Chapter 2

13.5K 1.4K 31
                                    

CHAPTER 2


"Kau harus bertanggung jawab."

"A-aku

Tidak memberi jeda sedikitpun kepada Jungkook. Jaehyun terus menyudutkan Jungkook. Jungkook juga tidak bisa berucap apapun. Tanggung jawab. Apa itu artinya dia harus menikahi Yerim. Jungkook tidak siap. Ia masih ingin bermain bersama teman-temannya. Dan apalagi menjadi ayah. Jungkook tidak pernah membayangkan hal itu akan terjadi saat usianya baru duapuluh tiga tahun.

Jaehyun menggeram melihat reaksi Jungkook. Lelaki itu mengepalkan tangannya hingga membuat buku jarinya memutih. Sudah tidak bisa ditolong lagi. Ia akan melayangkan kepalan tangannya di rahang Jeon Jungkook.

"Aku harus bertemu dengan Yerim"

Cicitan Jungkook berhasil menurunkan kepalan tangan Jaehyun. Dengan menghembuskan napasnya  kasar, suara Jaehyun membelah di tengah ketegangan ini.

"Akan kuatur untukmu. Tapi asal kau tahu, Yerim mungkin akan marah setelah mengetaui fakta bahwa aku membeberkan kehamilannya padamu."

Jaehyun berbalik, pergi meninggalkan Jungkook dengan segala rasa marah yang menggelora di dalam dada. Sedangkan Jungkook. Siap atau tidak ia harus menemui Yerim yang mungkin saat ini gadis itu tengah meringkuk menahan segala kemalangan yang ia terima.

***

Yerim sedang memuntahkan isi perutnya ketika bel pintu apartementnya berbunyi. Gadis itu segera membersihkan bibirnya dan mengusapnya dengan handuk kering. Dahinya mengernyit menebak siapa gerangan yang berkunjung ke apartemnnya.

Ketika pintu terbuka. Sosok yang ada di sana bukanlah sosok yang Yerim harapkan saat ini. tubuhnya mendadak kaku seketika. Bagaimana bisa pria ini berdiri di depan apartementnya dengan tatapan mata yang sulit diartikan. Dada Yerim tidak bisa menahan detak jantungnya yang menjadi-jadi di dalam. Kakinya juga terasa lemas.

"Yerim, boleh aku masuk?' Jungkook akhirnya berbicara setelah meredam rasa gugupnya ketika berhadapan dengan gadis yang tengah mengandung keturunannya itu.

Yerim yang masih belum bisa memahami situasi hanya bisa mempersilahkan pria itu masuk dan semakin membuat dadanya seakan pecah karena jantungnya yang mendobraknya dari dalam.

Keheningan menyelimuti ruangan itu. Tidak ada sepatah kata yang keluar dari bibir keduanya. Yerim yang gelisah memilih untuk memilin ujung roknya sedangkan Jungkook berusaha menyusun kalimat yang tepat untuk ia ucapkan.

"Yer-

"Aku sudah tau maksud kedatanganmu kemari. Ah nampaknya Jaehyun memang tidak bisa diandalkan. Tidak apa-apa. Kau tidak perlu khawatir. Aku bisa merawatnya sendiri. Aku akan pergi dari Seoul dan kau jauh dari masalah" Ucap Yerim dengan sekali tarikan napas. Tidak ada yang tahu bagaimana sulitnya bagi gadis itu untuk mengungkapkan apa yang baru saja keluar dari bibirnya. Dan setelah ucapan itu keluar dari mulutnya yang manis. Yerim tahu ia telah meletakkan dirinya pada suatu hal yang rumit dan tidak pasti.

Jungkook benar-benar tak mengerti dengan apa yang dipikirkan Yerim saat ini. bagaimana mungkin gadis duapuluhsatu tahun itu mengucapkan hal itu tanpa ragu. Dan Jungkook yakin Yerim yang polos ini tidak bisa melewati masalah yang telah ia ciptakan ini sendirian. Yeri terlalu lemah untuk hal itu.

"Yerim, kau tentu tidak bisa menjalaninya seorang diri. Aku terlibat di sini. Aku yang menempatkanmu pada masalah yang seharusnya tidak kau terima. Aku tahu aku hanyalah seorang brengsek yang berusaha memperbaiki segalanya."

Yerim mulai meneteskan air matanya. Benteng yang ia bangun nyatanya tidak sekuat seperti perkiraannya. Ia mulai terisak dan itu berhasil membuat Jungkook merasa miris.

"Lalu aku harus bagaiamana?"

"Ayo menikah"

Yerim menatap Jungkook secepat kilat. Tidak pernah menyangkah bahwa Jungkook akan mengucapkan hal itu.

"Meskipun tidak ada rasa suka diantara kita. Kita harus menikah untuk janin itu"

Jungkook salah. Yerim memiliki rasa untuk pria berambut legam itu. Menikah dengan pria itu sudah menjadi mimpinya sejak pertama kali Yerim memendam rasa pada pria itu. Tapi Kenyataan bahwa hanya ia yang memiliki rasa itu membuat Yerim seakan dilempari oleh puluhan batu.

Bagaimanpun apa yang dikatakan Jungkook benar. Ia harus menikahi pria itu agar bayi di dalam kandunganya tidak bermasalah ketika ia lahir nanti. Yerim harusnya senang disini karena Jungkook mengakui dan mau bertanggung jawab. Yerim cukup senang dengan Jungkook yang mengakui bayi di dalam perutnya. Tapi Yerim sadar betul bahwa pernikahan yang ditawarkan oleh Jungkook hanya sebuah rasa tanggung jawab belaka. Mungkin jika anaknya sudah besar dan mendapatkan apa yang seharusnya dia dapat, pria itu akan pergi meninggalkannya.

TBC

Bagaimana dengan chapter ini? pendek ya? Iya.. idenya masih mentok di situ. Besok di usahakan lebih panjang. Vote dan komen dibutuhkan. Saran juga dibutuhkan agar penulisanku bisa lebih baik lagi.

Maaf untuk typo.

It Wasn't Her FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang