Chapter 18

96 28 12
                                    

Budayakan vote sebelum membaca ya :) walau sederhana itu suntikan semangat bagi penulis lho. Hehe. Jangan jadi sider oke? Bonus komen juga gppah jangan takut aku gamakan orang kok, wkwkwk.

Sudah?

Oke, happy reading!!!

*****

"Gue putus sama Claudia! Puas?!"

"Perusak hubungan orang!"

"Dasar cewek munafik lo!"

Kata-kata itu masih terus terngiang-ngiang di kepalaku. Berusaha tegar seperti tidak ada masalah itu melelahkan. Seperti layaknya kaset rusak yang diputar berulang-ulang, kata-kata itu dengan bebasnya menguasai isi kepalaku. Sebegitu parahnya kah efek kedekatan seorang teman sepertiku dan Aland pada suatu hubungan?

Aku tak tau kenapa, tapi yang pasti selain rasa bersalah yang melandaku saat ini jauh di hatiku aku merasakan kebahagiaan. Sedikit. Apakah aku sudah pantas dibilang jahat?

Drrtt!

Drrtt!

Getaran dari ponselku berhasil membuyarkan semua lamunanku. Getaran itu menandakan kalau ada panggilan masuk, segera saja aku mengambil handphone di saku kemudian melihat nama yang tertera.

Dave.

Tanpa berpikir lebih panjang lagi aku menggeser tombol hijau, kemudian mendekatkan handphone ke telinga.

"Ya, halo?"

"Lo udah ada di sekolah ya, Cha?" tanya Dave, yang sepertinya to the point. Aku hanya mengernyit. Berpikir sebentar, kemudian menjawab.

"I-iya memangnya kenapa?"

"Kok lo gak bilang sih?!"

"Hah? Maksud lo?"

Terdengar helaan napas di seberang sana, disusul suara klakson yang beruntun."Iya! Kenapa lo gak bilang kalok udah ada di sekolah?" dan sekarang aku benar-benar tak mengerti apa yang dibicarakan oleh Dave, "gue tadi jemput lo! kata Mama lo, lo udah berangkat sama Lavie. Tumben lo pagi?"

Secara tak sadar aku ber-oh ria. "Salah elo lah! Siapa suruh gak bilang ke gue kalok mau jemput. Gue berangkat sama Lavie makanya gue pagi." Sudah dua hari aku berangkat sama Lavie artinya, selama dua hari itu pula aku harus bangun pagi. Mama hanya bisa mengantarku satu hari dikarenakan setelah ada pasien yang menderita penyakit Asidosis tubulus renalis itu Mama kembali sibuk bekerjan apalagi Bi Inah belum kembali ke rumah. Jadi, kesibukan Mama bertambah berkali lipat. Mengingat tentang Dave, kasian juga sih dia ke rumah buat menjemputku dan aku sudah ada di sekolah. Lucu juga. "Lo sekarang masih di rumah?" sambungku.

"Ya enggaklah! Yakali gue berdiri di depan rumah lo kayak orang idiot. Lah elonya udah ada di sekolah! Gue sekarang ada di jalan kejebak macet pula. Lo harus tanggung jawab!"

Aku mengernyit, "Eh? Kenapa gue harus tanggung jawab? Suruh siapa lo jemput gue?" tuntutku tak terima.

"Sebagai sahabat yang baik 'kan harus bantu temennya, Cha!" geram Dave.

"Hehe. Iya iya deh. Buat Dave yang katanya sahabat baik nanti gue traktir deh di kantin."

"Nah, gitu dong! Tapi janji ya! Nanti istirahat gue ke kelas elo."

Aku tersenyum, "Oke, gue tunggu."

"Ya udah bye!"

"Bye!"

*****

"Eh, Al. Ke kantin bareng yuk!" aku menoleh ke arah Aland. Beberapa detik lalu bel dibunyikan, menandakan waktu istirahat telah tiba. Dengan sedikit hati-hati karena tak mau menyinggungnya aku menjawab.

Dinosaurus I'mn love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang