CHAPTER 33
Sudah dua bulan mereka berpisah. Jungkook terlihat sangat buruk sekarang. Jungkook sudah tidak berhubungan lagi dengan wanita itu. Ia memecatnya sehari setelah Yerim memutuskan untuk pergi dari hidupnya.
Jungkook masih ingat bagaimana ia menangis berlutut memohon pada Yerim untuk tidak pergi meninggalkannya. Jungkook juga masih ingat pukulan Taehyung yang menyentuh rahangnya ketika pria itu datang ke rumah sakit. Taehyung marah habis-habisan kepadanya. Bahkan kakak Yerim itu tidak mau berbicara lagi padanya sampai sekarang.
Jungkook tahu dimana keberadaan Yerim sekarang. Wanita hamil itu sedang berada di rumah Taehyung. Jungkook selalu mengunjungi Yerim tiga hari sekali, jika yang disebut melihat dari jarak jauh itu bisa disebut mengunjungi. Jungkook tidak mungkin mendekat, yang ada pasti Yerim juga akan mengusirnya. Belum lagi jika ada Taehyung, pasti Jungkook pulang dengan lebam di sekujur tubuhnya.
Jungkook sering melihat Yerim bersama Guanlin. Mereka tampak mengobrol bersama. Bersenda gurau bersama, dan hal itu sukses membuat hati Jungkook merasa miris. Guanlin terlihat sangat akrab dengan anak laki-lakinya. Begitupun Jungwon yang telihat sangat nyaman bersama pria itu.
Jungkook jadi teringat perkataan Yerim di malam mereka bertengkar. Jungwon sedang merindukan sosok ayahnya dan Guanlin ada untuk menggantikannya. Sepertinya Jungkook memang ayah yang buruk, bahkan ketika Jungwon masih dikandunganpun ia pernah menelantarkannya dengan tidak membiarkan Yerim tidur di kamar.
Sepertinya Guanlin lebih cocok menjadi ayah dari anaknya itu. Lihat bagaimana pria itu bisa membuat Jungwon tertawa lepas. Jungkook merasa iri, seharusnya ia yang berada di sana. Yang menemani Jungwon bermain dan yang duduk di samping Yerim sambil mengusap perut wanita itu yang mulai membesar.
Jungkook jadi ingat, berapa ya kira-kira usia kandungan Yerim sekarang? Lihat! Ia memang payah menjadi seorang suami, usia kandungan istri saja tidak tahu. Mungkin Jungkook harus mulai merelakan Yerim bersama Guanlin. Mungkin Yerim lebih bahagia bersama pria itu daripada bersamanya yang payah ini.
***
Jungkook menggeliat merasakan tidurnya terganggu oleh sinar mentari yang nakal menerobos jendela dan juga gordennya. Jungkook mengucek matanya kemudian meraba sisi ranjangnya. Mencari seseorang yang harusnya juga berbaring di sana.
"Yerim?"
Jungkook sudah membuka matanya sekarang. Menemukan sisi ranjangnya yang kosong. Jungkook menghela napasnya. Sudah dua bulan ia hidup tanpa Yerim. hidupnya hampa dan kosong. Ia selalu melupakan bahwa Yerim sudah tidak berada di sisinya. Selalu menyebut nama Yerim ketika ia bangun yang jelas-jelas wanita itu tidak ada.
Jungkook menyibak selimutnya, bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Ia harus tetap pergi ke kantor.
Ia merebus mi instan yang selalu menemani perutnya belakangan ini. sejak Yerim tidak bersamanya, pola makannya jadi sangat buruk begitupun makanan yang ia masukkan ke dalam perutnya. Ia menatap datar ramen di depannya yang masih mengepul. Tidak ada niatan untuk menyuapkannya ke dalam mulutnya.
Andai saja Yerim masih ada di sini. Pasti Jungkook tidak akan memakan ramen instan seperti ini. Jungkook tersenyum kecut, menyadari jika ini semua adalah akibat dari perbuatannya sendiri.
Lihat, bahkan dirinya tidak bisa melihat perkembangan kehamilan Yerim sekarang. Padahal hal itu yang sudah ia nantikan sejak lama. Membayangkan keluarga kecilnya yang lengkap dengan kehadiran anggota keluarga baru.
Hanya kata seandainya yang terus menemaninya dua bulan ini. terus merutuki dirinya yang terlampau bodoh karena sudah menyia-nyiakan istri sebaik Yerim. dan sekarang apa? Hanya kehancuran dirinya yang sudah di depan mata. Atau dirinya sudah hancur sejak Yerim memutuskan untuk berpisah darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Wasn't Her Fault
FanfictionMalam itu merubah hidupnya. Jika saja ia tidak datang ke pesta itu dan tetap berdiam diri di rumah, jika saja malam itu ia tidak beranjak dari ranjangnya yang hangat. Semua pasti baik-baik saja. Tubuhnya bergetar menahan tangis ketika dua garis mera...