CHAPTER 19
Sudah dua jam Yerim duduk di sana sambil menangis. ini sudah mulai memasuki musim gugur. Angin bertiup dengan kencang. Tubuh Yerim mulai kedinginan. Yerim hanya terbalut oleh dress tanpa jaket. Hanya wajah Yerim yang terasa hangat karena air mata yang masih terurai membasahi pipinya.
"Yerim?"
Yerim yang sedang memeluk sediri tubuhnya dikagetkan oleh sebuah suara. Pemilik suara itu langsung melepas jaket miliknya dan memakaikannya ke tubuh Yerim. membuat tubuh Yerim langsung menghangat.
"Sedang apa kau di sini? Kau menangis? Ya Tuhan Yerim!"
Itu Guanlin yang baru saja memberikan jaketnya untuk Yerim. Dan sekarang raut wajah lelaki itu tampak khawatir setelah mengetahui keadaan Yerim dengan jelas. Gigi lelaki itu bergemeletuk dan rahangnya mengeras melihat keadaan Yerim yang cukup mengenaskan. Apalagi melihat cairan bening yang terus saja jatuh membasahi pipi wanita itu.
Yerim tidak menyahuti Guanlin dan masih saja menangis. Guanlin menjadi panik melihat Yerim yang sesenggukan.
"Ayo kuantar pulang."
Tidak, Yerim tidak ingin pulang. Ia tidak mau melihat wajah Jungkook sekarang. Hatinya masih sangat sakit untuk bertemu dengan pria itu. Bentakan Jungkook masih terngiang di kepalanya. Membuat goresan luka yang Yerim yakin tidak mudah untuk menghilangkannya.
"Aku tidak mau pulang."
Guanlin menggeram frustasi. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Yerim saat ini. beberapa orang melihatinya seakan ia yang telah membuat wanita berbadan dua ini menangis. Oh Guanlin melupakan fakta jika Yerim sedang mengandung. Pasti orang-orang mengira mereka adalah sepasang suami istri yang sedang bertengkar.
"Oke baiklah, aku akan mengantarmu ke rumah teman perempuanmu, beritahu aku rumah temanmu itu. Kau tidak boleh diam di sini terus, itu tidak baik untuk kesehatanmu dan bayimu."
Mendengar kata bayi, Yerim ingat jika sekarang ia tidak sendiri. ada nyawa lain dalam perutnya yang harus ia jaga. Ia tidak boleh egois mementingkan hatinya sendiri. Tapi, sungguh Yerim tidak ingin bertatap muka dengan Jungkook saat ini. Pergi ke salah satu rumah temannya juga bukan pilihan yang tepat untuk Yerim. Mereka kebanyakan adalah kekasih dari teman Jungkook dan kakaknya, bisa runyam jika mereka mengetahui masalah ini. Sana? Gadis itu sedang tidak berada di Korea.
"Bawa aku ke rumahmu"
"APA?"
Yerim menutup terlinganya mendengar teriakan Guanlin. Lelaki itu segera menutup mulutnya menyadari jika teriakannya sangat keras dan menarik perhatian banyak orang. Pria itu hanya sangat terkejut mendengar permintaan Yerim. Membawa Yerim ke apartementnya? Godaan apalagi ini. Guanlin memang memiliki hati kepada wanita itu, tapi Yerim sudah bersuami dan bahkan sedang hamil bisa-bisa ia kena tonjokan dari Jungkook sampai pria itu tahu ia membawa istrinya pulang ke apartementnya.
"Aku mohon, Guanlin."
Melihat Yerim yang menggigil kedinginan membuat Guanlin mau tak mau menuruti permintaan Yerim. Setelah sampai di apartement, Guanlin akan meminta penjelasan pada wanita ini. Guanlin harus mendapatkannya, tidak boleh lolos seperti dulu lagi.
***
"Masuklah, buat dirimu senyaman mungkin."
Mereka masuk ke dalam apartement Guanlin. Mata Yerim mengamati apartement milik lelaki itu. Tidak seperti apartement Jungkook yang benar-benar mewah, apartement Guanlin lebih sederhana meskipun masih dikategorikan mewah. Perabot-perbotnya berjejeran rapi. Kesan sederhana apartement ini membuat Yerim nyaman seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Wasn't Her Fault
FanfictionMalam itu merubah hidupnya. Jika saja ia tidak datang ke pesta itu dan tetap berdiam diri di rumah, jika saja malam itu ia tidak beranjak dari ranjangnya yang hangat. Semua pasti baik-baik saja. Tubuhnya bergetar menahan tangis ketika dua garis mera...