Chapter 24

10.2K 1.1K 54
                                    

CHAPTER 24



Jungkook tiduran di atas ranjangnya, melihati Yerim yang sedang berdandan di depan meja riasnya. Yerim mendengus melihat kelakuan suaminya melalui cermin. Yerim menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Jungkook yang sedang mengguling-gulingkan badannya di atas ranjang.

"Jika kau tak mau mengantarku, tidak apa. Aku bisa berangkat sendiri dengan taksi."

Jungkook bangkit dari baringannya. Tidak memperdulikan rambutnya yang berantakan begitupun dengan baju yang lusuh. "Apa kita harus pergi? Kau sedang hamil besar Yerim dan beberapa minggu lagi mungkin kau akan melahirkan. Sebaiknya kau tetap istirahat di rumah."

Yerim membalikkan tubuhnya dari hadapan kaca. Menatap suaminya tajam, menyiratkan bahwa ia tidak setuju dengan pendapat yang baru saja Jungkook lontarkan. Yerim berdiri dari duduknya dan sedikit menghentakkan kakinya. Ia mengambil tasnya di atas ranjang kemudian berlalu menuju pintu kamar.

"Kau mau mengantarku atau tidak?"

Jungkook mendesah berat. Ia tidak punya pilihan selain mengikuti apa yang istrinya mau. Dirinya bangkit dari ranjang. menyambar jaketnya di gantungan lemari dan menyusul Yerim yang mungkin sudah ada di depan pintu apartement.

***

Keadaan mobil cukup sunyi sekarang. Yerim sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Jungkook sibuk menyetir. Jungkook menggerutu dalam hati. Ini hari minggunya yang berharga. Seharusnya saat ini dia dan Yerim bermalas-malasanya di atas kasur menikmati waktu bersama mereka sebelum adanya anggota baru dalam keluarga. Tapi sekarang? Yerim merengek kepadanya untuk mengantarkannya ke bandara, melepas kepergian Guanlin yang katanya akan kembali ke negara asalnya. Ia sudah mati-matian menahan Yerim untuk tetap di rumah. Bukan apa-apa juga. Yerim itu sudah dalam rentan waktu yang dekat untuk melahirkan. Harusnya ia berada di rumah, beristirahat. Itulah yang ada di pikiran Jungkook kali ini. benar-benar khawatir dengan kehamilan Yerim atau hanya sekedar cemburu.

"Tidak perlu cemberut seperti itu, Jeon. Guanlin itu temanku sudah sewajarnya aku di sana sebelum ia kembali ke Taiwan."

Iya, teman yang dulu hampir berusaha mencurimu dari genggamanku. Ingatkan Jungkook bahwa teman Yerim itu sangat berjasa bagi istri dan dirinya. Dan ia yang harus berterima kasih kepada lelaki itu karena dulu mau menjaga Yerim ketika hubungannya dengan Yerim sedang tidak baik-baik saja.

Bandara Internasional Incheon sudah terlihat. Jungkook mengarahkan mobilnya ke area parkir. Memakirkan mobilnya dengan rapi di sana. Yerim keluar dan berseru kepada Jungkook untuk lebih cepat sedikit. Jungkook sendiri heran. Kenapa Yerim bisa secepat itu padahal kemarin-kemarin istrinya itu sangat lambat karena perutnya yang besar.

Yerim berjalan cepat ketika netranya menangkap keberadaan Guanlin di depan sana. Memakai topi, kaus oblong dipadukan dengan jaket denim dan juga celana hitam yang membalut tubuh jangkung lelaki itu.

Jungkook membulatkan matanya lebar ketika melihat Yerim memeluk Guanlin di depan sana. Ingin rasanya ia menarik tubuh istrinya itu menjauh dari Guanlin. Jungkook harus bersabar sekarang. Apalagi ketika Guanlin ikut melingkarkan tangannya di sekitar tubuh Yerim.

"Aku akan merindukanmu." Ucap Yerim pada lelaki yang sedang dipeluknya saat ini. matanya sudah berkaca-kaca.

"Aku juga akan merindukanmu."

Guanlin melepas pelukan mereka karena sadar Jungkook sedang menatapnya garang. lelaki itu memengang bahu Yerim dan melihat wanita itu yang sudah berurai air mata.

"Hei, kenapa kau menangis? ini bukan pertemua terakhir kita. Aku akan kembali lagi ke Korea, meskipun aku tidak tahu kapan tepatnya."

