Prolog

29.2K 1.7K 28
                                    

"Sana, sudah kubilang aku tidak akan pergi." Yerim duduk di kursi meja belajarnya, menatap kesal Sana yang sedang tiduran di atas ranjangnya.

"Ayolah Yerim. Temani aku ke sana, kau juga diundang kan?"

Yerim tetap menggelengkan kepalanya, gadis itu tetap fokus pada buku materi yang sedang ia baca, mengabaikan Sana yang terus merengek padanya.

"Lagipula itu pesta apa? Tidak jelas."

"Oh Yerim. Ini pesta ulang tahun Mingyu."

Sana bangkit dari tidurnya, kembali memohon kepada Yerim agar gadis itu mau pergi menemaninya.

"Yerim, please. Kau tega membiarkanku pergi sendiri?"

"Kau punya banyak teman, Sana."

"Tapi aku hanya mau bersamamu."

Yerim sudah risih dengan Sana yang terus memohon padanya dan wajah yang dibuat semelas mungkin. Yerim memutar bola matanya lalu menutup bukunya dan bangkit dari duduknya.

"Baiklah. Untuk kali ini saja."

Sana bersorak riang. Gadis itu memeluk Yerim gembira. Sedangkan Yerim hanya diam. Yerim tidak terlalu suka pesta. Itulah mengapa ia menolak mentah-mentah ajakan Sana. Gadis itu memilih bergelung di balik selimutnya daripada harus pergi ke pesta yang hanya akan membuang waktunya. Jika telinga Yerim masih kuat mendengarkan Sana yang terus merengek mungkin malam ini ia akan tetap bergelung di bawah selimut kesayangannya, sayangnya telinganya sudah tidak sanggup lagi mendengar rengenkan Sana.

Pesta itu ramai sekali. Yerim hanya berdiri di pojok ruangan menyasikan pesta yang sedang berlangsung. Yerim tidak tahu jika pesta diadakan di salah satu club. Hal iu semakin membuat Yerim menyesal telah meladeni ajakan Sana.

Sana berkali-kali membujuk Yerim agar gadis itu mau ke tengah ruangan dan menikmati acara. Tapi Sana tidak berhasil dan berakhir meninggalkan Yerim sendiri.

Tidak ada yang menarik. Tidak sampai mata Yerim menangkap seseorang yang beberapa saat ini membuat jantungnya bekerja abnormal ketika menatapnya. Pria itu masih tampak tampan meskipun penampilannya sudah lusuh. Pria itu duduk di meja bartender dengan beberapa temannya, meneguk minuman yang Yerim pastikan mengandung kadar alkohol.

Matanya sempat bersirobok dengan milik pemuda itu, membuat Yerim langsung mengalihkan pandangannya. Yerim yang merasa tidak nyaman keluar dari ruangan tempat pesta dilangsungkan. Pesta ini dilangsungkan dilantai atas club. Yerim berdiri di samping tangga menunggu Sana yang entah kapan akan keluar. Kaki Yerim sudah berteriak lelah. Tapi gadis itu tidak mungkin meninggalkan Sana di sini.

Mata Yerim membelalak melihat pria yang tadi ia perhatikan berjalan ke arahnya dengan sempoyongan. Yerim rasa pria itu mabuk. Pria itu jatuh merosot ke lantai. Yerim berniat untuk membantu pria itu tapi ia ragu.

Melihat pria itu yang sudah benar-benar teler membuat Yerim tidak tega. Gadis itu mendekat menghampiri tubuh pria itu. Bau alcohol menyengat sangat menyengat. Apa yang harus dilakukannya pada pria ini? apa ia harus memanggil salah satu teman pria ini? Yerim rasa itu hal yang benar. Gadis itu akan beranjak memanggil teman pria itu tapi tiba-tiba pergelangan tangannya di cekal. Yerim melihat kaget tangannya yang sudah dicengkeram oleh pria itu. Pria itu bangkit dan langsung memojokkan Yerim ke dinding. Yerim meronta dan berusaha melepaskan kungkungan pria itu. Tapi pria itu tak membiarkan lolos. Pria itu malah menyeret Yerim ke salah satu ruangan. Mencengkeram tangan Yerim membuat Yerim mengaduk kesakitan.

Yerim masih terus berusaha melepaskan cengkeraman pria itu. Yerim tidak tahu bagaimana bisa pria ini memiliki tenaga kuat seperti padahal dia sedang mabuk. Yerim panik ketika menyadari pria itu membawanya ke sebuah kamar. Yerim semakin meronta melepaskan diri. Tapi semua itu sia-sia. Dan semua hal yang tidak pernah Yerim bayangkan terjadi. Yerim berteriak dan menangis pilu malam itu. Tubuh dan hatinya sakit dan itu disebabkan oleh orang yang disukainya, Jeon Jungkook.

Paginya Sana menangis menyesal di depan Yerim. Mengatakan jika seharusnya ia tidak memaksa Yerim untuk ikut dengannya. Berulang kali Sana meminta maaf kepada Yerim. tapi yang dilakukan gadis itu hanya menatap kosong Sana di depannya dengan air mata terurai.

Memang seharusnya aku tidak datang ke pesta sialan ini. dan semua hal buruk ini tidak akan terjadi.

TBC

haloo.. ini pertama kali aku nulis. jadi mohon dimaklumi jika masih acak2an. banyak typo, hehe. mohon masukannya. saran dibutuhkan.

It Wasn't Her FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang