empat

6.4K 622 78
                                    

"Hyo, laper ga?" tanya Guanlin saat motornya berhenti di lampu merah. "Jam makan siang nih."

"Ga juga sih, Lin. Lo kalau laper, mending beli makan aja dulu."

"Lo gapapa? I mean, orang rumah lo ga marah kan?"

Hyora terdiam sejenak. "Rumah gue kosong, cuman ada gue dan pembantu satu aja."

"Oh, oke kalau gitu. Kita berhenti di McD dekat rumah lo aja ya."

"Iya."

Di sisi lain, Taehyung yang sepedanya berhenti di belakang motor Guanlin cuman bisa nahan batuk. Buset, itu asap knalpotnya hitam banget.

Kalau Taehyung batuk, takutnya ntar Hyora nyadar trus dia balik belakang dan nampak Taehyung.

Eh, ngapain juga Taehyung takut ya?

Taehyung masih setia mengikuti Guanlin dan Hyora yang kini sudah memasuki McD untuk memesan makanan Guanlin. Taehyung mah cuman bisa menatap McD aja sambil berpikir, kapan dia bisa membelikan adiknya makanan enak.

Andai saja kerja adiknya bukan hanya ugal-ugalan, pasti hidup mereka akan lebih baik, walaupun hanya sedikit.

Beberapa saat kemudian, Guanlin dan Hyora keluar dari McD. Taehyung mulai bersiap dengan sepedanya. Disaat Guanlin menjalankan motornya, Taehyung mengayuh sepedanya.

---------

"Maaf, kak! Saya telat!" kata Taehyung.

Jaemi melirik ke jam tangannya. "Telat setengah jam. Lo kemana?"

"Ta-Tadi.. uh... Saya.. Saya--"

"Jawab jujur."

"Saya cuman khawatir sama adik kelas saya, kak."

"Adik kelas? Kenapa khawatir sama dia?" Jaemi mengernyit. "Rani! Itu meja 14 manggil!" sahutnya kepada salah satu pekerjanya.

"Yah, khawatir aja kak."

"Mulai cinta-cintaan ya sekarang," ledek Jaemi. "Yaudah, sana kerja, buruan!"

"E-Eh? Iya, kak!" Taehyung buru-buru membersihkan isi pikirannya. Jatuh cinta? Masa iya sih? Ga mungkin ah.

Taehyung mengganti seragamnya menjadi pakaian pelayan khas Italia. Yang kayak rompi gitu, sama dasi (run run run) butterfly. Rambutnya ia rapikan dan ia sembunyikan dibawah topi beret berwarna hitam. Sepatu sekolahnya ia ganti dengan sepatu kulit hitam pemberian bosnya, Jaemi.

"Tae, cepetan!" ucap Jaemi dari bagian kasir.

Mendengar suara bosnya, Taehyung langsung keluar dari ruang ganti baju dan segera bekerja. Jangan ditanya lagi kenapa restoran itu mendadak ramai, padahal seperti restoran Italia lainnya, restoran Jaemi luas, namun mejanya hanya sedikit, dan yang datang semuanya people rich.

"Gantengnya, yaampun," puji salah satu nenek-nenek yang udah langganan disana. Sejak bekerja di restoran itu, Taehyung sudah terbiasa menuai pujian berupa ganteng, tampan, keren, dan lain-lain.

Emang sih, sangat disayangkan tampang Taehyung yang melebihi standar. Bisa aja kan, kalau Taehyung debut jadi artis?

Tapi karena Taehyung masih sayang kepada adik satu-satunya dan masih mau mengejar pendidikan, berbagai tawaran masuk ke perusahaan agensi pun ia tolak.

Ikatan -kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang