Budayakan vote sebelum membaca ya :) walau sederhana itu suntikan semangat bagi penulis lho. Hehe. Jangan jadi sider oke? Bonus komen juga gppah jangan takut aku gamakan orang kok, wkwkwk.
Sudah?
Oke, happy reading!
•••••
"Kenapa saat aku mencoba menjauh kau malah semakin mendekat?"-A***
Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, tapi kami masih disibukkan mengerjakan tugas kewarganegaraan yang diberikan, karena pak Dodi datang telat ke kelas, kami harus mengejar materi yang seharusnya diberikan di pertemuan ini. Sekali lagi guru selalu benar. Seharusnya kami tak perlu mengerjakan dengan kecepatan super, bergulat dengan pelajaran saat yang lain sudah pulang jika Pak Dodi tidak datang terlambat. Ingin sekali aku mengatakan ini semua adalah salah Pak Dodi, kenapa harus kami yang menanggung akibatnya? Tapi aku tahan bibirku, kukatupkan mulut dalam-dalam agar tidak mengeluarkan kata-kata yang malah akan semakin membuat jam pulang kami tertunda.
Alasan kami harus tetap menyelesaikan materi hari ini adalah ujian semester tinggal beberapa minggu lagi, mau tak mau kami harus mengebut menyelesaikan materi pada semester pertama. Karena pak Dodi datang terlambat maka jam pulang kami juga akan terlambat.
Aku menghela napas, meneruskan merangkum. Kurang satu dua lembar lagi buku paket yang menunjukan bab 4 ini akan habis. Persetan dengan apa yang dirangkum aku menulis apa saja yang ada di buku. Bukan hanya aku yang kesal pada Pak Dodi, sepertinya Aland juga. Namun, ia tak menunjukannya, memilih untuk fokus menulis—menyalin—buku paket pada buku catatan kewarganegaraan.
"Ayo ayo cepat! Saya beri waktu lima menit!" seru guru paruh baya itu lantang. Aku menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam.
"Lima menit ndasmu! Ini gara-gara bapak! Coba bapak tidak telat! Dasar!" tentu saja aku tidak mengucapkan kalimat itu.
"Jangan pandangin terus Pak Dodi, ntar suka!" aku menoleh ke arah Aland, ia masih terus menulis. Nyatanya ia tau kalau aku manatap tajam Pak Dodi. Hendak saja aku menyela ia mendahului, "mending kerjain, ntar tinggal lo sendiri." Merasa benar dengan ucapannya aku menghela napas, lalu kembali menekuni buku paket kewarganegaraan dengan perasaan campur aduk.
[.]
Setelah mengejar-ngejar pak Dodi yang reseknya berlebihan itu untuk mengumpulkan buku catatan, aku akhirnya bisa bernapas lega. Di kelas tadi tiba-tiba ia mengatakan, "Cepat kumpulkan! Kalau saya sudah ada di meja guru catatan kalian tidak akan saya nilai!" maka rusuhlah satu kelas. Termasuk aku, namun aku lebih memilih untuk rusuh dengan pulpen dan bukuku saja daripada rusuh dengan mulut menyumpah-serapah pak Dodi. Jika dlihat saat kami mengejar pak Dodi sebelum memasuki ruang guru, terlihat seperti fans yang meminta tanda-tangan pada idol. Mungkin ini alibi pak Dodi biar dia disangka terkenal oleh seluruh warga sekolah. Ia tidak tau sih rasanya diancam begitu.
Mengingat hal itu aku mendengus. Kemudian mendengus lagi saat menyadari aku sudah sepuluh menit berdiri di depan gerbang menunggu di jemput oleh kak Radhit. Dan sialnya aku tidak membawa handphone karena tidak ada baterai setelah semalaman kubuat untuk membahas hal-hal tak penting dengan Lavie di Line.
Aku memekik tertahan saat seseorang tiba-tiba menjulurkan handphonenya ke arahku, lebih tepatnya ke depan wajahku.
"Kak Radhit minta gue supaya nganterin elo pulang. Dia ada urusan di kampusnya." Suara itu mengiringi terjulurnya handphone berwarna hitam itu. Aku menoleh dan mendapati Aland di sampingku. Aku menghela napas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dinosaurus I'mn love.
Novela Juvenil[TAMAT] Stephanie Alyssa, si gadis biasa. Kehidupannya seperti gadis lain. Namun yang membedakannya adalah keberuntungan. Dia mampu menggenggam dua hati. Namun, tidak bisa menjaga rasa. Dia mampu menerima. Namun tidak mengerti dan tidak berusaha unt...