Chapter 14

238 54 96
                                    

Budayakan vote sebelum membaca ya :) walau sederhana itu suntikan semangat bagi penulis lho. Hehe. Jangan jadi sider oke? Bonus komen juga gppah jangan takut aku gamakan orang kok, wkwkwk.

Sudah?

Oke, happy reading!!!

*****

Kriing! Kriing!

Bunyi laknat tersebut menerobos masuk ke dalam pendengaranku. Ahh! Ayolah kenapa cepat sekali? Rasanya baru sedetik yang lalu aku tertidur sekarang sudah jam 07.00. Malas sekali rasanya untuk bangun.

Hari minggu, hari bebas untuk ku tidur. Tapi ajakan Dave berhasil membuyarkan semua kegiatan yang akan kulakukan di hari minggu ini. Yah walau semua kegiatan tersebut didominasi kata tidur, tapi tetap saja dia mengganggu! Huh! Aku tidak akan bisa ditipu oleh Dave, dengan kasar kumatikan alarm yang sedari tadi berteriak nyaring di sampingku. Memutuskan untuk kembali bergelut dengan guling dan selimut. Kak Radhit pergi ke rumah temannya, sedangkan Ayah dan Mama mengunjungi pernikahan anak sahabat mereka, di Bogor. Hal ini tentu saja akan kumanfaatkan sebaik mungkin untuk tidur tanpa gangguan, apalagi Bibi masih belum kembali ke sini.

Seakan diberi perekat, dengan cepat mataku tertutup. Hangatnya selimut mempercepat untuk beranjak dari dunia ini, menuju dunia mimpi lebih tepatnya. Bahagia itu sebenarnya sangat sederhana, tidur bebas sepanjang hari tanpa gangguan aku sudah merasakan bahagia. Sungguh. Itu untukku, entah untuk kalian.

Rasa tenang mulai menyelimutiku, kegelapan menenangkanku.

Bruk!

Aku terkesiap, namun mataku terlalu berat untuk dibuka.

"Alyssa! kebakaran, Al! Bangun!"

Kebakaran? Dimana? Suara jeritan seseorang itu berhasil membuatku bangun dari kasur, tapi masih dengan mata tertutup.

"Kebakaran?!" pekikku, kini mataku terbuka lebar. Hal pertama yang aku lihat adalah seorang laki-laki tengah tertawa sampai terbungkuk-bungkuk. Dia Dave. Sialan! Aku ditipu rupanya.

"Lucu? Hah? Lucu!" bayangan tentang surga dunia raib seketika, karena kehadiran Dave yang bernotabene sebagai parasit disini. Rasa kesal-lah yang menyelimutiku sekarang. Kesal karena Dave membohongiku untuk sekedar membangunkanku. Darimana anak ini bisa masuk? Oh kemungkinan besar Kak Radhit yang memberinya kunci.

Melihat Dave masih tertawa, kulempar bantal yang ada di sampingku ke arahnya. Namun dengan sigap ia menangkis. Sekarang aku bisa melihat dengan jelas dirinya saat ini. Ia sudah rapi berbanding terbalik denganku yang masih diliputi iler ini.

"Lucu banget!" Dave menjawab pertanyaan yang lebih mengarah pada tuntutan yang aku berikan tadi, sembari terkekeh tentunya.

"Sialan banget tau nggak!" rutukku, bibirku sudah maju beberapa senti dari tadi ditambah dengan alis yang menyatu. Entah seperti apa wujudku sekarang ini, aku tak peduli.

"Makanya kalok bangun itu pagi-pagi apalagi cewek. Kalok gue nanti jadi suami lo, lo bakalan gue seret ke kamar mandi." Aku melotot ke arah Dave.

"Bodo amat lah, Dave. Ogah banget gue jadi bini lo!" kataku, kemudian kembali merebahkan tubuh di kasur. Seperkian detik kemudian aku merasa ada yang menarik selimut yang aku kenakan. Siapa lagi kalau bukan Dave.

"Aduh! Apaan si?" pekikku sambil mencoba kembali menarik selimut itu.

"Gak bisa! Lo harus bangun! Ikut gue!" pekik Dave sembari kembali menarik selimutku, aku yang tak mau kalah darinya juga kembali mengambil alih selimutku masih dalam kedaan terpejam tentunya. Terjadi adegan tarik-menarik selimut di antara kami. Hingga perbuatan kami dihentikan oleh teriakan seorang wanita yang menggema di kamarku.

Dinosaurus I'mn love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang