Keesokan harinya, Liza menjalani aktifitas seperti biasanya, yaitu Sekolah.
"Dek, mau Kakak antar ga sekolahnya?" Tanya Ahmad, kepada Liza yang sedang memakai hijabnya.
"Emang Kakak ga kuliah?"
"Kebetulan sekarang di kampus ga ada mata pelajaran, jadi kakak ga ke kampus deh, paling nanti Kakak mau ke restoran Kakak saja"
"Apa! Kakak punya restoran?" Tanya Liza tak percaya.
"Iya punya, memang kenapa?"
"Sejak kapan?"
"Waktu tahun kemarin, Kakak membuka restorannya"
"Waw, kok aku baru tau Kak, kalau kakak punya restoran?"
"Ya kamu gapernah nanya sama kakak"
"Ya tapi kan setidaknya, Kakak kasih tau aku, gini gini aku kan istri kakak" Ucap Liza sambil cemberut.
"Oh ceritanya kamu marah nih?" Tanya Ahmad dan Liza pun tidak menggubrisnya.
"Yaudah gini deh, Kakak minta Maaf. Dosa lho sayang kalau marah sama suaminya." Bujuk Ahmad
Liza pun begitu deg-deg an takaruan, Ahmad memanggilnya Sayang, ia ingin sekali memeluknya dan membalas ucapan sayang itu.
Tapi apalah daya ia terlanjur kesal kepada.
"Udah dong, Iya Kakak akui, kakak salah. Udah ya marahnya, mau dosa mau?" Lanjut Ahmad
Mendegar kata 'DOSA' , Liza langsung merasa, ya memang benar adanya jika seorang istri yang marah terhadap suaminya akan bedosa.
Liza pun berbalik kehadapan Ahmad, dan mendekatinya.
"Iya aku maafkan" Ucap Liza dengan wajah datar.
"Tulus ga?"
"Hmm" Liza hanya berdehem saja.
Lalu Ahmad pun memeluk Liza dengan erat nya, Liza pun membalas pelukan itu.
"Sebagai rasa berterima kasih, nanti sepulang sekolah aku langsung aja kamu deh ke restoran aku,mau ga?"
Liza pun mengganguk dengan arti ia menyetujui ajakan Ahmad.
"Tapi kak mau ga nanti pulang sekolah, kakak anter dulu aku ke toko busana muslim, aku mau beli beberapa gamis"
"Boleh banget malah. Yaudah sekarang kita berangkat ya, takut kamu nya telat"
"Yaudah ayo"
Liza pun menyambar tas nya,lalu dipakaikan ke kedua bahunya.
****
Diperjalanan mereka sama sama disibukkan oleh diri sendiri. Ahmad sibuk dengan menyetir, sedangkan Liza sibuk dengan berkutat dengan ponselnya.
"Dek?"
"Hmm" jawab Liza yang masih sibuk berkutat dengan ponselnya itu.
"Kalau lagi berbicara, biasakan menatap wajah nya, jangan mainin ponsel aja" ucap Ahmad lalu menggambil ponsel Liza yang sedari tadi dimainkan.
"Ih kakak mah, kembaliin dong"
"Nanti setelah kakak berbicara"
"Apa?"
"Kakak boleh menanyakan sesuatu hal sama kamu?"
"Silahkan"
"Apa kamu terpaksa nikah sama kakak?" Tanya Ahmad, sontak membuat Liza terkejut bukan main.
"Awalnya memang iya. Secara aku belum kenal juga kan sama Kakak, tapi disisilain aku gamau melihat orangtua ku kecewa karena penolakanku. Aku berusaha meminta petunjuk sama Allah, tapi gatau kenapa selesai sholat Istikharah, aku bermimpi menikah dengan lelaki yang hampir saja menabrakku. Dan benar saja yang akan mengkhitbahku adalah Kakak. Dunia ini memang sempit ya Kak" jelas Liza sambil mengeluarkan air matanya.
Dan Ahmad pun menggengam tangan Liza sangat kuat.
"Kakak sangat berterima kasih dek sama kamu"
"Untuk?"
"Kesatu, terimakasih sudah menerima perjodohan ini. Kedua, terimakasih sudah mau menikah dengan ku. Dan yang ketiga, terimakasih sudah mau mencintai,melayani,menyayangi, dan mau untuk menjadi Ibu dari anak anak ku kelak"
"Terimakasih juga kak, udah mau membimbing, mengayomi, mencintai, dan menyayangi ku Kak" ucap Liza sambil sesekali menyeka air matanya itu.
Ahmad pun mengengam tangan Liza semakin kuat.
"I Love You My Wife"
"I Love You Too My Husband"
"Ya Allah, terimakasih, engkau telah menjodohkan hamba dengannya. Tak henti hentinya hamba berucap Syukur atas Karunia Mu. Semoga kau memberi kamu anugrah-anugrah yang lainnya, yaitu memili keturunan. Amin" Gumam Ahmad dalam hati
__________
maaf ya baru upt lagi..
Jangan lupa ya author minta Vote nya..
Makasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
This is My Future | END
Espiritual#2 in Spiritual #6 in Rohani #3 in Spiritual #9 in Muslimah #1 in Islami #4 in Islami #2 in Islami #7 in Rohani #3 in islami #1 in Religi #7 in Hijrah *** Cerita ini mence...