Yerim mengusap air matanya dan kembali menerjang Guanlin dengan pelukan. Guanlin adalah salah satu teman terbaiknya yang sudah mau menjadi sandarannya ketika ia sedang terpuruk karena masalahnya. Yerim juga masih merasa bersalah tentang perasaan pria itu kepadanya yang tidak bisa ia balas, karena keadaan tak mengijinkannya untuk membalas perasaan lelaki itu.

"Kau akan menemukan pendamping hidupmu yang tepat."

Guanlin mengangguk paham. Pria itu mengelus pelan bahu Yerim. sebelum menyuruh Yerim untuk kembali lagi ke sisi Jungkook yang nampaknya sudah kepanasan di tempatnya berdiri.

"Kabari aku jika kau sudah melahirkan."

"Tentu"

Bukan Yerim yang menjawab, melainkan Jungkook yang tiba-tiba sudah merangkul tubuh Yerim posesif. Seakan ingin mengatakan pada semua orang bahwa wanita di sampingnya ini adalah miliknya dan hal tersebut tidak bisa diganggu gugat.

Guanlin terkekeh melihat kelakuan cemburu Jungkook. pria itu mendekat pada Jungkook. Jungkook menaikkan satu alisnya ketika teman istrinya itu memeluknya. Jika saja Yerim tidak ada di sampingnya mungkin sekarang ia sudah mendorong tubuh Guanlin untuk menjauh dari tubuhnya.

"Kau masih ingat ancamanku dulu 'kan? Jika kau menyakitinya lagi. Aku tidak akan ragu untuk merebutnya darimu." Bisik Guanlin tepat di samping telinga Jungkook.

Guanlin menjauh dari tubuh Jungkook. kemudian melambaikan tangan kepada sepasang suami istri itu. dan berjalan menuju penerbangannya.

***

Mereka sudah sampai di rumah. Jungkook masih terihat kesal. Pria itu juga terlihat sensitif apalagi setelah perkataan Guanlin tadi tidak mau hengkang dari otaknya. Dirinya tidur di atas ranjang melihat langit-langit kamar menunggu Yerim yang sedang membersihkan diri.

Ranjangnya bergerak mendandakan jika ada orang lain selain dirinya yang mengisi kasur besarnya, dan itu Yerim yang saat ini memposisikan tubuh untuk berbaring di sisinya.

Jungkook merentangkan tangannya, menyambut Yerim untuk segera masuk ke dalam pelukannya. Sudah menjadi kebiasaan bahwa Yerim selalu tidur dalam rengkuhannya. Meskipun masih terlihat kesal karena kejadian di bandara tadi, dirinya tetap tidak bisa mengabaikan Yerim.

Yerim menyambut rentangan tangan Jungkook. menyamankan diri di dalam pelukan pria itu. memposisikan kepalanya dengan nyaman di dada bidang milik suaminya itu. merapatkan tubuhnya ke tubuh pria itu guna mendapatkan kehangatan lebih.

Begitupun Jungkook yang saat ini sudah membalik tubuhnya menghadap Yerim. memenjarakan Yerim dalam rengkuhan hangatnya. Mengecupi puncak kepala Yerim –hal yang selalu ia lakukan sebelum mereka pergi ke alam mimpi.

Jungkook sudah akan masuk ke alam mimpinya sebelum suara lembut Yerim mengalun di telinganya.

"Kau tidak perlu cemburu kepada Guanlin. Kau sudah tahu siapa yang mengisi hatiku"

Yerim mengangkat kepalanya, kemudian mendaratkan kecupan manis di bibir tebal Jungkook. hal itu mengundang senyum manis dari pria yang berstatus sebagai suaminya. Jungkook mengeratkan dekapannya. Menenggelamkan tubuh Yerim ke dalam pelukan hangatnya.

"Iya aku tahu." Dan ciuman manis mendarat di kening Yerim, mengantarkan wanita itu menuju alam mimpinya yang indah.

Itu aku

TBC

Halooo.. gimana untuk part ini. Apakah part ini sudah cukup romance? Kalau belum, diusahakan next part lebih romance lagi.

Semangat buat bsk yang uas, adakah yg uas *sama seperti saya, hehe

Jangan lupa Vote dan Komen ya..

Maaf untuk Typo.

Terima kasih.

It Wasn't Her FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang