dua puluh satu

3.2K 454 26
                                    

Next chapter gue private.

Don't follow just to read a single privated chapter. :)

--------

"Bang," panggil Taeyong kepada Taehyung yang sedang sibuk menyapu lantai kamarnya. Tadinya Hyora menawarkan diri untuk melakukannya, namun karena sopan santun, Taehyung menolak.

"Kenapa?" tanya Taehyung tanpa mendongak sama sekali.

Taeyong menghela napasnya. "Kenapa ga mau sama Hyora?"

"Anjay!" Taehyung melotot. "Orangnya ada disini, woi!"

"Hyora ada di lantai atas. Gapapa," balas Taeyong, masih dengan wajah datarnya yang kini sudah menjadi trademark.

Taehyung kembali menyapu ruangan. "Kaga mau aja."

"Bukan gara-gara gue, 'kan?"

Seketika, Taehyung terdiam. Ia tak yakin harus menjawab apa.

"Bang," Taeyong menghampiri saudaranya dengan pelan. "Bukan gara-gara gue, 'kan?"

Melihat Taehyung sama sekali tidak berkutik, Taeyong mengambil sapu dari tangan Taehyung dan meletakkannya di lantai, lalu membuat abangnya duduk di kasur untuk berbicara.

"Kenapa?" tanyanya lagi.

Oke. Kali ini Taehyung harus jujur pada saudaranya. Sudah cukup banyak kebohongan yang ia berikan.

"Gue ga tega."

"Ga tega gimana?"

"Cuma.. ga tega aja."

Untung, Taeyong orangnya cuek. Kalau ga, Taehyung pasti udah disleding.

"Serius, Bang."

Taehyung menghela napas. "Lo suka ga sih, sama Hyora?"

"Pasti," Taeyong mengangguk mantap. "Hyora kan teman gue."

"Bukan, maksud gue, sukanya yang suka gitu."

Taeyong mengernyit.

"Lo cinta ga sama Hyora?"

"Buset! Kaga lah, Bang! Gila ya?!" elak Taeyong.

"Lah? Abang kira--"

"Jangan-jangan Abang nolak Hyora gara-gara Abang kira gue suka sama Hyora?"

Dan, Taehyung dengan wajah polosnya mengangguk.

"Bego! Kenapa Abang bego banget?"

"Mana gue tau! Sejak lo balik dari penjara, terus lo ketemu Hyora dan mulai temanan sama Hyora, Hana dan Guanlin, lo kelihatan lebih ceria, tau!" Suara Taehyung sedikit meninggi. "Dan gue ga bodoh!"

"Bego lo, Bang! Gue ga nyangka Abang nolak Hyora gara-gara itu doang!"

"Lah, elu? Siapa suruh bikin gue percaya kalau lo suka sama Hyora?"

"Gamau tau! Besok, Abang tembak Hyora! Ajak dia pacaran! Kasihan tau, anak orang Abang php-in."

"Ga lah. Gila lo?! Gue dan Hyora, level kami itu beda. Lo juga sama kayak gue. Kita ga akan pernah cocok dengan cewek kayak Hyora!" Taehyung berdiri. "Udah ah, ganggu nyapu aja lo! Bantu aja kagak!"

"Jadi? Kita cocoknya sama siapa? Sama cewek kayak kak Irene?"

Taehyung tidak menjawab. Di dalam kepalanya berkecamuk banyak hal, namun tidak ada satupun yang cocok untuk dijadikan sebagai jawaban atas pertanyaan Taeyong.

Sedangkan, di luar kamar tamu itu, terdapat Hyora yang wajahnya memerah dan jantungnya berdegup kencang.

--------

Hana tidak bisa menyembunyikan kesenangannya. Well, akhirnya Jimin menerima ajakannya untuk pergi menonton film yang baru dirilis di bioskop.

Kabar gembira itu baru saja akan ia beritahukan kepada Hyora, tapi dibatalkan setelah ia mendapati Hyora hanya diam-diam saja sedari tadi.

"Woi, Hyo! Kenape lu?" tanyanya sambil menepuk pundak Hyora.

"Santai aja, jing!" balas Hyora.

"Yeu santai dengkulmu! Lo aja ngomong pake anjing!"

Hyora menggaruk kepalanya. "Yah iya juga sih."

"Udah, udah. Ada masalah ape? Bentar lagi semester loh."

Haruskah Hyora memberitahukan hal itu kepada Hana? Hana tipe yang langsung menjerit saat tau sesuatu. Tapi Hana juga merupakan sahabat Hyora.

Apa yang harus Hyora lakukan?

Ngupil.

Ga deng.

"Jadi, sebenarnya.." Hyora berbisik kepada Hana dan menceritakan semuanya yang ia dengar dari luar kamar Taehyung dan Taeyong.

"Ba--"

"Ini kantin!"

"Oke, sumpah? Sumpah beneran gitu?"

"Ya iya! Lo kira gue bo--"

Perkataan Hyora terpotong saat Taeyong meletakkan sebungkus batagor di hadapan mereka berdua. "Kenapa?" tanya Taeyong yang sama sekali tidak mengetahui apa-apa.

Hyora menyikut Hana. Oke, Hana peka.

"Yoyong! Ya ampun, Yoyong makin lama makin ganteng!" Hana berdiri dan melebarkan tangannya untuk memeluk Taeyong.

"Han, aura tante girang lo terlalu kuat," celetuk Guanlin dari belakang Taeyong. "Yuk, makan," katanya sambil meletakkan empat mangkuk mie sop di meja.

Baru saja Hyora membuka mulutnya dan memasukkan bakso ke dalam mulutnya, tiba-tiba Taehyung menyahut namanya dari belakang. Langsung saja, Hyora tersedak dan memuntahkan apa yang ada di dalam mulutnya ke dalam mangkuk itu kembali.

Ewh.

"Hyora!"

"Uhukk!!"

Hana langsung mencegat Taehyung supaya ia tidak melihat apa yang sedang Hyora lakukan. Bahkan Taeyong dan Guanlin saja menutup mata mereka.

"Eh, kak Taehyung! Kenapa, Kak?" Hana nyengir. Berusaha memamerkan giginya yang baru dibersihkan dari karang gigi.

"Iya, gue nyari Hyora," balas Taehyung dengan riang. Like, benar-benar riang.

"Iya, kenapa, Kak?" Hyora mengesampingkan tubuh Hana dan menghadap ke Taehyung dengan gugup. Ia teringat akan percakapan antara Taehyung dan Taeyong semalam.

Oh shit.

"Gue pengen omongin sesuatu sama lo."

No way.

"Kenapa?" Hyora berusaha tenang. Oke, mungkin Hyora butuh seseorang untuk melakukan CPR padanya jika sewaktu-waktu ia pingsan.

"Ikut dulu." Taehyung menarik tangan Hyora yang dengan pasrahnya mengikuti.

"Jangan lupa pake pengaman!"

Jangan ditanya siapa yang ngomong.

--------

Di sisi lain, Jaemi sedang membantu karyawannya untuk membersihkan meja-meja yang ada di restoran. Ada seseorang yang membuat reservasi di restorannya hari ini, dan katanya akan ada acara ulang tahun.

Seharusnya Jaemi menolak permintaan reservasi itu. Namun, karena katanya urgent, Jaemi pun membiarkannya.

"Lima belas menit lagi, klien datang. Pastikan semuanya benar-benar bersih," katanya kepada pegawainya.

Ia berhenti dan langsung membalikkan badan saat salah satu pegawainya menyahut, "Selamat datang!"

Percayalah, Jaemi sangat terkejut saat ini.

Seorang Park Chanyeol sedang berdiri di hadapannya.

Ikatan -kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang