Chapter 10

10.1K 1.1K 36
                                    

CHAPTER 10

Yerim keluar dari kamarnya setelah merasa lebih tenang. Gadis itu melihat jam dinding yang menggantung di dinding ruang tengah. Ternyata sudah empat jam lebih ia mengurung diri di kamar. Kakinya membawanya menuju dapur. Menangis berjam-jam membuat tenggorokannya kering. Ketika kakinya menginjak lantai dapur. Tubuhnya berjengit ketika mendapati sosok Jungkook yang sedang duduk di pantry dapur. Menggunakan siku sebagai tumpuan di atas meja dan kedua telapak tangannya menangkup wajahnya. Keadaan pria itu cukup buruk. Bajunya lusuh, rambutnya berantakan dan bisa Yerim duga, dibalik tangkupan tanganya itu wajah Jungkook memerah karena tangis.

Rasa sesal kembali menghinggapi diri Yerim setelah beberapa saat hilang. Melihat Jungkook seperti ini sebenarnya juga membuat dirinya hancur lagi. Yerim tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

"Jungkook"

Pria itu mengangkat wajahnya, menatap Yerim dengan tatapan tajam yang langsung membuat Yerim ketakutan. Ini bukan Jungkook yang biasanya. Tatapan pria itu terlalu garang, membuat dada Yerim kembang-kempis menahan takut. Yerim sudah merubah Jungkook menjadi seperti ini. itulah pikiran-pikiran yang ada di kepala Yerim. Memikirkan segala hal buruk yang terjadi pada Jungkook karena dirinya. Padalah belum tentu semua ini karena gadis itu. Sekali lagi Yerim hanya gadis bodoh yang mengakui kesalahan yang bahkan tidak diperbuatnya.

"Tinggalkan aku sendiri."

"Tapi-"

"AKU BILANG TINGGALKAN AKU SENDIRI!!! Apa kau tidak dengar!!!"

Tubuh Yerim bergetar takut mendengar bentakan dari Jungkook.

Dengan langkah cepat gadis itu meninggalkan dapur dengan air mata yang lagi-lagi lolos dari pelupuk matanya. Hatinya tergores lagi dan penyebabnya masih sama. Pemuda yang baru saja membentakkanya. Yerim mulai sesenggukan. Gadis itu kembali ke kamar dan memeluk bantalnya erat. Yerim paling tidak suka dibentak. Itulah mengapa Taehyung tidak pernah meninggikan suaranya sedikitpun ketika berhadapan dengan Yerim. Gadis itu hanya terlalu rapuh. Ia hanyalah sebuah gelas kaca yang nampak cantik tapi harus dijaga dengan baik agar tidak jatuh dan pecah. Terlebih lagi Jungkook menyalahkannya atas semua yang telah terjadi.

Malam itu menjadi saksi bisu bagaimana Yerim menangis dengan penuh rasa sakit sembari meremas erat selimut biru milik Jungkook membenamkan wajahnya di atas bantal, berusaha untuk meredam suara isakannya. Dan Jungkook yang juga menangis dengan rasa frustasi karena tidak bisa lagi bersama orang yang ia cintai. Bahkan apa yang dilakukan Jungkook lebih buruk lagi, ia melempar benda-benda yang ada di sekitanya guna melampiaskan seberapa frustasi dan sedih dirinya. Membuat keadaan apartement menjadi kacau balau.

Biarkan mereka menangis sekarang. Bukankah dunia ini penuh dengan tangisan. Bahkan dia memberikan ruang dan waktu untuk kita menangis. Bukankan dunia ini memang kejam?

***

Yerim bangun setelah semalaman menangis. Gadis itu akhirnya tertidur karena rasa lelah akibat terus-terusan menangis. Perempuan itu sudah rapi dengan pakaian kuliahnya. Matanya masih tampak sembab dan Yerim tidak bisa melakukan apapun dengan itu. Ia akan mecoba mengompresnya dengan air dingin setelah ini.

Tanganya membuka knop pintu dan terkejut mendapati keadaan apartement yang sedikit berantakan. Pigora yang awalnya terpasang sempurna di dinding jatuh pecah di lantai. Bantal-bantal sofa tidak ada di tempat sebagaimana seharusnya mereka berada. Buku-buku berserakan di lantai seperti barang tak berguna. Yerim tidak tahu apa yang dilakukan Jungkook semalam. Ia tidak bisa mendengar apapun dari kamar karena kamar apartement mewah Jungkook ini kedap suara.

Yerim bisa melihat seberapa besar kesedian Jungkook dari keadaan kacau ini. gadis itu lalu mengambil bantal-bantal sofa dan mengembalikannya di tempatnya. Membereskan buku-buku yang berserakan dan menatanya kembali di rak. Yerim tidak merasakan adanya Jungkook di sini. Gadis itu sudah ke dapur, kamar mandi, ruang tengah dan tidak mendapati keberdaan Jungkook. Mungkin pria itu sudah pergi pagi-pagi buta. Mungkin saja pria itu menyelinap masuk ke dalam kamar untuk mengambil baju ganti dan pergi ke kampus sebelum matahari benar-benar terbit.

Yerim menghela napasnya. Gadis itu tahu pasti Jungkook tidak ingin menemuinya saat ini. memangnya siapa yang mau bertemu dengan orang yang sudah menghancurkan hubungaanmu dengan kekasihmu.

Tapi hei. Pernikahan ini tidak akan terjadi kalau tidak karena kegilaan Jungkook malam itu. Jungkook yang egois.

Yerim berjalan tak bergairah menyusuri koridor kampus. Tubuhnya terasa tak betenaga meskipun sudah mengisi perutnya di kantin. Yerim masih waras untuk tidak membiarkan perutnya kosong meskipun  suasana hatinya sedang buruk. Yerim ingat betul bahwa ada nyawa lain di dalam tubuhnya yang membutuhkan gizi.

"Yerim!"

Itu suara Guanlin. Lelaki itu berlari mendekati Yerim. Dan dia tidak bisa menahan rasa terkejut dan khawatirnya melihat keadaan Yerim.

"Matamu sembab? Apa kau habis menangis? Katakan apa yang membuatmu menangis?"

Rentetan pertanyaan keluar dari bibir tebal Guanlin. Lelaki itu juga memegang bahu Yerim dan memeriksa tubuh Yerim. Yerim menggeleng pelan, tidak ada niatan untuk mengeluarkan suaranya, tapi ia harus bersuara agar pria di hadapannya ini bisa diam

"Aku tidak apa, Guanlin-ah."

"Bohong."

Pertahanan Yerim hancur sekarang. Isakan kecil mulai keluar dari bibirnya. Rasa sakitnya yang berusaha ia pendam muncul lagi kepermukaan. Guanlin membulatkan matanya begitu saja mendengar Yerim menangis. Apa yang terjadi pada gadis ini? Guanlin hanya bisa menebak-nebak sebelum Yerim mau menjelaskan apa yang terjadi pada gadis itu.

Tangan Guanlin tidak ragu untuk menarik Yerim ke dalam pelukannya, mencoba menenangkan gadis itu dengan membiarkan Yerim menangis di dekapannya. Guanlin juga rela jika baju bagian bahunya basah karena air mata Yerim yang tak terbendung. Guanlin juga tidak peduli orang-orang yang lalu lalang di koridor ini mulai membicarakan mereka. Ia juga tidak peduli jika nanti Jungkook datang dan memukulnya karena sudah seenaknya memeluk Yerim. Yang ada dipikiran Guanlin saat ini adalah membuat Yerim tenang dan meredakan tangisan gadis itu. Serta membujuk gadis itu untuk mau menceritakan masalahnya kepada dirinya.

TBC

Haloo... aku kembali. Ada yang masih nungguin fanfic ini kah? –enggak ada deh kayaknya-

Maaf baru update. Lagi krisis ide. Ditambah juga aku nggak punya banyak waktu luang TT. Chapter ini pendek ya? Idenya lagi mentok sampai disitu, hiks. Mungkin ada yang mau saran ide? Oh ya aku mau nyampein sesuatu juga. Ini konflikya udah mulai muncul, tapi maaf buat yang mengharapkan konflik berat dan rumit. Aku masih bisanya buat konflik yang ringan-ringan aja, hehe.

Chapter selanjutnya bakalan aku update jika vote sudah melebihi chapter sebelumnya.

Jangan lupa Vote dan Komen ya..

Maaf untuk Typo.

Terima kasih.

It Wasn't Her FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang