CHAPTER 6
Sudah seminggu Yerim dan Jungkook kembali ke Seoul. Awalnya Nyonya Jeon berharap pasangan yang baru menikah itu menetap di Busan lebih lama lagi. Rasa sayang Nyonya Jeon kepada Yerim yang timbul dengan cepat itu membuat ibu dari Jungkook itu menangis ketika mengantar Yerim dan Jungkook yang akan kembali ke Seoul. Dengan alasan bahwa jadwal kuliah mereka yang tidak bisa ditunda lagi apalagi Jungkook yang sebentar lagi akan lulus setelah skripsinya selasai mau tidak mau membuat Nyonya Jeon membiarkan anaknya kembali ke ibu kota Korea Selatan itu.
Selama seminggu juga Yerim menempati apartement Jungkook. Mereka berdua sepakat menempati apartement yang Jungkook tinggali. Apalagi itu apartement milik Jungkook sendiri, mereka tidak perlu memikirkan biaya sewa terlebih Yerim yang selama ini menyewa apartement.
Sudah seminggu pula Yerim menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Awalnya Jungkook melarang Yerim melakukan itu semua tapi ketika melihat gadis itu yang menggeleng kuat, Jungkook tahu gadis itu tidak bisa dihentikan apalagi setelah mendengar cerita dari Taehyung bahwa Yerim itu keras kepala. Tidak ada alasan Jungkook melarang Yerim melakukan apa yang dianggap gadis itu sekarang menjadi tugasnya.
Setiap hari Yerim akan terbangun dan berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Morning sickness yang membuat Yerim harus terduduk lemah di kamar mandi. Dan saat itu juga, Jungkook akan bangun dari tidurnya dan memijat pelan tengkuk gadis itu sampai gadis itu merasa lebih baik. Terkadang Jungkook menggantikan tugas perempuan itu untuk membuat sarapan karena Yerim yang sudah tidak kuat lagi menompang tubuhnya. Seperti saat ini. Yerim sudah berdiri di depan wastafel selama setengah jam dan belum ada tanda berhenti untuk mengeluarkan isi perutnya yang hanya berupa cairan bening. Kaki Yerim sudah lunglai. Tubuhnya sudah tak berdaya, tapi rasa mual masih terus menyiksa Yerim tanpa henti. Jungkook yang masih memijat tengkuk gadis itu menatap prihatin kepada wanita itu. Yerim yang sudah tidak kuat menahan berat tubuhnya limbung dan untung saja Jungkook sigap dan menangkap tubuh ringkih itu. Tubuh Yerim benar-benar lemas. Wajahnya juga lebih pucat dari hari-hari sebelumnya. Jungkook meletakkan lengannya di sekitar bahu Yerim. Mata Yerim terpejam seperti menahan sakit. Dahinya mengernyit juga keringat yang mengalir membasahi pipinya.
Jungkook meletakkan tangannya yang lain di bawah lipatan lutut gadis itu. Mengangkat Yerim keluar dari kamar mandi, Yerim yang sudah tak memiliki tenaga hanya bisa membiarkan aksi Jungkook.
Jungkook merebahkan dengan hati-hati tubuh Yerim di atas ranjang. Keadaan wanita itu benar-benar kacau. Jungkook meringis melihatnya. Lelaki itu menarik selimut untuk menyelimuti Yerim. Menaikkan suhu pengatur ruangan agar Yerim tidak kedinginan.
"Kau tidak usah pergi kuliah hari ini, istirahatlah di rumah. Aku akan membuatkanmu bubur dan nanti sepulang kuliah aku akan membawamu ke dokter"
Yerim masih terlalu lemah untuk menanggapi kata-kata Jungkook dengan kepalanya yang pening luar biasa. Wanita itu tak ambil pusing dan memilih memejamkan mata dan membuatnya terlelap.
Jungkook kembali dengan semangkuk bubur dan teh hangat. Pria itu membangunkan Yerim dengan cara menggoyangkan pelan tubuh gadis itu. Yerim yang membuka mata membuat Jungkook menyunggingkan senyum tipis.
"Makanlah dan minum tehnya. Aku berangkat kuliah dulu, baik-baik di rumah."
Jungkook bangkit dan mengambil tasnya yang tergelatak di sofa yang terletak di kamar dan kembali menghampiri Yerim. Meskipun Yerim hampir kehilangan kesadaran karena morning sicknessnya tapi gadis itu masih sadar betul ketika Jungkook mendekatkan kepalanya dan mencium kening perempuan itu. Yerim masih membuka matanya dan ia yakin dirinya tidak sedang bermimpi. Apa yang dilakukan Jungkook diluar perkiraan gadis itu. Tapi matanya terlalu berat untuk memikirkan tindakan Jungkook itu, yang ia bisa hanya kembali memejamkan mata dan larut dalam mimpinya yang mungkin saja mengulang kejadian yang baru saja terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Wasn't Her Fault
FanfictionMalam itu merubah hidupnya. Jika saja ia tidak datang ke pesta itu dan tetap berdiam diri di rumah, jika saja malam itu ia tidak beranjak dari ranjangnya yang hangat. Semua pasti baik-baik saja. Tubuhnya bergetar menahan tangis ketika dua garis mera...