Aku dihangatkan oleh dua genggaman,
Aku dibahagiakan oleh dua pemilik hati dan perasaan,
Aku nyaman,
Aku terlena,
Hingga kulupa, rasa apa sebenarnya yang menghinggap di dalam dada,
Menyiakan waktu yang terus berputar layaknya roda,
Membiarkan semua termakan zaman hingga tak tersisa
Embun pagi telah sirna diterangi sang surya
Sebuah bintang telah kehilangan sinarnya
Terjebak di gelapnya angkasa, merana di tengah dinginnya malam tak bercahaya.
Sebentar
Bahagia itu hanya sebentar memelukku.
Senyum menguap, menghilang dimakan sisa asa yang tak kunjung nyata.
****
"Halo? Gimana kabar lo? Tapi—eh gue boleh 'kan ngubah cara bicara gue ke elo jadi aku-kamu? Oke makasih. Gimana kabar kamu? Kamu curang deh! Masa aku terus yang ngasih bunga ke kamu? Kamu kapan?"
"......"
"Ih, dasar kutu kupret! Aku rindu tau! Kamu enggak kangen ke aku? Kamu sih enak bisa liat aku kapan aja, aku? Lama-lama ntar aku ubah namaku jadi rindu! Bagus enggak?"
"...."
"Kamu tau nggak? Kemarin aku beli bakso mercon di kantin, terus aku nyoba lagi tuh level 4. Siapa tau aku jadi tambah kuat makan cabe, tapi ternyata meskipun aku pernah nyobain rasanya tetep sama Land! Pedes banget! Aku mencak-mencak di kantin. Tapi sayang, gak ada yang ngetawain aku pas aku lari ngibrit ke kantin, hahaha."
"...."
"Semua ada masanya ya, Land. Seharusnya aku dulu nikmatin semua hal sama kamu. Bukan enggak medulikannya begitu aja." Air mataku mulai jatuh satu persatu, membiarkan mata merasa lega karena hal yang dibendungnya sudah tiada. Sesak itu masih terasa sama menyakitkannya dalam dada. Tapi aku sadar, semua pasti akan kembali pada penciptanya. Aku tidak boleh terpaku pada satu hal, karena aku hidup bukan untuk menyesali semua yang terjadi. Tapi membuat sesuatu yang membuatku tidak perlu merasakan penyesalan lagi.
"...."
"Tapi kamu gak perlu khawatir, Land. Aku masih di sini, dengan perasaan dan kesetiaan yang sama. Sampai sekarang, aku gak tau kenapa aku malah nyaman nunggu sesuatu yang endingnya aku udah tau kalok itu bakalan sia-sia. Iya, aku masih nunggu kamu , Land. Meski kedatangan kamu sebatas di dalam mimpi." Aku tersenyum di tengah-tengah tangisanku dikala aku mengusap lembut nisan yang bertuliskan nama orang yang mengajarkanku arti perjuangan dan arti jangan menyia-nyiakan kesempatan itu. "Happy birthday, Land! Gue pergi dulu ya."
"Somedays i wish i could go back in life. Not to change anything, but to feel a few things twice."-Anonymous.
"CANTIKAAA!!" aku berteriak sambil terus berlari mengejar gadis dengan rambut kepang duanya itu. Bukannya berhenti yang dikejar malah terus berlari dengan tawa tak kunjung henti.
"Hahaha! Gak kena wleee!" balasnya berteriak diiringi oleh leletan lidah. Aku berhenti di ujung kasur, memandang Cantika yang masih asyik mengekseskusi kamarku dengan napas tak beraturan. Aku sih tidak peduli kalau dia lari-lari begitu, sampe mampus juga gak papa. Tapi masalahnya Cantika lari dengan gelas penuh dengan jus buah naga yang kalok jatuh bakalan bikin karpet dan lantai di kamarku merah-merah kayak darah.
Oke, tidak lagi. Aku harus belajar dari pengalaman. Aku menghentikan langkah kakiku, menarik napas dalam-dalam lalu tersenyum. "Cantika sayang, Jangan lari-lari di sini ya, nanti kotor kamar kakak. Nanti kalau Cantika nurut, kakak belikan kembang gula deh ya," ucapku lembut sambil mengikuti Cantika ke dalam kamar dengan langkah kecil-kecil. Cantika menghentikan langkahnya, menoleh kepadaku dengan pandangan menuntut. "Iya, oke tambah boneka kesukaan Cantika deh, nanti kakak belikan." Tambahku membuat Cantika tersenyum lebar kemudian melangkah mendekatiku.
Aku tersenyum puas. Berhasil! Aku tak perlu membersihkan kamarku nantinya, dengan cepat aku menggenggam tangan Cantika lalu membawanya ke luar kamar menuju ruang tamu.
Di sana telah duduk seseorang dengan pakaian sopannya. Ia menengadakan kepalanya mendengar kedatanganku lalu tersenyum.
"Hai," sapanya ramah.
"Halo... sudah lama nunggu?"
"Enggak sih, baru beberapa menit. Omong-omong maaf ya kalau Cantika ngerepotin kamu," ucapnya dengan nada khawatir sambil mendekat ke arah Cantika dan menggendongnya.
Aku tersenyum, "Gak masalah. Udah biasa, hehe."
"Kalo gitu aku langsung ke rumah tante aja ya. Makasih banyak."
"Hm, oke," ucapku sambil tersenyum ramah.
Tanpa berkata-kata lagi dia membalikkan badannya dan melangkah keluar. Diam-diam aku memperhatikan punggungnya yang kemudian menghilang di balik pintu lalu tersenyum.
"Coba kalau Aland, pasti sudah ngomel-ngomel, untung itu Dion sepupunya yang punya sifat kebalikan dari Aland," bisikku pada diriku sendiri.
Menarik napas panjang, aku membalikkan badan kembali menuju kamar. Setiap langkah menuju kamar pikiranku masih terikat dengan Aland dan berbagai kenangan yang ia sematkan.
Pintu kamar kututup pelan, lalu menguncinya dari dalam. Aku ingin sendiri.
Sebelum membaringkan tubuh di kasur, aku mengambil sebuah figura yang di dalamnya berisi fotoku dengan Aland. Melihat figura itu dalam-dalam berharap Aland datang dan semua menjadi baik-baik saja. Namun, itu hanya sebatas angan, rasaku masih sama dan luka itu masih tetap menganga. Merasa sesak, aku membaringkan tubuh, memeluk figura itu erat lalu memejamkan mata.
Aku menarik menarik napas dalam-dalam, dan di sini ditengah sepinya keramaian aku menyadari sesuatu, "Ternyata mengikhlaskan serumit ini."
*
*
*
*
*
A/N
Erm... hai! Apa kabar? hehe
Sebelum bener-bener mengakhiri cerita ini, aku minta maaf karena mungkin aku update chapter epilog ini lama pake banget, dan juga terimakasih banyak buat teman-teman yang nunggu epilog receh ini sampe sekarang, hehe.
Erm kayaknya itu aja, karena aku ga tau harus nulis apa lagi. By the way, have a nice holiday all!!
Best regards,
46BlackShadow

KAMU SEDANG MEMBACA
Dinosaurus I'mn love.
Roman pour Adolescents[TAMAT] Stephanie Alyssa, si gadis biasa. Kehidupannya seperti gadis lain. Namun yang membedakannya adalah keberuntungan. Dia mampu menggenggam dua hati. Namun, tidak bisa menjaga rasa. Dia mampu menerima. Namun tidak mengerti dan tidak berusaha unt...