Chapter 04

495 193 191
                                    

Entah kenapa melihat Aland bawaannya aku selalu ingin marah-marah. Tadi di koridor sekolah aku ditabrak oleh kakak kelas cowok, tak memperdulikan kalau dia kakak kelas aku tetap mengomel merutukinya yang tidak melihat jalan.

Huft... pertama masuk sudah disiksa lahir batin.

Sesampainya di kantin aku langsung menuju tempat favoritku—warung Bu Ningsih.

"Umm, Bu Alyssa mesen bakso merconnya ya bu yang level 4 sama es jeruknya satu," kataku pada Bu Ningsih yang sudah sangat akrab denganku, karena aku adalah pelanggan setianya. Bakso merconnya adalah menu andalanku omong-omong.

Asal kalian tahu pedasnya benar-benar meledakkan kepala, biasanya aku tak berani mencoba level 4. Level tertinggi yang pernah aku coba hanya level 2, itupun berhasil membuatku tidak keluar kamar mandi sekitar 1 jam, bisa kalian bayangkan di kamar mandi selama 1 jam! Apa-apaan....

Berhubung aku ingin melupakan semua masalah di hari ini aku putuskan mencobanya. Rekor!

Bu Ningsih sedikit terlonjak kaget mendengar pesananku barusan, ia menghentikan kegiatannya, lalu menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Memangnya adek kuat toh? Dak kapok kayak dulu?" tanya Bu Ningsih diselai senyuman menggodanya, aku membalas dengan senyum ramah.

"Kepala Alyssa lagi pusing nih Bu."

"Ya sudah adek Alyssa tunggu di meja dulu ya?"

"Oke bu."

Seperti biasanya kantin sangatlah ramai. Semua meja penuh, aku mencari-cari tempat yang kosong, mataku menyapu seluruh kantin yang terbilang cukup luas ini. Hingga tatapanku terhenti setelah mendapati tempat yang aku cari, tanpa banyak basa-basi lagi aku langsung menuju meja kosong yang berada di pojokan. Namun seorang wanita berperawakan sangar menghentikan jalanku. Dengan angkuhnya ia bersedekap. Aku hanya mengernyitkan dahi heran.

"Permisi gue mau lewat," kataku sambil sedikit mendorongnya kesamping, namun tangan kecilnya itu memegang tanganku erat. Sangat erat! "apa?" aku bertanya kebingungan ada apa dengan wanita ini? Mencegat jalanku seenaknya dan memegang tanganku erat. Tidak punya kerjaan sama sekali dia.

"Lo Alyssa 'kan?" aku mengangguk.

"Lo siapa ya? Bisa lepasin gak tangan gue?" ia mendengus, dengan kasarnya ia menghentakkan tanganku, membuatku kini benar-benar melotot.

"Gak usah belagu deh lo!" Ucapnya diiringi dengan tangan kecilnya yang terarah kepadaku, tidak ke pipiku!

Plakk!

Mataku melotot menatap wanita tak tau aturan di depanku ini ia tersenyum puas. Ia menamparku! Ya! Menamparku! Tanganku dengan sedikit gemetar menyentuh pipiku yang kini terasa perih. Suara tamparan tadi berhasil menarik perhatian seluruh penghuni kantin.

"Kenapa lo nampar gue?!" aku tak habis pikir dengan wanita di depanku ini, aku tidak mengenalnya bahkan melihatnya saja sangat jarang, dia siapa?

"Enggak gue kepengen aja! Tangan gue gatel buat gak nampar cewek munafik kayak elo! Udah sok lagi, huh!"

Aku mengernyitkan dahi heran. Perasaan kesal, geram, juga ingin mencakarnya bercampur menjadi satu berkumpul di pikiranku.

"Lo waras yah? Perasaan gue gak kenal deh sama lo? Gue ada masalah apa sama lo? Sialan banget tau nggak!" aku memekik, persetan dengan penghuni kantin yang kini mulai berkumpul di sekitar kami, emosiku sudah berada di ubun-ubun.

"He'eh, emang lo gak kenal sama gue! Tapi gue kenal sama lo! Gue tau sifat busuk lo itu! Udah ya, gue juga udah puas bisa nampar elo, gue pergi dulu ya, bye."

Dinosaurus I'mn love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang