CHAPTER 1
Yerim melangkahkan kaki telanjangnya dengan cepat ketika dering bell apartementnya berbunyi. Gadis itu bahkan mengubah langkahnya menjadi berlari. Senyumnya mengembang ketika mendapati lelaki jangkung itu berdiri di sana sambil menenteng dua bungkus ramen. Jaehyun mengangakat dua bungkus ramen itu di depan wajah Yerim. Yerim menggeser tubuhnya dan mempersilahkan pria itu masuk ke dalam apartementnya.
Jaehyun duduk di atas sofa ketika menunggu Yerim yang melesat ke dapur mengambil peralatan makannya. Yerim kembali dan membuka bungkus ramennya dengan mata berbinar.
Jaehyun menatap lekat Yerim yang sedang melahap habis ramennya. Rasa iba meyelimuti hatinya melihat gadis itu yang melewati masa-masa sulit seorang diri. "Kau belum memberitahunya?" suara Jaehyun membuat Yerim berhenti mengunyah ramennya. Gadis tu kemudian menundukkan wajahnya dengan wajah sendu. Jaehyun tak perlu mendengar jawaban dari bibir gadis itu setelah mendapati perubahan wajah Yerim. "Lalu kakakmu juga belum kau beritahu ?"
Gelengan singkat dari Yerim membuat Jaehyun semakinn frustasi.
"Kau harus memberitahunya, Yerim. Dia ayah bayi yang ada di dalam kandunganmu"
Yerim menghela napasnya gusar. Nafsu makannya mendadak hilang tergantikan dengan rasa gundah yang mencekik. Mendadak matanya menjadi panas. Yerim ingat seminggu yang lalu. Jaehyun datang berkunjung ke apartementnya untuk pertama kalinya setelah pria itu kembali dari Amerika. Jaehyun tinggal di Amerika selama kurang lebih dua tahun dan apartemen Yerim adalah tujuan utama setelah pria itu kembali dari Amerika. Yerim menangis kencang ketika Jaehyun berteriak di depannya setelah menemukan alat tes kehamillan itu di kamar mandinya. Rahasia yang Yerim sembunyikan terbongkar karena kecerobohannya yang tidak membuang alat test bodoh itu.
Yerim dan Jaehyun bukan sepasang kekasih. Mereka hanya sepasang sahabat yang sudah terikat dari kecil. Dan sudah pasti bukan, bayi yang Yerim kandung bukan milik Jaehyun. Yang membuat Jaehyun marah bagaiamana bisa hal buruk seperti itu bisa terjadi kepada temannya yang malang. Jaehyun mencecar habis Yerim dengan pertanyaan bagaimana bisa gadis itu hamil dan siapa ayahnya. Yerim tak punya piihan selain menceritakan segalanya kepada Jaehyun sambil menangis sesenggukan.
"Yerim, jika dia lahir nanti dia butuh sosok ayah. Kau harus segera memberitahunya"
Mendadak Yerim sudah menangis sesenggukan. Gadis itu mentup wajahnya dengan kedua tangannya. Bahu gadis itu bergetar akibat tangisannya. Jaehyun segera menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan menenangkan Yerim.
"Aku takut dia marah dan sudah pasti ia tidak menginginkan kehadiran bayi ini. ini semua terjadi karena kecelakaan"
"Kalau begitu biarkan aku yang menjadi ayah dari bayi itu. Aku akan menikahimu"
Yerim mendongak menatap Jaehyun secepat kilat setelah mendengar apa yang baru saja Jaehyun katakan. Linangan air mata di pipi gadis itu semakin membuat Jaehyun tak bisa membiarkan Yerim menghadapi ini semua sendirian.
"Tidak! Kau tidak boleh melakukan itu. Kau bukan orang yang seharusnya bertanggung jawab atas ini semua. Dan aku tidak bisa membiarkan kau menikahi orang yang tidak kau cintai." Ujar Yerim putus asa. Bahu gadis itu masih bergetar dan air matanya masih terus menerobos dari pelupuk matanya.
"Tapi bayimu butuh sosok ayah, Yerim. lagipula aku juga menyukaimu."
Yerim semakin meraung dalam tangisnya. Tubuhnya bergetar di tengah malam yang dingin. Wajahnya memerah karena terlalu banyak air mata yang turun melewati pipinya.
"TIDAK! Kau pantas mendapatkan kebahagian lebih dibadingkan menikah denganku."
Jaehyun masih akan berucap tetapi Yerim berdiri dari duduknya dengan napas terengah
KAMU SEDANG MEMBACA
It Wasn't Her Fault
FanfictionMalam itu merubah hidupnya. Jika saja ia tidak datang ke pesta itu dan tetap berdiam diri di rumah, jika saja malam itu ia tidak beranjak dari ranjangnya yang hangat. Semua pasti baik-baik saja. Tubuhnya bergetar menahan tangis ketika dua garis mera...