CHAPTER 23
Jungkook masih menggeliat dalam tidurnya ketika seberkas cahaya mencoba memasuki celah jendela kamarnya. Pria itu membuka mata dan berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya bersinar yang menyilaukan matanya. Tangannya bergerak ke sisi ranjang. merabanya seolah mencari sesuatu.
Matanya terbuka lebar ketika apa yang dicarinya itu tidak ada di sana. Istrinya. Ia sedang mencari istrinya yang seharusnya juga masih berbaring di sampingnya. Seingatnya Yerim masih berada di pelukannya seperti tadi malam dan sekarang sisi ranjangnya itu sudah kosong -hanya meninggalkan aroma Yerim yang masih tertinggal di sana.
Jungkook bangun dari baringannya. Menyingirkan selimut yang membalut tubuhnya. Melipatnya asal-asalan. Pria itu menggerakkan kakiknya keluar kamar, mencari keberadaan wanita tercintanya. Bibir tebalnya membuat lengkungan indah ketika menemukan tubuh istrinya sedang sibuk di dapur.
Yerim terkesiap ketika sepasang lengan melingkari pingganya. Wanita itu hanya tersenyum tipis dan kembali melanjutkan kegiatannya memotong sayuran yang sempat tertunda. Sedangkan Jungkook menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Yerim. menghirup aroma stroberi yang menguar dari tubuh wanitanya. Ia menggesek-gesekkan hidunganya di sana dan berhasil membuat Yerim menggeliat kegelian. Oh kenapa suaminya jadi manja seperti ini?
"Jungkook, bisa kau lepaskan pelukanmu dan duduk di kursi sana, menungguku menyelesaikan ini semua?" Yerim hanya berharap Jungkook mau menuruti perintahnya dan melepaskan belenggu lengannya terhadap tubuh Yerim.
Pria itu menggeleng dan semakin memeluk Yerim erat. Yerim mendengus. Sarapannya tidak akan tersaji jika Jungkook masih berbuat seperti ini. wanita itu menyentuh tangan Jungkook, berusaha mengeyahkannya dari tubuhnya. Tapi yang ada Yerim dibuat berdesir dengan perlakuan pria itu yang mengusap perutnya halus. Seolah menyapa apa yang ada di balik perut besar wanita itu.
"Apa kabar anak ayah? Apa kau baik-baik saja di sana?"
Tangan Jungkook masih mengusap hangat perutnya. membuat sesuatu di dalam diri Yerim meletup-letup tak karuan. Menimbulkan sensasi yang Yerim tidak akan pernah lupakan. Jemarinya memegang jari-jari Jungkook yang bergerak di atas perut besarnya. Merasakan bagaimana hangatnya sentuhan pria itu.
Tawa Yerim semakin lebar ketika Jungkook memekik karena sebuah gerakan dari dalam perutnya.
"Oh!! Apa itu tadi tendangannya? Astaga!!"
Bayinya menendang dari dalam sana. Memberi respon terhadap sapaan sang ayah. Jungkook tidak bisa menahan diri untuk tidak melompat kegirangan menikmati interaksi tidak langsungnya dengan sang calon bayi.
Jungkook membalik tubuh Yerim menghadapnya. Mengalungkan tangan Yerim di lehernya. Sedangkan tangannya sudah tersemat rapi di kedua sisi pinggang Yerim. istrinya sangat cantik -tentu saja. Jungkook tidak tahan melihat kedua belah bibir Yerim yang sedikit terbuka. Mengundang Jungkook untuk melakuan sesuatu yang membuat dirinya sendiri senang.
Bibir Jungkook sudah akan mendarat di atas bibir Yerim jika saja jemari wanitanya tidak menghalangi bibirnya. Jungkook menggeram. Hal itu menimbulkan gelak tawa ringan dari Yerim. wanita itu menempelkan jari telunjuknya di depan bibir Jungkook. kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Jungkook. membisikkan sesuatu di sana
"Kuberitahu, aku tidak suka dicium dengan pria yang belum gosok gigi."
***
Siangnya mereka memutuskan untuk berbelanja mengingat keperluan dan bahan-bahan makanan di rumah sudah menipis. Troli mereka sudah penuh dengan beberapa barang belanjaan. Mereka juga mampir di toko perlengkapan bayi, mulai menyicil membeli keperluan bayi mereka yang akan segera lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Wasn't Her Fault
FanfictionMalam itu merubah hidupnya. Jika saja ia tidak datang ke pesta itu dan tetap berdiam diri di rumah, jika saja malam itu ia tidak beranjak dari ranjangnya yang hangat. Semua pasti baik-baik saja. Tubuhnya bergetar menahan tangis ketika dua garis mera...