CHAPTER 4
Dada Jungkook berdebar menggebu-gebu. Gugup dan takut adalah frasa yang tepat untuk mendeskripsikan keadaannya saat ini. mobilnya sudah berada di pekarangan rumahnya. Dan Jungkook sangat yakin orang tuanya ada di dalam sana, siap menyambut kedatangan anak lelakinya.
Yerim pun juga begitu. Ia berusah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Terima kasih kepada kakaknya yang sangat menyayanginya karena telah memberikan ketenangan luar biasa kepada gadis itu tadi pagi sebelum dirinya pergi ke rumah keluarga Jungkook. Jari-jarinya memilin ujung dress kuning yang sedang ia kenakan, berharap itu bisa mengurangi rasa gugupnya.
"Ayo"
Suara Jungkook dan suara terbukanya pintu mobil membuat Yerim sadar. Gadisi tu menganggukkan kepalanya dan membuka pintu di sampingnya. Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam sambil menggenggam erat tali tas selempangnya.
Jungkook mendekati gadisi itu. Menggenggam tangan Yerim yang terasa dingin. Yerim yang masih tidak biasa dengan sentuhan dari pria itu kembali terkesiap untuk yang kesekian kalinya.
"Tidak usah takut. Keluargaku pasti bisa menerimanya, apalagi ini kesalahannku."
Yerim tahu, Jungkook berusaha membuatnya tenang meskipun pria itu juga dilanda rasa yang sama sepertinyaa. Tidak ada yang bisa dilakukan selain melangkahkan kaki mendekati pintu besar bewarna coklat di depan mereka.
Seorang wanita paruh baya menyambut keduanya. Yerim yakin itu ibu Jungkook, melihat adanya sedikit kemiripan antara keduanya. Wanita itu menyambut Jungkook dengan pelukan penuh rindu
"Jungkook, anakku pulang."
Wanita itu masih memeluk Jungkook erat sampai akhirnya menyadari sosok Yerim yang berdiri di balik tubuh Jungkook.
"Oh siapa gadis cantik ini?"
Yerim segera membungkukkan badannya dan mengucap salam kepada ibu Jungkook. Tidak lupa dengan senyum manisnya. Berusaha membuat kesan pertama yang menarik.
"Dia Yerim, Bu. Sebaiknya kita masuk ada yang ingin aku bicarakan. Apa ayah ada di rumah?"
"Ya, ayo masuk. Tentu saja, hari ini ayahmu libur"
Jungkook duduk dengan gelisah di atas sofa empuk rumahnya. Keringat dingin sudah mengalir membasahi pipi dan rahangnya, padahal udara sama sekali tidak panas. Kegelisahannya semakin menjadi ketika ayahnya sudah menempati sofa kosong di samping ibunya
"Ada apa, Jungkook. Oh siapa gadis di sampingmu ini? kekasihmu?"
Jungkook harus segera mengatakannya, ia harus menerima apapun yang akan ia dapat nanti. Tak peduli seberapa besar orang tuanya akan marah. Sama seperti kemarin ia menghadapi Taehyung, ia pasti bisa menghadapi kedua orang tuanya.
"Aku ingin menikah."
Kedua orang tua Jungkook menatap putranya heran. "Begini Eomma, Appa, nampaknya aku melakukan kesalahan yang sangat fatal dan aku minta maaf untuk hal itu. Anakmu ini sudah berlaku tidak baik dan membuat gadis ini mengandung anakku" Jungkook berhasil mengucapkannya dengan sekali tarikan napas. Pria itu sekarang menduduk, menatap ujung sepatunya menunggu rekasi kedua orang tuanya. Sedangkan Yerim sudah tidak memiliki daya lagi, tubuhnya lemas, ia berharap bahwa semua akan berjalan lancar tanpa hambatan.
Ayah Jungkook masih diam sedangkan ibu Jungkook sudah memekit terkejut. Tak lama wanita itu sudah berurai air mata. Jungkook memandang miris ibunya. Jungkook sadar bahwa ia sudah menimbulkan kesedihan bagi kedua orang tuanya karena kesalahannya.
"Maafkan aku" lirih Jungkook
Ayah Jungkook memejamkan matanya, pria itu memijit pangkal hidungnya. Pria paruh baya itu menarik napasnya dalam. "Kau tahu, Jungkook, saat ini ayah sangat marah dan kecewa padamu. Ingin sekali ayah memukulmu. Tapi semua itu tidak akan merubah keadaan, bukan? Sekarang jelaskan bagaimana hal itu bisa terjadi. Bagaiamana bisa gadis itu mengandung anakmu. Apa kaian berdua sepasang kekasih? Harusnya kalian tahu batasan."
KAMU SEDANG MEMBACA
It Wasn't Her Fault
FanfictionMalam itu merubah hidupnya. Jika saja ia tidak datang ke pesta itu dan tetap berdiam diri di rumah, jika saja malam itu ia tidak beranjak dari ranjangnya yang hangat. Semua pasti baik-baik saja. Tubuhnya bergetar menahan tangis ketika dua garis mera...