ke kaos kutang berwarna putih miliknya yang mempunyai gambar Hello Kitty di bagian perut, dan beralih kembali menatap muridnya.

Wow. Pak Taeyang saat ini terlihat sungguh tidak berwibawa.

Pak Taeyang berdeham. Ia melihat ke arah lain sambil berpikir. Matanya bergerak cepat, berusaha untuk mencari inspirasi dari sekitaran rumah Hyora, tetapi tak kunjung menemukan suatu alasan mengapa ia ada disana dengan kaos kutang kesukaannya dan memegang sebuah plastik hitam besar yang berisi sampah.

Ah. Harusnya tadi ia tidak salfok.

"Pak?" panggil Hyora, "Bapak kenapa?"

Pak Taeyang berdeham lagi. "Apa? Apa yang kenapa?"

Waduh, judes amat. - Guanlin

"Bapak kenapa ngeliatin tempat lain terus, Pak? Tadi Bapak mau ngomong apa?"

Pak Taeyang berdeham lagi (2). "Gak jadi. Saya pergi dulu." Kakinya mulai melangkah menjauh dari tempat mereka berdiri.

"Eh, Pak—"

"Sudah! Saya bilang saya pergi dulu!"

"Bukan, Pak, saya mau bilang—"

"Saya bilang sudah, ya sudah!"

"Hah.."

"Sudah!"

"..."

"Dibilangin sudah!"

"Lah, saya, kan, gak ngomong apa-apa, Pak."

"Ya sudah!"

Saat kaki Pak Taeyang sampai pada aspal jalanan di depan rumah Hyora, suara tertawa seperti kuda nil melahirkan terdengar. "HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!!!"

Ikatan -kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang