Chapter 12

9.7K 1.3K 32
                                    

CHAPTER 12

Setelah baca, tolong baca Author's note ya

"Oh jadi seperti ini kelakuanmu, Kim Yerim? Pergi berdua malam-malam bersama pria lain tanpa sepengetahuanku?" Jungkook mendesis. Pria itu benar-benar tidak menyukai keberadaan Guanlin saat ini.

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan Jungkook. Aku mengidam. Aku ingin makan es krim. Jadi aku pergi membelinya dan bertemu dengan dia. Guanlin berbaik hati mengantarku pulang."

"Itu hanya alasanmu 'kan. Jangan gunakan mengidam sebagai alasan." Suara Jungkook meninggi dan berhasil membuat tubuh Yerim bergetar ketakutan. Guanlin yang melihat itu melangkah maju ke depan tubuh Yerim dan membalas perkataan Jungkook.

"Apa yang Yerim katakan itu benar. Tidak ada kebohongan. Kau sendiri bagaimana menjadi seorang suami? Istrimu sedang hamil dan mengidam. Kau sedang apa sampai tidak tahu istrimu pergi malam-malam seperti ini. seharunya kau mengantarkanya bukan memarahinya seperti saat ini."

Jungkook semakin marah dengan jawaban Guanlin. Tangan Jungkook terkepal kuat di sisi tubuhnya. Keadaan semakin runyam ketika Jungkook melayangkan pukulannya ke rahang Guanlin hingga lelaki itu jatuh tersungkur. Hal itu mengundang teriakan Yerim.

"Apa yang kau lakukan, Jungkook!!"

Jungkook hanya mendecih ketika melihat Yerim yang tengah membantu Guanlin berdiri. Amarah akan semakin memuncak jika terus berada di sini. Pria itu memutuskan untuk pergi meninggalkan keduanya. Pikirannya kacau dan tak ingin semakin kacau melihat Yerim dan Guanlin.

Setelah kepergian Jungkook, Yerim membantu Guanlin berdiri. Gadis itu dapat melihat sudut bibir lelaki itu terluka. Yerim menatap Guanlin dengan pandangan bersalah. Yerim tak menyangkah Jungkook akan sejauh ini.

"Kau tidak apa?"

Guanlin menggeleng pelan "Sebaiknya kau segera masuk, malam semakin dingin dan itu tidak baik untuk kesehatanmu."

"Tapi kau-

"Cepatlah masuk, Yerim. Aku baik-baik saja, ini hanya luka kecil"

"Baiklah. Maafkan perbutan Jungkook yang sudah melukaimu"

Guanlin kembali mengangguk dan mendorong gadis itu untuk segera masuk ke dalam apartementnya. Yerim menghela napasnya berat dan masuk ke dalam sembari melambaikan tangannya kepada Guanlin. Lelaki itu memaksakan sebuah senyum meski sudut bibirnya terasa berdenyut perih.

***

Yerim tak habis pikir dengan tindakan Jungkook itu. Bisa-bisanya ia memukul Guanlin seperti itu. Yerim juga tak menyangkah Jungkook berubah drastis seperti ini. apa gadis itu sangat berarti untuk Jungkook sampai membuat pria itu menjadi seperti sekarang? Bahkan pagi sebelum gadis itu datang, Jungkook masih memijit tengkuknya dengan lembut ketika Yerim sedang mengalami morning sicknessnya. Tapi sekarang? Bertegur sapa dengan Yerim saja pria itu enggan.

Setelah kejadian kemarin, Jungkook tidak pulang dan lagi-lagi membuat Yerim khawatir. Tapi setelah menelpon Jaehyun, ia mendesah lega. Pria itu menjawab bahwa Jungkook sedang menginap di rumah Mingyu. Akhirnya Yerim tidak bisa menhindari pertanyaan-pertanyaan yang dilayangkan Jaehyun padanya. Yerim tidak bisa menjawab sejujurnya, yang ada nanti Jungkook pulang dengan wajah babak belur karena hantaman Jaehyun. Jadilah ia mengatakan kejadian kemarin dengan sedikit bumbu kebohongan. Mengatakan jika Jungkook salah paham tentang ia yang diantar pulang oleh Guanlin. Yerim bersyukur Jaehyun menerima alasannya itu dan malah menggodanya bahwa Jungkook sekarang sedang cemburu. Ah yang benar saja.

Apa benar Jungkook cemburu karena kedekatannya bersama Guanlin. Tapi Yerim dan Guanlin hanya sebatas teman. Lagipula Jungkook tak perlu merasa seperti itu. Bukankah pria itu tak menyukai Yerim. Bukankah pria itu mencintai gadis berambut sebahu yang dua minggu lalu datang ke apartement. Jungkook tak memiliki alasan untuk cemburu. Untuk hal perasaan, Jungkook tak seharusnya cemburu, bukan.

***

Setelah beberapa hari tidur di sofa membuat Yerim berpikiran untuk membersihkan kamar tak terpakai yang terletak di sebelah kamar Jungkook. Memang apartement ini memiliki dua kamar, tetapi kamar itu dijadikan ruang penyimpanan barang-barang Jungkook. Tidak mungkin jika Yerim terus-menerus tidur di sofa. Mengetuk kamar Jungkook di malam hari untuk tidur di sana bukanlah sebuah pilihan yang harus Yerim pilih. Sudah jelas pria itu tak mau tidur dengannya ketika pria itu mengunci pintu kamarnya rapat. Yerim kecewa dengan sikap Jungkook ini. dan setiap malampun Yerim menangisi hal itu. Tidak apa jika pria itu marah kepadanya, tapi apa sampai harus seperti ini. Yerim sedang hamil, dan tak sepantasnya diperlakukan seperti ini.

Yerim akan mengalah lagi sekarang. Gadis itu membeli ranjang baru dengan uang tabungannya. Uang yang selalu Taehyung kirimkan setiap bulan. Yerim bersyukur karena meskipun dirinya sudah menikah tetapi kakaknya itu masih mengirimkan uang kepadanya. Yerim sendiri juga mendapat uang bulanan dari Jungkook. Sekedar fakta, di samping kuliah Jungkook ikut bekerja di perusahan ayahnya meskipun tidak dibagian yang sangat penting.

Yerim menyuruh beberapa orang membersihkan kamar itu dan mengubahnya menjadi kamar tidur yang cantik. Yerim ingat ketika kemarin ia meminta ijin Jungkook untuk kamar ini. ia saat itu menunduk ragu di depan Jungkook yang menatapnya dengan tajam.

"Aku ingin kamar sebelah menjadi kamar tidur-

"Terserah"

Belum juga Yerim selesai berbicara, Jungkook sudah mengatakannya dan pergi berlalu meninggalkannya. Meskipun jawaban pria itu tidak pasti, Yerim anggap pria itu menyetujuinya.

Yerim mengucap terima kasih kepada orang-orang yang sudah berkeja membershikan kamar. Tak lupa Yerim memberi upah kepada mereka. Senyum Yerim merekah melihat kamar yang awalnya hanya sebagai tempat menyimpan barang-barang tak terpakai berubah menjadi kamar indah bernuansa peach. Yerim duduk di pinggiran ranjang. Setidaknya ia tak harus lagi tidur di sofa dan kedinginan. Tangan kecilnya bergerak menyentuh perutnya, diamana bayi kecilnya tinggal untuk sementara.

"Sayang, kita sudah bisa tidur nyenyak malam ini." Ucap Yerim pilu. Air matanya sudah menetes mengingat bagaimana Jungkook memperlakukannya dua minggu ini. ingin rasanya ia berteriak di depan wajah pria itu dan mengatakan segalanya. Ketidakkuatannya dalam menjalankan ini semua. Tapi ia hanyalah gadis lemah yang tak memiliki keberanian sebesar itu.

Yerim juga ingin datang kepada kakaknya dan mengatakan segalanya sambil terisak di pelukan sang kakak. Tapi Yerim tidak bisa melakukan itu. Yerim tidak mau pertemanan kakaknya dan Jungkook rusak karena hal ini. Sungguh baik bukan hati gadis ini. Yerim tidak mau melihat Taehyung sedih dua kali. Sedih melihat adiknya yang malang ini dan sedih campur kecewa karena temannya yang sudah melukai adik tercintanya. Yerim tak mau jika Taehyung sampai membenci Jungkook. Selama dua minggu ini, Yerim selalu mengatakan kebohongan pada kakaknya, kakaknya yang menelpon menanyakan kabarnya dan bertanya mengapa Jungkook sulit dihubungi. Yerim berbohong mengatakan keadannya baik-baik saja dan mengatakan jika Jungkook sedang sibuk. Taehyung tidak pernah tahu bahwa setelah sambungan telepon terputus adiknya itu akan menangis meraung sembari menggenggam erat ponselnya.



TBC

Sesuai janji, jika vote sudah melampaui part sebelumnya aku akan update part selanjutnya. Bagaiamana dengan part ini. Jungkooknya masih ngeselin ya?? Gapapa tunggu aja dia menyadari segalanya, wkwkwk.

Oh ya sebenarnya sekarang aku lagi suka-sukanya sama Jaehyun-Yeri. Entah mengapa mereka kelihatan lucu, hehe. Adakah yang merasa seperti saya saat ini? tolong dong kalo punya rekomendasi fanfic Jaeri, bilangin ke aku.

Oh satu lagi, aku mau tanya. Rencananya aku mau bikin work baru, isinya kumpulan oneshoot gitu, dengan cast utama perempuan Yeri semua –karena saya cinta Yeri. Wkwk- tapi untuk cast pria ganti-ganti gitu. Bisa Jungkook, bisa Jaehyun atau idol cowo lain. Gimana ada yang berminat tidak? Komen ya kalau minat, kalau banyak yg minat, nanti malam aku bisa publish part 1.

Udah gitu aja cuap-cuapnya. Maaf ya kepanjangan cuap-cuapnya, hehe.

Chapter selanjutnya bakalan aku update jika vote sudah melebihi chapter sebelumnya. Kalau jumat votenya udah lebih, aku akan update part selanjutnya.

Jangan lupa Vote dan Komen ya..

Maaf untuk Typo.

Terima kasih.

It Wasn't Her FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang