Bonus Chapter

10K 814 158
                                    

Bonus Chapter



Yerim mengelus lembut lengan Jungkook yang sedang mengadili putra sulung mereka. menatap marah pada Jungwon yang hanya menundukkan wajahnya. Sedangkan tangan Yerim yang lain digunakan untuk merangkul Junghae yang terisak karena tidak tega melihat sang kakak dimarahi oleh sang ayah.

Jeon Jungwon. Anak mereka yang sudah beranjak dewasa di usianya yang sudah menginjak angka tujuh belas tahun telah melanggar pertauran tidak tertulis dari Jungkook. Anak lelaki mereka pulang di atas jam malam yang sudah Jungkook tetapkan. Hal itu cukup memancing kemarahan sang ayah.

"Kenapa jam segini baru pulang, Jungwon?"

Yerim berusaha meredakan emosi Jungkook yang meletup-letup. Wanita itu tidak bisa membela putranya karena memang Jungwon bersalah saat ini. dan anaknya itu harus bisa mempertanggung jawabkan kesalahannya.

"Meskipun kau laki-laki, tidak seharusnya kau pulang larut malam seperti ini"

"Tapi aku sudah besar. aku sudah bisa menjaga diriku sendiri!"

Amarah Jungkook semakin meningkat apalagi setelah Jungwon membantah perkataannya. Ia melihat tatapan menggebu-gebu dari anaknya. Ia pernah melihatnya. Ia pernah merasakan hal seperti ini ketika ia masih muda dulu. jadi seperti ini rasanya ketika ayahnya dulu memarahinya karena sudah melanggar peraturan.

Jungkook membuang napasnya. Jungwon memang sedang pada masa transisi. Anaknya itu sedang mencari jalan untuk mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. Tapi Jungkook sebagai orang tua merasa was-was, apalagi ketika anak lelakinya pulang larut malam seperti ini. apa yang dilakukannya di luar sana sampai melupakan rumah.

Jungkook berdiri. Masih menatap tajam Jungwon "Dinginkan kepalamu. Renungi kesalahamu. Appa hanya tidak mau kau tersesat di jalan yang salah." Ujar Jungkook sebelum melangkah meninggalkan keluarganya dan masuk ke dalam kamar. Yerim hanya menatap kepergian suaminya itu. menatap punggung lelah Jungkook yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Sebaiknya kalian tidur dan Jungwon. Pikirkan baik-baik apa yang sudah kau lakukan."

Yerim menuntun purti bungsunya untuk masuk ke dalam kamarnya. Menyuruh gadis itu untuk segera tidur karena besok mereka masih harus bersekolah.

Yerim masuk ke dalam kamar. Jungkook masih belum tidur. Pria itu duduk di atas ranjang dan bersandar di kepala ranjang. menatap kososng ke arah kakinya.

"Jungkook..."

"Apa aku terlalu keras padanya? Aku hanya tidak mau dia mengambil jalan yang salah. Aku tidak mau ia menjadi seperti ayahnya dulu."

Yerim mengerti apa yang dimaksud Jungkook dengan kata 'dulu'. dulu Jungkook juga bukan anak yang selalu menurut kepada orang tuanya. Pergi ke bar hampir dua kali dalam seminggu ketika usianya duapuluh tahun. Kata 'dulu' juga merujuk pada Jungkook yang menghamilinya sebelum ada ikatan pernikahan. Yerim mengerti, suaminya ini tidak mau sampai anak mereka malakukan kesalahan yang sama seperti dirinya.

"Kau dan dia berbeda, Jungkook. kita sudah mendidiknya sebaik mungkin. Hal seperti tadi wajar karena ia remaja. Kita dulu juga seperti itu."

"Iya, tapi..."

"Sstt. Lebih baik sekarang kita tidur. Ini sudah malam, kau harus berangkat kerja besok."

Yerim menarik selimut. Memaksa Jungkook untuk merebahkan tubuhnya. Ia menarik lengan Jungkook untuk memeluknya. Dan menyamankan kepalanya yang bersandar di dada sang suami. Yerim mengusap dada Jungkook yang masih bergumuruh. Berusaha memberikan ketenangan agar suaminya itu bisa tidur dan melupakan sejenak masalah anak mereka.

It Wasn't Her FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang