CHAPTER 32
"Aku mohon, Jungkook, lepaskan aku. Aku sudah sangat lelah dan sakit." Ucap Yerim pilu. Hal itu membuat Jungkook juga merasa ngilu. Menatap wanitanya yang menangis seperti ini membuatnya juga tak berdaya. Genggaman tangan Jungkook mengendur dan Yerim memanfaatkan itu untuk pergi dari Jungkook. Wanita itu pergi dari rumah bersama dengan Jungwon digendongannya.
Jungkook melepaskan Yerim karena tidak sanggup lagi mendengar tangis pilu wanita itu. Pasti Yerim sangat menderita selama ini. Jungkook memukuli kepalanya sendiri. mencoba melampiaskan kebodohannya yang sudah menyakiti wanita tercintanya.
Jungkook pasti menyesali keputusannya melepas Yerim. Yerim mungkin tidak akan kembali lagi ke rumah ini. mana mau Yerim kembali kepada pria yang sudah menyakitinya berkali-kali.
Jungkook meringkuk di atas lantai rumahnya yang dingin, menangis dalam kesendiriannya. Merutuki kebodohannya yang sudah membiarkan Yerim pergi. Seharusnya ia bisa menahan Yerim. tapi melihat wanita itu menangis dan meraung juga memandangnya penuh akan sarat kesakitan membuat genggaman tangannya terlepas.
***
Yerim tidak tahu harus kemana. Ia tak memiliki tujuan. Ia saat ini duduk di halte yang terletak tak jauh dari apartement sambil memeluk Jungwon yang saat ini tengah menangis di dekapannya. Yerim sama sekali tak mengharapkan Jungkook untuk mengejarnya. Wanita itu sudah benar-benar lelah saat ini. lelah dengan semua yang telah terjadi.
Tangisan Jungwon semakin kencang. Yerim bingung, beberapa orang mulai memandang aneh ke arah Yerim. Angin malam juga tidak bisa diajak berasahabat. Yerim tidak bisa membiarkan Jungwon kedinginan saat ini. kemana ia harus pergi sekarang. Rumah Taehyung tidak bisa dijadikan pilihan, Yerim tidak ingin kakaknya itu mengetahui masalahnya saat ini.
Hanya satu yang pilihan terbaik yang terlintas di otak Yerim saat ini. tidak mungkin jika ia harus meminta bantuan kepada Guanlin. Yerim sudah banyak membawa masalah kepada pria itu.
Yerim merogoh tasnya, mencari ponselnya dan berusaha menghubungi seseorang. Yerim mendesah lega ketika terdengar jawaban di seberang sana.
"Unnie? Tolong aku-"
Yerim masih terus terisak ketika menghubungi seseorang di seberang sana. Setelah ia selesai menelpon. Wanita itu mengeratkan pelukannya pada sang buah hati, tak ingin anaknya itu merasakan hawa dingin yang kian menusuk.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya orang itu datang. Eunha berlari keluar dari dalam mobilnya mendapati keadaan Yerim dan Jungwon yang terlihat mengenaskan. Ia sudah sangat dikejutkan dengan Yerim yang menelponnya dengan menangis, sekarang ia mendapati wanita itu bersama anaknya duduk di halte dengan satu koper besar di sebelahnya.
Eunha berjalan mendekati Yerim. mengambil alih Jungwon yang masih saja menangis. Eunha akan meminta Yerim untuk bercerita kepadanya nanti jika wanita itu sudah bisa tenang.
Yerim mendesah lega, Eunha sudah datang sekarang. Wanita itu menatap Jungwon yang masih menangis di pelukan Eunha. Yerim merasa sangat bersalah kepada anaknya itu. Anaknya yang tidak tahu apa-apa harus terlibat di dalam masalah kedua orang tuanya.
Yerim akan berdiri dari duduknya ketika tubuhnya mendadak lemas. Kakinya terasa seperti jelly dan tak mampu untuk menompang berat tubuhnya. Kepalanya juga terasa pening. Pandangannya mengabur. Yerim berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kesadarannya yang kian menipis. Tapi usahanya sia-sia ketika mendengar Eunha yang berteriak memanggil namanya dan detik selanjutnya yang ia lihat hanya kegelapan bersamaan dengan tubuhnya yang ambruk.
***
Eunha berusaha menghubungi Jungkook untuk mengabarkan jika Yerim sedang berada di unit gawat darurat sekarang. Tapi tak satu panggilanpun darinya yang di angkat oleh Jungkook. Wanita itu juga mengirim pesan singkat kepada Jungkook dan tetap tak ada satupun yang mendapat jawaban. Eunha duduk di ruang tunggu dengan cemas, beruntung Jungwon sudah terlelap di pangkuannya. Sepertinya anak ini sudah lelah menangis dan akhirnya jatuh tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Wasn't Her Fault
FanfictionMalam itu merubah hidupnya. Jika saja ia tidak datang ke pesta itu dan tetap berdiam diri di rumah, jika saja malam itu ia tidak beranjak dari ranjangnya yang hangat. Semua pasti baik-baik saja. Tubuhnya bergetar menahan tangis ketika dua garis mera...