CHAPTER 3
Jaehyun mendesah lega dengan apa yang diceritakan Yerim. Lesung pipinya terbentuk bersamaan dengan sudut bibirnya yang tertarik ke atas. Kemarahan Yerim padanya seolah hanya angin lalu toh gadis itu sekarang sudah dapat mengulas senyum lega. Jaehyun bersyukur Jungkook menuruti perkataannya untuk bertanggung jawab kepada Yerim.
Sebagian hati kecilnya merasa sedih karena Yerim akan bersanding di pelaminan bersama orang lain. Ia tidak menampik bahwa ia memiliki rasa kepada gadis bermarga Kim itu. Hidup bersebelahan dengan gadis itu sejak kecil telah menumbuhkan rasa yang Jaehyun sendiri tidak pernah mengharapkannya. Tapi apa yang bisa ia perbuat, bahkan Yerim tengah mengandung keturunan keluarga Jeon. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain ikut merasa bahagia bersama Yerim. Setitik rasa sesal mungkin berkelebat dalam hatinya. Seharusnya ia tidak mengenalkan Yerim pada Jungkook dan hal ini tak akan pernah terjadi. Seharusnya ia tidak pergi ke Amerika dan Yerim akan selalu ada disisinya. Seharusnya ia kembali ketika undangan pesta sial itu sampai di tangannya. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Tidak akan bisa kembali menjadi nasi.
***
Yerim sudah tidak memiliki kedua orang tua, ia kehilangan dua orang berharga itu ketika masih kelas satu sekolah menengah atas. Jaehyun masih ingat bagaimana rasanya ketika bahu lelaki itu setiap hari digunakan bersandar dan menangis oleh Yerim. Setelah meninggalnya kedua orang tuanya, Yerim hidup bersama paman dan bibinya serta kakak lelakinya. Yerim cukup bersyukur mereka mau merawat Yerim dan kakaknya dengan penuh kasih sayang. Yerim juga sangat berterima kasih kepada keluarga Jaehyun yang juga sudah menganggapnya seperti anak mereka sendiri.
Paman dan bibinya sangat terkejut mendengar kabar rencana pernikahan Yerim. Yerim merasa sangat buruk ketika menyampaikan tentang kehamilannya. Bibinya menangis dan meraung, tidak menyangkah bahwa keponakannya akan mengalami kemalangan seperti ini. Jungkook yang duduk di sebelah Yerim memandang miris Yerim yang berlutut meminta maaf kepada bibi dan pamannya. Bukannya seharusnya dirinya juga ikut berlutut karena dirinya yang sudah membuat Yerim seperti ini. Tapi yang dilakukannya hanya duduk dengan tubuh kaku memandangi keluarga itu.
Kakak Yerim masih belum mengetahui perihal pernikahannya. Yerim tidak bisa membayangkan seberapa besar kemarahan kakaknya nanti. Kakaknya tinggal di Busan karena pekerjaan menuntutnya begitu. Awalnya sang kakak tidak ingin mengambil tawaran kerja itu karena tidak ingin meninggalkan Yerim di Seoul. Tapi Yerim berusaha dengan baik meyakinkan kakaknya bahwa ia akan baik-baik saja, meskipun sekarang kenyataannya tidak begitu.
Tapi Yerim harus memberitahu kakaknya, bagaimanapun kakaknya harus tahu. Tidak peduli sebesar apa kemarahan kakaknya, pria itu harus tahu.
Yerim meremas jari-jarinya sendiri memikirkan bagaiamana ia akan menyampaikan semuanya kepada kakaknya. Ia duduk di beranda rumah sambil menatap kosong awan biru di langit. Ia masih di rumah sang bibi, sang bibi menginginkan Yerim menginap dan tentu saja Jungkook juga ada di sana. Pria itu menghampiri Yerim dan duduk di sebelah gadis itu. Yerim terkesiap ketika tangan besar Jungkook menggenggam salah satu tangannya. Meremas lembut jari-jarinya yang kecil. Seolah ingin memberikan kekuatan pada Yerim.
"Tidak apa. Kita hadapi kakakmu besok. Dia ada di Busan, bukan? Besok kita temui dia sekalian bertemu dengan kedua orang tuaku."
Senyum tenang Jungkook benar-benar menghanyutkan. Yerim merasa tenang begitu melihat senyum itu. Tapi mendengar bahwa besok ia akan bertemu dengan keluarga Jungkook, membuat pikirannya kembali tidak tenang. Dirinya kembali diselimuti kegelisahan. Apa yang akan dikatakan orang tua Jungkook nanti. Apa mereka akan menganggap Yerim wanita murahan yang melemparkan tubuhnya kepada anak lelaki mereka. Pikiran-pikiran buruk tidak bisa berhenti berputar di kepala Yerim bersamaan dengan angin malam yang berhembus kencang.
***
Semua di luar nalar Yerim dan Jungkook. Kakaknya yang berada di Busan ternyata mengenal Jungkook. Dan mereka ternyata berteman dekat. Jungkook tidak tahu jika Kim Taehyung yang selama ini ia kenal dan ia anggap sebagai kakaknya merupakan kakak kandung Yerim. Jungkook pasrah ketika kepalan tangan Taehyung melayang ke pipinya ketika ia dan Yerim selesai menceritakan semuanya. Taehyung berteriak di depan wajah Jungkook, mengucap berbagai sumpah serapah di depan wajah Jungkook.
"Sialan, Jungkook!!. Bagaimana bisa kau membuat adikku seperti ini"
Sesuai dengan apa yang Yerim bayangkan, amarah kakaknya membeludak tak terbendung. Lelaki itu meluapkan emosinya seakan tidak ada hari esok. Yerim juga berusaha menahan kakaknya yang siap menerkam Jungkook.
"Semua ini kecelakaan"
Sekarang Taehyung lebih tenang. Mereka bertiga duduk di sofa ruang tamu apartement Taehyung. Pria itu berusaha menerima penjelasan dari sang adik dan Jungkook. Taehyung merasa harinya sangat buruk. Ia sudah sangat dikejutkan dengan kehadiran adiknya yang sangat ia rindukan bersama salah satu temannya. Dan dirinya tak bisa menahan amarah mendengar bahwa adiknya saat ini tengah hamil dan itu perbuatan lelaki yang selama ini ia anggap sebagai saudara.
"Jadi kalian akan menikah?' suara Taehyung yang masih diliputi kemarahan menggelegar di ruangan apartement itu.
Jungkook meneguk air liurnya dan berusaha menjawab pertanyaan Taehyung. "Iya, dan kuharap hyung merestui kami"
"Bagaimana aku tidak merestui kalian. Adikku sudah hamil, Jeon, dan itu karenamu. Jika kau tidak menikahinya, kemalangan seperti apa lagi yang harus adikku hadapi" Ujar Taehyung dengan nada frustasinya. Jungkook mengehela napas lega. Yerim yang duduk di sampingnya tidak kuasa menahan tangis dan berhambur memeluk kakaknya.
"Maafkan adikmu ini, Oppa."
Taehyung balas merengkuh tubuh rapuh adiknya. "Kau tidak salah, Yerim"
Taehyung sangat menyayangi Yerim. Adiknya adalah satu-satunya keluarga yang ia punya. Yerim sangat berharga bagi Taehyung. Lebih berharga dari apapun yang Taehyung miliki di dunia ini. bahkan mungkin lebih berharga dari kekasih pria itu sendiri. Itulah alasan mengapa Taehyung sangat marah. Taehyung tidak akan pernah membiarkan siapaun menyakiti adiknya. Jika seandainya Jungkook tidak mau bertanggung jawab, Taehyung sudah siap membunuh Jungkook meskipun pria itu juga Taehyung anggap sebagai adiknya.
Mereka memutuskan untuk menginap semalam di tempat Taehyung. Besok mereka harus menemui kedua orang tua Jungkook. Menceritakan apa saja semua yang terjadi dan rencana pernikahan mereka. Jujur saja Jungkook merasa takut untuk berhadapan dengan kedua orang tuanya. Orang tuanya pasti marah mengetahui ia telah menghamili anak gadis orang. begitupun dengan Yerim. gadis itu takut jika orang tua Jungkook berpikir macam-macam tentang dirinya. Bertemu dengan orang tua Jungkook dengan keadaan hamil dengan anak mereka menurut Yerim bukanlah awal pertemuan yang baik. Bagaimana jika mereka malah menyuruh Yerim menggugurkan kandungannya demi menjaga nama baik keluarga? Yerim hanya gadis biasa yang selalu memikikan hal-hal buruk ketika ia sedang gelisah.
Jungkook dan Yerim hanya bisa membolak-balikkan tubuh di atas ranjang memikirkan hari esok.
TBC
Haloooo. Aku update. Gimana ceritanya? Ngebosenin ya? Sudah pasti itu. Tolong dong vote dan komennya. Komen kalian itu aku butuhkan sekali. Saran kalian aku butuhkah agar aku bisa menulis lebih baik lagi. Karena ini emang cerita pertama jadi pengalamanku masih minim sekali.
Maaf untuk typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Wasn't Her Fault
FanfictionMalam itu merubah hidupnya. Jika saja ia tidak datang ke pesta itu dan tetap berdiam diri di rumah, jika saja malam itu ia tidak beranjak dari ranjangnya yang hangat. Semua pasti baik-baik saja. Tubuhnya bergetar menahan tangis ketika dua garis mera...