Chapter 8

10.7K 1.2K 40
                                    

CHAPTER 8


Hari ini Yerim berencana untuk berbelanja di supermarket setelah mengetahui bahwa isi kulkas sudah semakin menipis. Perempuan yang sudah terbalut jaket berwana pink itu sedang memilih sepatu yang akan ia gunakan ketika Jungkook datang menghampirinya.

"Kau mau kemana?"

Jungkook berdiri tidak jauh dari gadis itu sambil mengenggam telepon gengganmya.

"Aku mau belanja. Isi kulkas sudah mau habis"

"Biar aku antar"

Yerim mengangguk ketika Jungkook berlari ke dalam mengambil jaketnya lalu menyusul Yerim yang berjalan menuju lift. Selama perjalanan tidak ada obrolan. Hanya suara radio mobil yang mengisi keheningan di dalam mobil itu.

Selama di supermarket pun juga tak ada pembicaraan. Yerim sesekali bertanya kepada Jungkook menanyakan pendapat pria itu mana yang akan ia beli tapi Jungkook hanya menjawabnya dengan gumanan tidak jelas. Pria itu sibuk dengan ponsel pintarnya. Nampaknya pria itu sedang mengobrol dengan seseorang melalui akun snsnya. Sesekali tersenyum aneh. Yerim hanya dia menatap Jungkook. Kadang dia harus mengingatkan Jungkook untuk berhenti mendorong trolinya.

Yerim sedang memilih-milih sayuran ketika suara berat memanggil namanya. Suara itu asing di telinga Yerim. Tapi Yerim merasa bahwa ia mengenal suara itu.

"Yerim?"

Yerim begitu terkejut ketika mendapati pria jangkung berdiri tersenyum dengan telunjuk mengarah ke Yerim. Yerim ingat lelaki ini. Teman sekolah menengah pertamanya dulu. Lai Guanlin. Yerim sudah tidak pernah berhubungan dengan lelaki itu sejak lelaki itu kembali ke Negara asalnya. Guanlin memang bukan warga Korea. Dia berada di Korea karena mengikuti sang ayah yang ditugaskan di sini.

Jungkook yang mendengar suara asing tak dikenal, menyimpan ponselnya dan memandang Yerim yang sedang berbicara dengan seorang lelaki.

"Guanlin? Kau ada di Korea?" Tanya Yerim masih dengan wajah terkejutnya.

"Ya. Sudah satu bulan aku di sini."

"Ayahmu ditugaskan lagi di sini?"

Guanlin menggeleng "Tidak. Aku kesini karena ingin melanjutkan sekolah di sini." Dan bertemu denganmu, Yerim.

"Ah. Tentu saja, banyak universitas bagus di ibukota ini."

"Kau pergi sendiri?"

Kini giliran Yerim yang menggeleng. Gadis itu menatap Jungkook yang saat ini sudah tidak sibuk dengan ponselnya. Pria itu melihat Guanlin dengan err pandangan tidak suka? Yerim tidak tahu arti tatapan Jungkook kepada Guanlin itu. Dan ia tak ingin ambil pusing.

"Aku pergi bersama suamiku." Jawab Yerim seadanya. Matanya masih terkunci pada Jungkook.

Mata Guanlin membulat kaget mendengar perkataan Yerim. Apa? Suami? Itu artinya dia sudah terlambat? Sia-sia ia kembali ke Korea jika alasan utama ia kembali tidak mungkin ia harapkan lagi. Air muka Guanlin tiba-tiba berubah. Tidak secerah ketika ia menemukan keberadaan Yerim di sini.

"Kau sudah menikah?"

"eum.. Ya begitulah."

'Tentu saja dia sudah menikah. Kau tidak melihatku yang berdiri di sampingnya.' Kira-kira seperti itulah yang diteriakkan Jungkook dalam batinnya. Pria itu menunggu Yerim untuk memperkenalkan dirinya kepada lelaki yang berstatus sebagai teman istrinya itu.

Yerim memandang Jungkook sekilas lalu balik memandang Guanlin yang sudah nampak tak bersemangat.

"Ini kenalkan, dia suamiku. Jungkook."

It Wasn't Her FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang