Chapter 36

52 13 3
                                    


"Kupikir ini akhir jarak memisahkan kita, nyatanya aku salah ini adalah awal perpisahan kita."—A

"Pertemuan berbanding lurus dengan perpisahan. Siapkan keteguhan hatimu agar tidak terlalu menyakitkan nantinya."—A

"It's tearing me apart. But it's okay if you happy i'll more happy than you."—D

****

"Alyssa, lo pelajarin ini ya. Supaya nanti presentasinya lancar, pelajarin bener-bener lho, udah kurang empat hari lagi ini." Dita menyerahkan beberapa lembar kertas padaku. Aku mendongak menatapnya, mengangguk lalu mengambil kertas itu.

"Kemarin file power pointnya ada di siapa?"

"Ada di gue udah. Kita cuma tinggal ngafalin materi-materinya," ujarnya lalu melangkah mengitari bankuku dari belakang demi duduk di tempat duduk Aland yang kini entah kemana orangnya. Iya, dia tidak masuk lagi. Entah kali ini alasannya apa. Toh, Aland punya privasi juga 'kan, aku tidak berhak mengganggunya.

"Moderatornya? Udah ditentuin?" aku menyibukkan diri melihat-lihat kertas yang diberikan oleh Dita tadi.

"Kayaknya Firza deh, dia 'kan pinter ngomong." Dita menjulurkan tangannya ke depan untuk mendorong kursi Lavie. "Eh, Lav. Bagi permen karetnya dong, gue laper nih tapi takut yang mau ke kantin."

Lavie menoleh ke arah Dita lalu menyerahkan sebungkus permen karet pada Dita. "Anak rajin banget dah lo," gerutu Lavie.

"Yeee!! Emang elo. Eh, ini kalok makan permen karet disini gak bakalan ketangkep sama cctv di pojok sana?" Dita mengurungkan niat untuk membuka bungkusan permen karet itu, lalu takut-takut menoleh ke arah cctv di pojok sebelah kanan dari tempat dudukku. Jadi, jangakauan cctv itu tidak terlalu jelas ke arahku.

"Udah makan aja." Aku turut bergabung dalam percakapan itu.

"Tauk tuh si Dita, rempong banget deh. Gue aja ke kantin yang cctvnya lebih banyak santai tuh. Lagian, pak Tio gak bakalan terlalu merhatiin, paling-paling sekarang dia udah molor di tempatnya."

Aku tertawa mendengar penuturan Lavie tentang pak Tio si penjaga cctv di sekolah kami. Memang benar, petugas yang satu itu tidak terlalu peduli pada anak-anak yang keluar kelas saat pelajaran kosong seperti yang dilakukan oleh Lavie beberapa menit lalu. Kecuali terjadi keributan besar di sekolah baru dia akan bertindak. Pak Tio lebih banyak tidur daripada benar-benar melihat televisi yang sudah dihubungkan ke cctv.

Dita tak mengindahkan ucapan Lavie, sekarang dia kembali fokus kepadaku, "Menurut gue, jalannya presentasi kita ntar biasa aja udah kayak sebelum-sebelumnya, yang penting tertata rapi. Firza yang ngomong duluan sebagai pembuka, abis itu langsung ke pemateri. Lo jelasinnya kebagian di slide empat, itu udah komplit semua ada di kertas itu." Dita menunjuk kertas di tanganku lalu memakan permen karetnya. Karena kegigihannya untuk mengatur semua urusan yang menyangkut kerja kelompok ini, Dita ditunjuk untuk menjadi ketua kelompok oleh kita-kita yang niatnya hanya secuil untuk benar-benar menyiapkan presentasi ini.

Aku hanya mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Dit!" Lavie menyela obrolan kami.

"Apaan?" tanyanya menatap Lavie sedikit kesal karena telah mengganggu aktifitasnya.

"Si Aland kemana ya? Dia kok jarang masuk?"

Betapa aku ingin berterimakasih sebanyak-banyaknya kepada Lavie karena telah menanyakan hal yang sedari dulu mengganjal di pikiranku. Dalam hati aku bersorak senang, setidaknya jika Lavie yang menanyakan Dita tidak akan curiga padaku.

Dinosaurus I'mn love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang