Chapter 5

11.6K 1.3K 33
                                    

CHAPTER 5

Nyonya Jeon mempersiapkan pernikahan anaknya dengan sangat baik. Jungkook dan Yerim hanya tinggal menjalankan acara pemberkatan. Semua keperluan telah diurus oleh wanita paruh baya itu. Mulai dari gaun, tempat pernikahan hingga cincin pernikahan. Jungkook tak pernah menduga bahwa ibunya akan sesemangat ini menghadapi pernikahannya yang tak terduga ini. pria itu hanya bisa melongo ketika sang ibu mengatakan semua kebutuhan pernikahannya sudah siap. Jika semua kebutuhan pernikahan sudah siap, berbeda dengan Jungkook, dalam diri pria itu masih ada rasa tidak yakin dan tidak siap. Pikirannya masih saja kacau ketika ia membayangkan akan menjadi suami dan ayah. Jujur saja ia benar-benar belum siap. Usianya baru akan menginjak duapuluh tiga tahun, pendidikannya bahkan belum tuntas, meskipun gelar sarjana itu akan ia raih dalam beberapa bulan ke depan tapi tetap saja. Ia belum siap.

Yerim mendudukkan tubuhnya di depan meja rias yang ada di kamar Jungkook. Keluarganya dan keluarga Jungkook sepakat jika acara pernikahannya dilaksanakan di rumah Jungkook. Tidak mewah, hanya acara sederhana. Tamu yang diundangpun tidak banyak, hanya kerabat dekat dan juga teman-teman dekatnya dan Jungkook.

Yerim menghela napasnya. Jarinya saling bertaut gelisah dan basah karena keringat dingin. Beberapa jam lagi marganya bukan lagi Kim tapi berubah menjadi Jeon. Walaupun marga itu yang Yerim harapkan untuk menggantikan marga aslinya, tetap saja pernikahan ini berjalan tidak sesuai dengan apa yang diimpikannya. Pernikahan ini hanya sebuah keterpaksaan dan bukti tanggung jawab Jungkook kepada apa yang saat ini ada di dalam perutnya. Impian Yerim untuk menikah dengan pemuda itu karena saling mencintai harus terkubur di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.

Pintu kamar terbuka menampakkan Kim Taehyung dengan balutan Tuxedo hitam yang membuat pria itu tampak gagah dan tampan. Kakak Kim Yerim itu memang tampan, bukan? Pria itu melangkahkan kakinya mendekati adik semata wayanngya. Berdiri di belakang tubuh gadis itu, menatap wajah adik perempuannya melalui pantulan di cermin. Mengamati wajah adiknya yang nampak lelah dan gelisah. Taehyung hanya bisa berharap adiknya itu dalam keadaan baik-baik saja. Hal itu juga yang diharapkan Taehyung pada pernikahan ini. semoga berjalan dengan baik hingga akhir.

"Kau cantik, ayah dan ibu harusnya bisa melihat betapa cantiknya dirimu saat ini."

Yerim tersenyum tipis, bayangan kedua orang tuanya yang melintas membuat matanya memanas. Bulir bening itu jatuh tanpa perintah menandakan Kim Yerim yang sedang merindukan kedua orang tuanya.

"Akan ada pria lain yang akan menggantikanku untuk menjagamu, ah aku tidak menyangkah hari ini datang dengan cepat."

Taehyung sebenarnya hanya ingin menenangkan Yerim dari rasa gugup itu tapi malah yang ada Yerim semakin sesenggukan dalam tangisnya. Taehyung hanya bisa mengelus pelan punggung Yerim ketika gadis itu menubruk tubuh kakaknya dengan pelukan. Memeluk kakaknya erat. Melupakan beban yang beberapa waktu terkahir membuatnya hampir menyerah untuk menghadapinya.

***

Yerim mencengkeram erat lengan Taehyung yang berada di sisinya. Wanita itu menatap gugup Jungkook yang berdiri di depan sana bersama seorang pendeta. Kakinya yang terbalut heels yang tak terlalu tinggi bergetar dan terasa lunglai. Belum lagi ia harus menahan rasa mual karena perutnya yang seakan di aduk-aduk.

Taehyung mengelus tangan adiknya pelan. Meyakinkan gadis itu bahwa semua akan berjalan dengan baik. Tentu saja Taehyung yang akan mengantarkan Yerim menuju altar. Menyerahkan adiknya itu kepada calon suaminya atau juga teman baiknya, Jeon Jungkook.

"Tak apa, Yerim"

Anggukan Yerim mengiringi langkah keduanya yang berjalan di tengah-tengah para undangan. Yerim bisa melihat bibi dan pamannya yang menangis haru melihatnya melangkah. Ibu Jungkook yang mengusap ujung matanya dengan tisu, ayah Jungkook yang tegang serta teman-temannya yang bersorak seakan memberinya selamat.

It Wasn't Her FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang