Darah segar mengalir dari kepala, hidung dan bibir SungWoo yang terluka karena goresan dan benturan. Matanya terpejam, semuanya mulai kabur dari penglihatan SungWoo. Darah segar mengalir dari kepala SungWoo. Matanya terpejam, semuanya mulai kabur dari penglihatan SungWoo.
💿💿💿
Tak ada yang tahu
Bagaimana sebuah ujian itu datangTerkadang saat masa depan yang akan kita lewati tepat di arah jalan kita
Juga masa lalu yang akan datang
Seperti takdir yang selalu datang tiba-tibaBahkan kita belum bisa mempercayai apa yang kita lihat
Karena semuanya terlihat semu untuk kejadian nyataSemua berjalan begitu cepat
Bahkan saat sebuah takdir sudah berlaluSekelebat pecahan memori satu detik yang lalu masih berputar seolah jiwa kita tak menerima itu
Bukanlah diri kita yang memilih?
💌💌💌
Author POV
Daniel melihat SungWoo yang jatuh tepat di depannya. Melihat bagaimana SungWoo yang terobsesi dengan balapan ini. Kali ini bukan waktu untuk memikirkan menang atau kalah. Sungwoo memang rival Daniel, tapi di saat seperti ini SungWoo adalah rekannya.
Daniel menghentikan motor sportnya, bergerak turun dan merogoh saku jaketnya untuk mengambil benda pipih belogo apel tak utuh. Mencari kontak seseorang.
"Hah... Jisung, bisa tolong kau bawa mobil di tikungan ke tujuh. SungWoo jatuh, dan sekarang tidak sadarkan diri, " ucap Daniel dingin pada seseorang di sebrang sana.
"..."
"Baiklah, cepat datang! "
"..."
Bip...
Daniel menutup teleponnya setelah mendapat persetujuan dari Jisung.
Tak lama mobil putih bermerk BMW datang dari arah barat. Yoon Ji Sung, sahabat sekaligus sepupu Daniel lah yang berada di balik kemudinya, dan satu pria lainnya yang adalah Woojin. Disusul satu mobil bermerek McLaren P1 yang dikemudikan oleh Hwang Min Hyung yang diyakini adalah teman Sungwoo.
Jisung dan Woojin terlihat panik, berbanding terbalik dengan Daniel yang selalu terlihat tenang walaupun suatu saat dia akan mati karena tsunami.
Jisung dan Woojin memang baru mengenal Minhyun, tapi dirasa mereka akan saling mengenal dengan baik setelah ini, terlepas dari apa yang ditakdirkan untuk Daniel dan Sungwoo kedepannya.
"Jisung, Woojin bantu aku mengangkat Sungwoo! " titah Daniel pada Jisung dan Woojin yang baru saja turun dari mobil.
"Daniel apa yang terjadi? " tanya Minhyun.
"Dia tadi jatuh, karena motornya tak seimbang, "
"Baiklah, kita bawa Sungwoo ke Rumah Sakit Seoul saja, " sahut Woojin dan dibalas persetujuan mereka.
💓💓💓
Sang Surya timur sudah terlihat menjalankan tugasnya seperti biasa. Sinarnya berusaha menyinari setiap sudut dunia tak terkecuali Negri Gingseng ini.
Seorang gadis yang tak lain tak bukan adalah Sejeong terlihat berlari terpogoh- pogoh, sambil sesekali melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Keringat terlihat bercucuran di bagian wajahnya, rambut hitamnya terlihat sedikit acak- acakkan karena berlari sejak dari rumah tadi. Sejak dirinya menghidupkan ponselnya, dan mendapat lima belas panggilan tak terjawab dari nomor ponsel seseorang yang sangat ia kenal, awalnya Sejeong tak ingin menelphone balik nomor familier itu, tapi Sejeong berubah pikiran saat melihat salah satu pesan yang membuat dirinya terkejut. Dan saat dirinya menelphone balik nomor itu, hatinya mencelos mendengar penuturan orang disebrang sana.
Sejeong masih mengingat perkataan orang itu beberapa saat tadi selama di jalan. Orang yang pernah mengisi hatinya dan mungkin masih menempati sedikit ruang hatinya sedang dalam keadaan tidak baik karena kecelakaan. Bahkan sampai melupakan tugasnya tadi untuk mengantarkan Hyunjoon ke sekolah. Tapi untungnya ada Yoojung yang mau mengantar Hyunjoon, walaupun Hyunjoon harus berdebat dulu dengan Sejeong karena adiknya itu bosan diantar Yoojung. Padahal pada kenyataannya, Hyunjoon hanya ingin mengenalkan Sejeong pada temannya yang kebetulan ngefans pada noona -noona seperti Sejeong.
