"I'm late."—A
"I'm done."—D
****
"Gue bakalan pindah ke Jerman."
Aku semakin mempererat pelukan pada gulingku, perkataan Dave terus terngiang-ngiang di kepala mengiringi jatuhnya air mataku pada bantal dan membasahinya. Tapi aku tidak peduli. Kenyataan bahwa Dave akan segera berpisah jutaan kilometer denganku sebentar lagi akan terjadi. Itu membuatku sesak dan rasa bersalahku semakin memuncak.
Aku tau ini adalah takdir. Dan aku butuh waktu untuk benar-benar menerimanya. Terbesit di pikiranku, kenapa Dave tidak tinggal di Indonesia saja dengan keluarga yang lainnya? Kenapa Dave malah memilih untuk mengikuti Ayahnya? Tapi aku segera mengusir jauh-jauh pemikiran itu. Ini kehidupan Dave, aku tidak berhak mengaturnya, dan ini adalah pilihan Dave aku tidak berhak menyalahkannya. Aku tetap tidak bisa melakukan apa-apa.
Setidaknya aku berpisah dengan Dave dalam keadaan yang baik-baik saja, dan Dave mengatakan padaku beberapa hari sebelum dia akan pergi ke Jerman, aku masih bisa memanfaatkan sisa hari-hari ini dengan Dave tanpa ada jarak seperti beberapa hari yang lalu.
Lagipula, lo tidak usah terlalu khawatir tentang jarak ini. Lo bisa menghubungi Dave kapan saja. dan Dave tidak akan selamanya berada di Jerman, pikiranku berkata menenangkan. Iya dia benar, aku tidak perlu seperti ini, bersikap seakan-akan Dave akan meninggalkanku selamanya.
Setelah merasa tenang, aku mengusap air mataku, bangun dari ranjang lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Membasuh wajah lalu mandi, mengingat sekarang hari minggu dan aku bisa menghabiskan hari minggu ini bersama Dave.
Setelah selesai ganti baju dan menyisir rambut, aku keluar menuju ruang tengah. Hendak menanyakan pada mama apa mama mengetahui pasal Dave yang akan pindah ini.
"Alyssa, kamu jangan kemana-mana dulu ya, nak. Bentar lagi paket Mama dateng, Bi Inah gak ada, bang Radhit juga keluar barusan, Mama ada urusan penting di rumah sakit," ucap Mama sambil membereskan sesuatu di tasnya, lalu melangkah ke arahku dengan kesan buru-buru.
"Tapi ma—"
"Paket mama itu penting banget, kalok gak ada orang gimana? Mama sekarang juga ada urusan di rumah sakit, ada pasien yang harus dirawat langsung sama Mama. Bantuin mama ya, please?" Mama memegang kedua bahuku. Tidak tega, akhirnya aku mengangguk. "Terimakasih." Lalu Mama mencium kedua pipiku, mengucapkan salam lalu tubuhnya menghilang di balik pintu.
Aku menghela napas panjang, rencana jalanku dan menghabiskan waktu hari ini bersama dengan Dave sepertinya akan gagal. Tapi aku bisa menyuruh Dave ke rumahku saja 'kan? Maka dengan cepat aku membalikkan badan, berlari menaiki tangga lalu mengambil handphoneku di kasur.
Aku berdecak saat mendengar operatorlah yang mengangkat telfonku. Apa mungkin Dave masih tidur? Tapi tidak mungkinlah ini 'kan sudah jam sepuluh, dan Dave yang kukenal tidak akan bangun sesiang ini.
Setelah berdebat dengan pikiran, akhirnya aku lebih memilih untuk mengirim Dave chat saja.
Alyssa: Dave jalannya besok aja ya, sekarang mending di rumah gue aja. Gue dititipin sesuatu sama nyokap di rumah.
Setelah memastikan kalau chat itu benar-benar terkirim, aku kembali menaruh handphoneku lagi ke atas kasur. Lalu duduk di pinggir kasur.
Ting nong!!
Bel rumah berbunyi membuatku sedikit terjungkat kaget karena suaranya, setelahnya aku berdiri, berjalan menuju pintu depan.
Mungkin itu kurir yang akan mengantarkan paket Mama, jika datangnya sepagi ini mungkin aku masih bisa ke rumah Dave.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinosaurus I'mn love.
Genç Kurgu[TAMAT] Stephanie Alyssa, si gadis biasa. Kehidupannya seperti gadis lain. Namun yang membedakannya adalah keberuntungan. Dia mampu menggenggam dua hati. Namun, tidak bisa menjaga rasa. Dia mampu menerima. Namun tidak mengerti dan tidak berusaha unt...