Langkah Sejeong berhenti di sebuah bangunan besar di tengah padatnya Kota Seoul.
Seoul International Hospital
Bau obat- obatan menyengat memenuhi indra penciuman Sejeong. Sebenarnya Sejeong tak ingin datang ke tempat ini, jika bukan karena keadaan Sungwoo. Jika kalian berfikir Sejeong munafik karena pernah menolak Sejeong, maka Sejeong akan mengiyakannya. Sejeong memang terlalu munafik untuk itu. Sungwoo pernah mengkhianatinya, tapi nama itu masih tersimpan di hati kecil Sejeong walaupun hanya sedikit, sangat sedikit. Tapi Daniel? Pria yang baru dikenal Sejeong, juga pria yang membuatnya membuka hati pada orang lain, namanya bahkan tak bisa masuk ke hati Sejeong walaupun hanya untuk lewat. Tapi memangnya Daniel pernah mengatakan jika dia mencintai Sejeong?
Terakhir kali dia datang ke tempat ini sekitar hampir dua tahun yang lalu. Saat neneknya dirawat di rumah sakit karena menjadi korban tabrak lari kendaraan roda dua. Sejak saat itu dirinya sedikit takut untuk datang lagi ke tempat ini. Tempat dimana orang-orang cerdas mendedikasikan keahliannya sebagai profesi. Dan tempat di mana orang-orang dengan garis takdir menyakitkan berkumpul, orang-orang yang datang dengan sebuah harapan besar agar bisa menjalani hidup lebih lama lagi.
Sejeong menghampiri tempat administrasi dan menanyakan kamar inap nomor tiga puluh satu atas nama Ong Sung Woo, yang kecelakaan karena jatuh dari motor.
Sejeong melangkahkan kakinya ke sepanjang koridor rumah sakit yang didominasi oleh warna putih. Langkahnya berhenti saat menemukan sebuah kamar di sudut Selatan urutan ke lima dari ujung koridor.
Tangan Sejeong bergerak mengetuk pintu bercat coklat itu, dan dibalas dengan ucapan 'masuk saja' oleh seseorang di balik pintu. Sejeong membuka kenop pintu dan masuk secara perlahan agar tidak mengganggu orang yang berada di dalamnya.
Mata hazel Sejeong terpaku pada pria tampan yang berbaring di ranjang rumah sakit itu. Kepalanya diperban, wajahnya penuh dengan luka- luka goresan aspal, kaki kanannya yang di gift karena patah dan selang infus yang dipasang di hidung untuk membantu pernafasannya. Dalam intinya keadaan Sungwoo terlihat menyedihkan. Tidak. Bukan terlihat tapi benar-benar menyedihkan.
Di samping ranjang, Jisung dan Minhyun tengah sama- sama menatap Sejeong dari ujung kaki sampai ujung kepala. Entah apa yang mereka fikirkan, tapi yang pasti saat Sejeong menyadari dua pria di depannya itu sedang memperhatikannya, ia segera mengalihkan kegiatan mereka.
"Ehmmm, " Sejeong berdehem untuk menetralkan suasana yang sedikit canggung, karena Jisung dan Minhyun ketahuan telah terang- terangan menatap Sejeong. Tunggu, bukan tatapan suka atau kagum, karena Sejeong hanya gadis yang memiliki kecantikan biasa, badannya tidak tinggi dan tak secantik model- model di luar sana.
"Apa kau Kim Se Jeong? " tanya Jisung menebak dengan intonasi pelan.
Sejeong mengangguk, Sejeong mulai menerka siapakah Jisung sebenarnya. Jisung pasti orang yang ia telphone pagi tadi.
"Bagaimana keadaan Sungwoo? " tanya Sejeong to the point.
Jisung dan Minhyun saling menatap setelah mendengar pertanyaan Sejeong.
To be continue
Vote and Comment.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Eastern Sky [Completed]
FanfictionMencintainya, seseorang yang datang bersama kisahmu. Seseorang yang terikat dengan bermulainya kehancuranmu. Kau bisa memilih, tetap mencintainya setidaknya kau bahagia, tapi luka masa lalumu itu akan menghalanginya Atau Berhenti mencintainya dan me...